3

15.2K 644 20
                                    

Marybel mengerjapkan matanya beberapa kali, merasa jika kepalanya pening sekali. Tetapi perempuan itu berusaha tetap sadar. Dia meraba sekitarnya, berusaha mencari tahu dimana ia berada atau apapun yang telah terjadi disini. Tetapi nampaknya dia belum mengingat apapun.

"Aku senang kau sudah sadar." Ujar seorang lelaki dari seberang ranjangnya. Marybel sangat mengenal suara itu.

"Alano ?" Dia menggumam pelan. Ia ingin sekali bangun tetapi lehernya masih terasa nyeri. "Jangan memaksa." Tandas Alan begitu saja. Lelaki itu membenarkan lagi posisi tidur Marybel.

"Apa yang kau lakukan di tepi hutan tadi ? Apa kau tahu bahayanya hutan ?" Alan mulai mencecarnya dengan pertanyaan. Marybel sebenarnya masih berusaha mengumpulkan potongan ingatannya yang tiba - tiba terhapus begitu saja.

"Aku ingin ke taman tetapi tempat itu ramai jadi aku pergi tepat ke tepi hutan." Marybel berhasil mengingatnya sekarang. Alano mengembuskan nafasnya kasar. "Aku sangat khawatir padamu. Lebam pada wajahmu cukup parah."

Tepat ketika Alan mengelus kepala Marybel yang lebam, tangan gadis itu menyentuh tangan Alan, membuat lelaki itu menatap ke dalam manik - manik mata Marybel. "Terima kasih telah menolongku." Alan tersenyum mendengarnya. Dia menggenggam tulus tangan Mary dengan tatapan teduhnya. "Jangan buat aku khawatir."

Alan melepas genggaman tangan tersebut dan berpindah pada baskom yang berisi air dingin. Di dalamnya terdapat sebuah kain. Alan memeras kain itu dan meletakkannya di atas wajah Marybel yang memar. Marybel memperhatikan Alan dari sudut - sudut matanya, dia merasa Alan sangat berbeda dari mafia yang lain.

"Ceritakan padaku bagaimana rasanya menjadi bos dari para mafia." Ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Marybel. Alan menoleh, dia tersenyum miring. "Sedikit rumit, tapi aku bisa menanganinya."

"Kakakku seorang mafia, kau pasti mengenalnya. Lucas Geronimo." Marybel sedikit berbisik, seakan sedang membicarakan rahasia. Alan mengambil kompres itu kemudian merendamnya dalam air dingin dan memerasnya lagi.

"Bukankah kakakmu ada empat ?" Alan berusaha mengoreksi Marybel kemudian meletakkan kain kompres itu ke bagian yang lain.

"Kakak kandungku hanya Lucas. Yang lainnya, kami berbeda ibu." Marybel berusaha tersenyum namun Alan tahu jika itu adalah senyum yang dibuat - buat. Alan mengangkat kedua alisnya lalu tersenyum lebar, semata - mata berusaha menghargai Marybel.

"Aku berusaha hidup terpisah dari keluargaku karena aku sadar mereka tidak baik. Aku harus mencari jalanku sendiri."

"Mengapa kau tidak berusaha memperbaiki jalan yang sudah ada, Bels ? Mengapa kau harus repot - repot membangun jalan yang baru ?" Alan mengedipkan salah satu matanya. Marybel menautkan kedua alisnya, otaknya berpikir keras tentang maksud ucapan lelaki di depannya ini.

"Jangan terlalu serius. Kau masih 22 tahun, hidupmu masih sangat panjang." Alano tertawa kecil kepadanya.

"Kau tahu dari mana namaku ? Tahu dari mana umurku ?" Marybel menyelidik. Tiba - tiba ia ingat akan sesuatu. Dia merasa aneh ketika ingatannya di detik - detik sebelum ia pingsan tadi, ia yakin Alan memanggilnya dengan kata "Bels" padahal Marybel belum pernah menyebutkan namanya. Dan sekarang lelaki itu tahu umurnya.

"Kau lupa aku kepala kubu utara ? Aku mengayomi banyak keluarga mafia di bawahku, jadi sudah sepantasnya aku tahu mereka satu per satu. Mereka sudah kuanggap keluargaku juga." Alano berhasil membohongi Marybel untuk pertama kalinya dengan sangat halus tanpa ada kata mencurigakan sama sekali. Marybel tampak percaya saja dengan ucapan Alano. Sebelum Marybel mengajukan pertanyaan yang menyulitkannya, Alan membanting topik pembicarannya.

"Oh iya, aku lupa memberitahumu sesuatu." Kemudian lelaki itu membuka laci yang berada di sebelah tempat tidur.

"Aku minta maaf, Bels. Aku tak bisa menyelamatkannya." Marybel terpaku dengan apa yang ada di depannya. "Naskahku..." Marybel menangis begitu saja tanpa terisak sama sekali. Laptop yang dibawanya tadi retak menjadi dua bagian. Naskah Marybel ada di dalam situ dan...

POSSESSION : Legacy of MafiaWhere stories live. Discover now