13

6.8K 386 10
                                    

Marybel sedang tertidur saat Alano datang. Lelaki itu memandangi Marybel yang nyenyak dalam mimpinya. Ia mengecup lembut kening gadis itu. Tetapi ekspresinya berubah seketika.

Alano langsung memegang dahi Marybel dengan tangannya. Badan gadis itu panas sekali. Alano segera keluar untuk mencari Alec. Dia menyusuri seluruh penjuru rumah namun tak kunjung menemui pria itu.

"Apakah kau mencariku ?" Alec mengagetkan Alano dari belakang. Lelaki itu mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum bicara.

"Apakah kau tahu bahwa Marybel sakit ?" Alec mengerutkan keningnya. "Terakhir kali aku menemuinya tadi sore, dia baik - baik saja. Tetapi aku tak melihatnya makan sama sekali sejak dia pertama kali pulang."

"Dan di hotel pun dia belum sempat makan apapun." Alano memijit keningnya sebentar kemudian dia berbalik badan dan masuk ke dalam rumah. Alec memandang Alano dengan tatapan bingung. Dia tak pernah menyaksikan Alano khawatir pada suatu hal sedalam ini.

Ralat, dia pernah menyaksikannya.

Itu saat Alano melihat Marybel babak belur melawan preman yang menyergapnya di tepi hutan.

***

Marybel menggeram pelan saat Alano mengompresnya. Alano berbisik pelan ke telinga Marybel, takut membuat gadis itu terkejut.

"Bels, kau harus makan dan minum obat."

"Aku tidak mau ponsel itu !" Marybel mengigau dengan kening yang berkerut. Ia membalikkan badannya membelakangi lelaki itu. Alano tersenyum. Pada saat mengigau pun, gaya merengut Marybel tetap sama.

"Baiklah, aku akan membelikanmu ponsel yang lain."

"Aku tidak mau punya ponsel ! Aku tidak suka !" Marybel memukul - mukul bantalnya sendiri. Alano mengangkat satu alisnya, bingung mengapa Marybel tiba - tiba berkata seperti itu.

"Hei ada apa sebenarnya ?" Alano mengelus rambutnya pelan. Perempuan itu membalikkan badannya. Ternyata dia sadar. Matanya sudah terbuka sejak tadi.

"Aku tidak suka Christina." Ujarnya begitu saja. "Ada apa ? Kau bertengkar dengannya ?"

"Dia memberitahu Hardin jika aku pulang ke Bergamo." Kemudian perempuan itu menguap panjang. Rahang Alano menegas. Tampaknya Hardin adalah orang spesial di hidup Marybel. Tidak mungkin Hardin adalah kakaknya. Dia tahu jika Marybel tidak akur dengan kakaknya, tapi tak ada kakaknya yang bernama Hardin.

"Siapa dia ?" Tanya Alano datar.

"Bukan siapa - siapa." Marybel memeluk gulingnya lagi kemudian memejamkan mata.

"Jika dia bukan siapa - siapa bagimu, kau tidak mungkin menggerutu ketika Christina memberitahu lelaki itu bahwa kau pulang ke Bergamo." Marybel tak membalas perkataan Alano. Dia tetap terpejam walaupun dia tidak benar - benar tidur.

"Bels, aku bicara padamu." Alano mencoba lembut kepada perempuan itu.

"Serius dia bukan siapa - siapa. Dia musuhku, aku tak menyukainya." Jawab Marybel sekenanya.

"Jika dia musuhmu, tak mungkin Christina memberitahunya jika kau pulang ke Bergamo. Christina pasti tahu kan mana temanmu mana musuhmu." Alano terus mencecarnya dari berbagai arah. Marybel mengutuk dirinya sendiri. Mengapa dia harus kelewatan menyebutkan nama Hardin tadi ? Dia bersumpah jika dia benar - benar setengah sadar ketika ia berbicara pada Alano barusan. Marybel bangkit dan menatap balik Alano yang berusaha menahan marah.

"Bisakah kita makan ? Aku sedang tidak ingin membahas hal - hal berat." Marybel mengecup singkat bibir lelaki itu kemudian tangannya menggelantung pada leher Alano. Lelaki itu mengembuskan nafasnya kasar. Dia sudah capek seharian ini dan dia juga tak ingin berdebat dengan Marybel yang sedang sakit.

POSSESSION : Legacy of MafiaWhere stories live. Discover now