41 (#RoadToEnd)

3.7K 236 20
                                    

Alano melihat tangan Marybel menggeliat. Lelaki itu segera menggenggam tangan Marybel lalu menciumnya dalam - dalam. Dokter yang berada di sebelahnya memperhatikan vital sign pada layar monitor sambil sesekali menoleh pada Marybel. Perempuan itu membuka matanya pelan - pelan, berusaha menyeimbangkan kesadarannya sendiri. Kepalanya masih pening sehingga pandangannya juga buram.

"Bels ? Kau bisa mendengarku ?" Alano berusaha menginterupsinya tetapi Marybel belum sadar sepenuhnya sehingga ia belum bisa menjawabnya. Bola matanya bergerak ke kanan ke kiri bergantian dengan cepat.

"Aku dimana ?" Tanyanya dengan suara yang lemah. Alano mendekatkan wajahnya dengan wajah Marybel kemudian menatap istrinya lekat - lekat.

"Kita berada di rumah sakit. Aku bersyukur akhirnya kau bangun." Alano tak bisa menyembunyikan air matanya. Ia mengecup kening Marybel sambil menangis disana. Jasmine dan Alec hanya bisa melihatnya dari luar karena peraturan ruang ICU sangat ketat. Hanya satu orang saja yang boleh masuk dan harus menggunakan baju khusus. Jasmine menangis tertahan. Dia ingin sekali lari kesana dan memeluk Marybel. Tetapi ia tahu Marybel lebih membutuhkan Alano. Perempuan itu pasti sangat terpukul ketika ia tahu bila ia telah kehilangan bayinya.

"Kita berada di rumah sakit, sayang." Sedetik kemudian Marybel sudah berhasil mengumpulkan kesadarannya.

"Mengapa kau menangis ?" Ucapnya pelan.

"Aku pikir aku akan kehilangan dirimu." Alano mengambil tangan Marybel dan menciumnya sekali lagi. Ia mengalihkan pandangannya dari Marybel, menangis di telapak tangan perempuan tersebut. Dia tak bisa melihat Marybel serapuh ini apalagi ketika Marybel menatapnya dengan tatapan bingung seolah tak terjadi apa - apa. Di hidungnya masih terpasang kanula untuk membantunya bernafas dan selang - selang lain yang terhubung pada vital sign monitor.

"Hei aku disini. Aku tidak pergi kemanapun." Marybel berusaha menenangkannya.

"Aku berencana akan membunuh diriku sendiri bila kau tidak selamat. Lebih baik aku ikut pergi bersamamu daripada aku harus bertarung dengan rasa bersalah seumur hidupku."

"Apa yang kau bicarakan ? Kemarilah." Marybel menarik tangan Alano, seolah menuntun lelaki itu untuk memeluknya. Alano memeluk Marybel, menempatkan kepala perempuan itu pada lengannya sedangkan lelaki itu menggelamkan kepalanya pada sela - sela rambut Marybel.

"Tanda - tanda vital Nyonya Marybel sudah jauh membaik. Ia sudah melewati masa kritisnya dengan hebat. Izinkan aku memeriksanya dahulu untuk memastikannya."

Alano segera melepaskan pelukannya agar dokter tersebut dapat leluasa memeriksa Marybel. Pria itu menarik pelan kelopak mata Marybel sambil memperhatikan pergerakan bola mata Marybel. Sedetik kemudian ia melepasnya lalu menulis sesuatu pada kertas yang ia bawa.

"Apakah dadamu terasa sakit ?" Tanya dokter tersebut.

"Tidak. Aku tak merasa sakit apapun hanya saja kepalaku pusing dan badanku terasa lemas." Jelas Marybel singkat.

"Uhm, baiklah. Aku rasa aku perlu melepas selang - selang ini. Kau bisa segera dipindahkan pada ruangan pemulihan. Besok kau sudah bisa menempati kamarmu sendiri." Ujar dokter tersebut sambil memegang sekilas selang - selang yang menyambung pada vital sign monitor. Baik Alano dan Marybel langsung tersenyum sumringah.

"Dok, bolehkah aku bertanya sesuatu ?" Marybel menginterupsi pria tersebut sebelum ia benar - benar pergi.

"Silahkan." Dengan ramahnya dokter tersebut menanggapi panggilan Marybel.

"Apakah aku bisa meminta ganti ranjang ? Aku tak tahu mengapa tetapi aku merasa ranjang ini lembab, seperti basah. Aku kurang nyaman."

Mata Alano langsung bertatap - tatapan dengan dokter tersebut. Alano segera mengambil inisiatif sebelum Marybel bertanya terlalu jauh.

POSSESSION : Legacy of MafiaWhere stories live. Discover now