...✶Capter 27✶...

310 44 0
                                    

              Malam ini kembali sunyi, setelah sepeninggalan Arsha yang menghabiskan 3 piring Ramen dengan sendiri tanpa merasa kepedesan membuat Diray selalu terbayang dan tak hentinya senyuman manis itu menghantui dirinya

Diray membereskan piring-piring kotor dan mencucinya, ia sudah terbiasa melakukan ini tanpa kendala dan menunggu piring kotor menumpuk, ia tergolong cowok yang suka kebersihan di rumah nya

Setelah selesai mencuci piring, Diray menutup jendela-jendela dan menguncinya rapat, ketika ia akan mengunci pintu ia melihat seseorang berdiri di luar menghadapnya tapi kepala itu menunduk seolah menanggung beban yang begitu berat

Diray penasaran dan akhirnya membuka pintu mengejutkan orang itu, orang itu mengangkat wajahnya menatap Diray, Diray yang langsung terpaku di tempatnya tak tahu apa yang harus di lakukan disana Bu Maya memelihatnya lekat membuatnya bergidik ngeri,malam malam begini untuk apa? bukan setankan?

"Apa yang anda lakukan di sini Bu guru?" tanya Diray, tampak raut kesedihan dari wajah wanita paruh baya itu meski terlihat awet muda kesedihan apapun pasti terlihat

"Hanya lewat saja, maaf mengganggu" jawab Bu Maya dan mengangukkan kepalanya tanda ia akan pamit, Diray menghela nafas

"Masuklah, katakan saja apa yang Bu Maya ingin katakan pada saya" kata Diray datar membuat aksi pamit Bu Maya terhenti dan berbalik menatapnya kembali

"Terimakasih telah mengizinkan Ibu masuk" kata Bu Maya pada Diray saat keduanya telah duduk di kedainya

"Bu Maya mau kemana? Dengan pakaian hangat dan rapi seperti itu?" tanya Diray memerhatikannya.

Bu Maya tidak langsung menjawab melainkan meminum cokelat panas yang di buatkan Diray 10 menit yang lalu

"Diray, izinkan Ibu menebus semua kesalahan ibu. Sehingga tidak ada lagi kesalapahaman di antara kita" kata Bu Maya dengan penuh harap

"Anda tidak salah apa-apa, hanya saya yang terlalu egois, seharusnya dulu anda tidak melahirkan saya" kata Diray menatap cangkir cokelat panas di tangannya

"Jangan bicara seperti itu, sebenarnya ibu mau mengajakmu tapi nenekmu melarangnya" seru Bu Maya.

"Melarangnya? Lalu setelah nenek meninggal anda kemana?"tanya Diray tersenyum kecut.

"Waktu itu ibu di luar kota mendengar kabar nenek meninggal ibu pulang, tapi ibu tidak mendapati kamu dan Sadina, tetangga bilang kalian pindah dan ibu tidak tahu harus kemana lagi" jawab Bu Maya menyesali perbuatannya

"Sudah cukup alasannya, saya tidak mau mengorek masalalu lagi. Jika tidak ada lagi yang mau di bicarakan silahkan pulang saja anak dan suami anda mungkin sedang menunggu" kata Diray dan bangkit dari duduknya

"Sebentar nak, bolehkah ibu menginap disini? Ibu ingin melihat bagaimana keseharian mu, apa salah seorang ibu merindukan anaknya?" Seru Bu Maya membuat Diray menghentikan langkahnya

"Naik lah, akan ku tutup pintunya" kata Diray tanpa ekspresi dan berlalu untuk mengunci pintu, Bu Maya tampak tersenyum terharu dan segera menaiki tangga menuju lantai dua

Diray mengunci pintunya dengan frustasi menyesali tindakan bodohnya karena mengizinkan orang yang ia benci masuk ke dalam kehidupannya

Ia pun melangkah menaiki tangga dan melihat Bu Maya yang tengah melihat lihat keadaan disini, "Rumah ini hasil kerja keras kak dina, kamar anda di sebelah kiri dapur nya ada di sana" kata Diray ia tak mau orang lain menyentuh barang barang Sadina maka ia menunjukkan kamar tamu bekas Arsha dulu, lalu ia pamit masuk ke kamarnya

Bu Maya tampak menahan tangis nya mendengar rumah ini hasil jerih payah putri anak sulungnya yang setia menjaga adiknya tanpa memikirkan masa depannya dan hidup berumah tangga

The Cat Girl ✶Completed✶Where stories live. Discover now