...✶Capter 14✶...

401 45 0
                                    

            "Kak aku pulang!!!" seru Arsha dan memasuki rumah

"Gak usah teriak-teriak lo, ini bukan hutan" seru Diray dan menyusulnya kedalam.

"Dimana Ka Dina? Gak biasanya pergi tanpa pamit" seru Arsha heran dan berjalan ke dapur namun tak menemukan tanda tanda Sadina di sana yang ada hanya lah prabotan yang tampak berserakan, dilantai pun terdapat pecahan gelas

"Apa yang terjadi disini?" tanya Arsha dan segera mengambil sapu.

"Apa-apaan nih? Berantakan banget" seru Diray melihat sekeliling.

"Ku rasa sesuatu terjadi pada kak dina" kata Arsha sambil membersihkan pecahan gelas

"Jangan ngaco, kalau ada sesuatu kak dina pasti nelpon atau apalah" kata Diray merapikan perabotan.

"Tapi bisa saja kan" imbuh Arsha ia kembali ke depan merapikan meja pelanggan.

"Oh ada surat" seru Diray saat membuka lemari es.

"Dari siapa?" tanya Arsha menghampiri.

"Kak dina, katanya ia pergi ke rumah sakit dan minta tolong rapikan rumah" jawab Diray.

"Siapa yang sakit?" tanya Arsha penasaran.

"Di sini tertulis, tidak ada yang sakit oh Papah teman nya meninggal di rumah sakit jadi...mungkin Kak dina sedang buru buru hingga membuat dapur kacau" jawab Diray lagi dan mengambil tas nya yang ia letakkan di meja

"Gue mau mandi lo beresin sisanya" seru Diray berlalu.

"Beresin sisanya? Ya ampun! Dia cuman menata perabotan" kata Arsha dan segera merapikan kedai setelah itu ia pun pergi mandi dan menyiapkan makanan.

✦✦✦

Sementara itu di sebuah rumah sakit besar, Sadina mengatur nafasnya dan memasuki ruangan yang serba putih, ia melihat seorang dokter yang tengah duduk di belakang meja dan tersenyum ke arahnya

"Oh sudah datang yah?silahkan duduk" kata Dokter tampan itu yang terlihat tak begitu beda jauh usia nya dengan Sadina

"Dimana adik mu? Kenapa dia gak ikut?" tanya nya, Sadina pun duduk di kursi di hadapannya

"Dia belum tau tentang penyakit ku" jawab Sadina lelah

"Lambat laun dia akan tau dan itu akan membuat nya syok, lebih baik kamu jujur" kata dokter itu.

"Gimana perkembangan tubuh ku?" tanya Sadina mengalihkan pembicaraan.

"Ayah ku bilang kondisi mu memburuk, kamu harus segera operasi ususmu mulai di gerogoti kanker itu dan telah memasuki stadium 4" jawab dokter itu sambil melihat dokumen nya, ya Kanker Usus. Itulah hal besar yang di sembunyikan Sadina dari Diray, ia sudah bersama sama dengan penyakit itu selama 3 tahun terakhir ini dan tidak ada perkembangan pada kondisinya

"Paling tidak kamu harus rawat inap beberapa bulan, agar kami bisa memantau kondisimu" kata dokter itu.

Sadina menghela nafas gusar jantungnya berdetak kencang, wajahnya tampak pucat sejak tadi keringat dingin bercucuran

"Aku tak bisa melakukan itu, Diray akan sedih jika tau semuanya. Apakah kamu bisa memberi obat apa saja untuk ku bertahan hidup?" tanya Sadina putus asa.

"Saya minta maaf disini stoknya terbatas, kamu harus di rawat jika tidak dioperasi. Dan usus mu sudah sangat parah jangan makan sembarangan"

"Kira-kira berapa lama lagi aku bisa bertahan hidup?"

Dokter itu tampak menghela nafas, jujur saja baru kali ini ia menangani pasien yang begitu keras kepala dan kompeten dalam menghidupi adiknya

"Kemungkinan sekitar 1 atau 2 bulan lagi" jawab dokter itu nampak tidak yakin.

The Cat Girl ✶Completed✶Where stories live. Discover now