12

6.8K 395 10
                                    

Marybel dan Alano tidak bisa pulang semalam karena jalanan macet total dan beberapa jalan ditutup karena Festival Salsa yang berlangsung hingga dua hari yang akan datang. Alano tidak mengetahui hal itu jadi dia tak bisa memprediksikan situasinya. Jadi mereka menginap di hotel dekat dengan pantai karena Marybel yang memintanya. Gadis itu benar - benar menyukai birunya laut.

Marybel sudah berencana untuk berjemur sebelum Alano masuk ke kamar dengan rahangnya yang menegas. Marybel baru saja mandi ketika lelaki itu datang kepadanya dan mencium pipinya lembut sambil mengucapkan selamat pagi.

"Ada apa ?" Marybel langsung bertanya pada intinya. Dia tahu lelaki itu sedang memikirkan sesuatu. Alano menarik nafas panjang tapi sedetik kemudian dia menggeleng. Marybel mencubit perutnya kesal. Lelaki itu tertawa melihat Marybel pagi - pagi sudah merengut.

"Aku minta maaf, tapi kau harus pulang sekarang." Alano sudah memperkirakan reaksi Marybel. Benar saja, perempuan itu langsung membulatkan matanya sempurna.

"Tapi kenapa ?" Tanyanya bingung.

"Aku ada pekerjaan mendadak yang harus ku urus sekarang juga. Alec akan mengirim helikopter kemari dan kau bisa pulang ke rumah."

"Aku ? Maksudmu hanya aku ?" Marybel menunjuk dirinya dengan jari telunjuknya sendiri. Dia ingin memastikan apakah Alano salah bicara atau tidak.

"Ada klien dari China dan klan kubu utara yang sekarang berada di sekitar hotel ini. Dia ingin bertemu denganku."

"Untuk urusan apa ?"

"Mengapa kau banyak bertanya ? Ikuti saja kata - kataku." Alano berkata dengan setengah marah. Dia kesulitan mengendalikan emosinya setelah mendapat kabar buruk barusan. Marybel membuang nafasnya kasar dengan sedikit tertawa. Perempuan itu bangkit dari kursinya dan mengambil baju yang dibelikan oleh Alano semalam. Dia membuang wajahnya dari Alano, merasa tersinggung dengan ucapannya barusan. Namun sedetik kemudian lelaki itu menyadari kesalahannya. Dia segera bangkit dan menggapai tangan Marybel dengan cepat.

"Dengar, pemimpin dari tiga klan yang berada di bawah kubu utara berkata jika ada sesuatu yang penting yang harus dibicarakan. Katanya seseorang telah mengambil tiga kilo ekstasi dari gudang penyimpanan tanpa sepengetahuanku."

"Uruslah bisnismu, aku akan pulang sekarang." Ujar Marybel acuh. Dia tak tertarik lagi dengan apa yang terjadi pada Alano.

"Bels..." Alano tak kunjung melepaskan tangannya sehingga Marybel tak bisa pergi dari hadapannya.

"Kumohon." Katanya memelas. Marybel memutar bola matanya jengah.

"Bicarakan nanti saja, oke ? Jangan pulang terlalu malam." Marybel mencium pipinya kemudian dia masuk ke kamar mandi sambil membawa bajunya. Lelaki itu melepas tangan Marybel begitu saja. Dia tahu pasti Marybel akan memahami situasinya.

Walaupun belum sepenuhnya.

***

Marybel sangat bosan hari ini, jadi ia putuskan untuk melukis. Dia membeli kanvas dan cat minyak di toko alat tulis depan hotel. Perempuan itu masih sempat mencium Alano lagi sebelum dia menaiki helikopternya. Alec membawakan kanvas dan barang - barang Marybel lainnya.

"Kirimi aku pesan ketika kau sampai rumah." Alano menitipkan pesannya.

"Tentu." Marybel tersenyum kepada lelaki itu sambil melambaikan tangannya. Helikopter itu mendarat di helipad yang berada di lantai teratas hotel tersebut. Begitu helikopter itu mulai terbang naik, Alano meninggalkan area tersebut sambil menggenggam ponselnya. Dia memainkan benda itu sebentar dengan handsfree yang terpaut di telinganya. Marybel masih memperhatikan Alano walaupun dia sudah mulai terbang. Lelaki itu diikuti oleh banyak mafia bawahannya yang lain. Beberapa ada yang memegang dokumen dan ada yang membawa koper kecil berwarna silver metalik.

POSSESSION : Legacy of MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang