6

8.3K 450 11
                                    

Marybel menggaruk kepalanya sendiri. Uangnya sudah habis tak bersisa sama sekali. Dia tak memiliki apapun untuk dimakan sehingga mau tak mau dia harus mencari pekerjaaan untuk sementara waktu.

Perempuan itu sudah berkeliling hampir ke seluruh toko di sekitar komplek motelnya namun tak ada satupun lowongan pekerjaan yang tersedia.

"Baiklah, ini adalah kesempatan terakhirku." Marybel bangkit dan dia melangkah menuju mansionnya dulu. Dia akan bertanya kepada Alano, barangkali mafia itu membutuhkan tenaganya. Belum apa - apa perempuan itu sudah terkejut dengan lelaki berperawakan tinggi besar yang tiba - tiba muncul dari dalam pos jaga. "Kau mencari siapa ?" Tanya lelaki itu. "Aku mencari Tuan Alano, apakah dia disini ?" Tanyanya dengan nada tak gugup sama sekali. Dia sudah terbiasa berbicara dengan para mafia. Lelaki itu menghubungi rekannya yang lain melalui telepon rumah yang menggantung di dinding pos jaga.

"Tuan Alano menunggumu di aula." Ujar lelaki itu singkat kemudian dia menekan beberapa digit akses keamanan. Pagar terbuka begitu saja kemudian Alano segera masuk.

Perempuan itu sedikit gugup saat ia melihat banyak mata memandangnya dengan tatapan was - was. Marybel meremas pelan kemejanya sendiri agar rasa cemasnya tersalurkan. Begitu dia masuk, terdapat laki - laki lain -yang tentu juga mafia- menatap lurus ke arah Marybel. Dia baru menyadari jika dirinya adalah satu - satunya perempuan di dalam rumah ini. Mengapa semua anak buah Alano terlihat mengerikan ?

Marybel sudah akan berbelok ke kanan untuk mencapai aula sebelum ia mendengar bunyi tembakan yang sangat keras, cukup untuk mengagetkannya. Dia mendengarnya dari arah sebelah kiri. Entah apa yang merasuki tubuhnya tetapi gadis itu langsung lari mencari asal suara tersebut. Dia menemukan pintu besar, pintu yang dulunya menghubungkan ruang keluarga dengan taman dalam rumah. Marybel memiliki firasat kuat jika ada sesuatu yang terjadi disana. Dia mendorong pintu itu dengan keras dan...

"Ya Tuhan..." Marybel hampir pingsan dengan apa yang dilihatnya. Bau amis mengepul di seluruh penjuru taman kecil itu. Taman yang biasa ia gunakan untuk membaca dan berkemah kini berubah menjadi arena eksekusi. Di bawah sana ada laki - laki yang menggelepar dengan luka tembak di dada sebelah kirinya. Marybel melotot tak percaya. Dia menutup mulutnya sendiri kemudian pandangannya beralih pada Alano yang sedang memandangnya dengan tajam.

"Bukankah aku menyuruhmu untuk menunggu di aula ?" Lelaki itu terlihat marah sekarang. Marybel tak mampu bergerak satu inchi pun. Padahal otaknya sudah menyuruhnya berlari dari tempat itu saat juga.

"Katakan apa niatmu datang kemari."

"Aku..." Belum sampai Marybel menstabilkan pikirannya, dia sudah terlebih dahulu mendengar suara tarikan pistol yang baru saja diisi peluru. Suara itu terdengar sangat menyeramkan.

"Tidak jadi." Marybel menjawabnya dengan cepat. Dia rasa dia tak bisa meminta tolong pada lelaki ini. Tiba - tiba Alano menembak ke sembarang arah dan mengenai guci emas yang berada tepat di samping Marybel. Perempuan itu ingin sekali menangis, menyesali kedatangannya untuk menemui Alano.

"Aku minta maaf telah mengganggu waktumu." Marybel segera berbalik namun dua lelaki menghadangnya. Marybel terdiam sesaat, bahkan tak berani menatap kedua lelaki itu. Dia menenangkan pikirannya sejenak. Dia pasti bisa keluar dari sini baik - baik.

Tiba - tiba dia merasakan hembusan nafas di tengkuknya yang membuatnya merinding seketika. Marybel tak bergerak maupun tak menoleh untuk melihat siapa yang berada di belakangnya. Dia sudah tahu siapa itu.

"Kau pikir siapa dirimu, jalang ? Kau pikir kau bisa mengeksploitasi hidupku hanya karena opinimu yang mengatakan aku lelaki arogan ? Kau akan merasa takut padaku mulai dari sekarang. Dasar pelacur kecil."

POSSESSION : Legacy of MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang