...✶Chapter 31✶...

314 45 1
                                    

Vote yah

          Diray memakai sepatu untuk bersiap pergi ke sekolah, begitu pun dengan Rayen yang melakukan hal yang sama dengannya keduanya telah sarapan

Ketika Diray menuruni tangga,bu Maya memanggilnya saat di dekat My Hope

"Ada apa?" tanya Diray heran begitu pun dengan Rayen yang baru datang

"Coba lihat ini, tulisan ini tidak asing ibu pernah melihatnya di sekolah" jawab Bu Maya, Diray pun mendekat dan membaca harapan seseorang yang di tulis dalam Sticky notes berwarna abu abu

'Aku ingin mengakhiri semuanya, dia tak akan mungkin bisa mendengarkanku, aku bahagia telah mengenal kalian'

Baca Diray dan mencoba memikirkannya tulisan itu pun ia pernah melihat nya tapi entah dimana ia lupa

"Prilly!" seru Rayen antusias membuat keduanya menoleh.

"Prilly?" tanya Diray heran begitu pun dengan Bu Maya.

"Ya, Prilly mungkin maksud kata 'dia' itu adalah Ibunya" jawab Rayen masih tak yakin.

Diray terdiam sesaat dan akhirnya pamit pada bu Maya dan berlari menuju motornya Rayen pun segera menyusul

"Apa yang di lakuin cewek itu?" seru Diray dan cepat cepat melajukan motornya diikuti Rayen di belakang nya

Pikiran Diray kalang kabut, perasaan tidak enak terus menyeruak di hatinya ia mencoba fokus pada jalanan supaya dirinya juga tak menimbulkan masalah

Beberapa menit, Diray memarkirkan motornya di parkiran sekolah dia mencari cari Prilly firasatnya buruk, Rayen. Lagi lagi ia memecahkan semuanya

"Itu Prilly di atap" seru Rayen menunjuk ke atas Root rof di sana berdiri seorang gadis yang sedang mereka cari, Diray segera berlari dengan secepat mungkin yang ia bisa tangga ini terlalu panjang dan ia harus melewati koridor koridor, ponsel nya berdering dalam lari ia mengangkat nya

"Cepat sedikit dia dalam bahaya" seru Rayen di sebrang sana yang memantau dari bawah, Diray segera membuka pintu Root rof dengan kasar mengejutkan Prilly yang tengah berdiri di atas pembatas Root rof di bawah sana orang orang meneriakinya untuk turun

"Apa yang lo lakukan? Lo gila?" tanya Diray menatap Prilly yang wajahnya telah sembab

"Kenapa lo disini?" tanya balik Prilly.

"Itu tidak penting, kenapa bunuh diri mesti menulis harapan?" tanya Diray.

"Mungkin hanya Sticky abu abu yang lo baca, di sticky berwarna biru. Gue menulis semuanya tolong izinkan Momy membaca nya" jawab Prilly air matany kembali turun

"Apa?? Maksud lo apa?" tanya Diray heran.

"Nyokap gue gak akan pernah menuruti keinginan gue, dia udah berubah semenjak bokap gue meninggal. Dia bukan nyokap yang gue kenal" jawab Prilly.

"Lo bisa memulai semuanya dari awal buat nyokap lo yakin" kata Diray.

"Gak! Nyokap gue bukan seperti nyokap lo! Dia Hanya mementingkan diri sendiri tanpa tau perasaan gue! Lo gak pernah ngertii!!!" teriak Prilly frustasi.

"Gue capek! Gue lelah! Gue bosan hidup! Sahabat gue tertekan karena dia!!!...jadi...biarin gue mati!!!" Lanjut Prilly, membuat siapa pun yang melihatnya sungguh memilukan

"Turun!, kita semua ada dan pasti bantu lo" kata Diray meyakinkan.

"Adanya gue disini cuman pembuat onar gue sering bully orang lain termasuk Arsha, itu karena gue merasa tertakan gue mau marah dan cuman ngelampiasin semuanya ke mereka, lo...emang bukan cinta pertama gue. Tapi gue suka lo lebih dari apa pun tapi yang lo liat hanya Arsha, bukan kah sudah cukup bagi gue melihat lo bahagia? Gue bahagia kalau lo bahagia juga. Jadi, tetap bahagia supaya gue juga bahagia" 

The Cat Girl ✶Completed✶Where stories live. Discover now