🌻MBBIS🌻40

62.4K 3.6K 111
                                    

Happy reading🌹


Saat harusnya ditengah malam seperti ini orang dengan tidur dengan nyenyak nya, kini semua orang yang tengah berkumpul nampak panik dan bersitegang didepan pintu rawat seseorang.

Semuanya tidak ada yang berani membuka suara. Mereka pun bingung dengan apa yang tiba-tiba terjadi saat ini. Semua diluar dugaan mereka.

Suara tangis wanita paruh baya bersahut-sahutan dengan kedua remaja yang tengah menenangkan wanita itu.

"Bunda tenang. Alle bakal baik-baik aja," disini hanya Mika yang mampu bersuara disela tangisnya. Sedangkan Safira sejak tadi terus menangis seraya memeluk Alisha.

Ketiga laki-laki yang tengah berdiri dan bersandar di dinding rumah sakit pun sama cemasnya tidak tahu lagi harus bagaimana. Terutama Arland yang terus menyalahkan dirinya sendiri atas insiden tiba-tiba ini.

Arland pun kemudian berjalan pelan menuju Alisha dan berjongkok didepan wanita itu.

"Tan, maafin Arland. Arland gak bisa jagain Alle," ujar Arland berlutut dihadapan Alisha.

Alisha menggeleng seraya menyeka air matanya. "Bukan salah kamu, Nak." kata Alisha mengusap rambut lebat Arland.

Ceklek!

Semua orang langsung menoleh dan lantas berdiri serempak.

Alisha lebih dulu maju menghampiri dokter wanita itu. "Dok, bagaimana keadaan anak saya?" tanya Alisha cemas.

"Anak ibu kurang baik, perlu perawatan lebih dalam lagi. Terutama untuk mentalnya yang sedikit tertekan." kata Dokter itu jujur.

Tangis Alisha kembali pecah. Mika dan Safira pun kembali serempak memeluk Alisha. Sedangkan para lelaki mematung, terutama Arland.

"Tapi gak ada luka serius kan, dok?" giliran Varel yang membuka suara.

Dokter itu menggeleng. "Lukanya tidak terlalu parah dan bisa diobati." jawab dokter itu.

"Kita boleh masuk?" kata Arland gugup.

Dokter itu mengangguk. "Tapi harap jangan berisik, pasein baru saja sadar." pinta dokter kemudian berpamitan pergi.

Alisha lebih dulu masuk dengan langkah besarnya. Dilihatnya Alle yang terbaring dengan perban yang melekat dikepala gadis itu, dan beberapa luka yang sudah diobati. Mata gadis itu masih terpejam.

Semuanya berdiri disamping kanan dan kiri sisi ranjang. "Sayang," panggil Alisha mengusap pelan rambut Alle.

Tangan Arland pun terulur untuk mengusap tangan yang nampak dingin itu. "All," panggil Arland lirih.

Semua orang pun menunggu kapan gadis itu membuka matanya. Dan tak lama kemudian gadis itu pun mulai mengerjap, menyesuaikan cahaya lampu yang menyorot mata indahnya.

"Alle sayang, apa yang sakit nak?" tanya Alisha tersenyum haru melihat anaknya akhirnya siuman.

Alle masih berusaha memperjelas penglihatannya yang buram seraya memegangi kepalanya.

Arland tersenyum senang dan langsung saja memeluk gadis itu dari samping. "All," kata Arland terlampau senang melihat gadisnya sudah siuman.

Alle sontak menoleh dan seketika pupil matanya membesar. "GAK! PERGII!" teriak Alle seketika memberontak. Infus yang menempel ditangan gadis itu langsung terlepas membuat darah langsung mengalir ditangan gadis itu.

Semua orang langsung tercengang dan dibuat bingung. Terutama Alisha yang kembali menangis saat melihat anaknya yang seperti itu.

"All ini, aku." kata Arland lembut dan terus berusaha memeluk gadisnya. Mata iris kehijauan itu berubah menjadi kelam, persis seperti waktu diapartemen waktu itu.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now