26

4.1K 269 38
                                    

Marybel tak membawa apapun saat pergi dari rumah Alano. Perempuan itu hanya memakai baju terusan selutut dengan cardigan berwarna coklat muda kesukaanya. Dia sudah menghabiskan satu botol bir dengan kepala yang setengah mabuk. Marybel bahkan tak punya uang sepeserpun tapi dia nekat masuk ke bar.

Orang yang mengikuti Marybel sejak tadi sudah mengabari Alec tentang keberadaan perempuan itu. Dia pergi ke bar yang cukup jauh dari rumah, sekitar empat kilometer. Pasti perempuan itu letih karena sudah berjalan sejauh itu.

Alec memberitahu Alano tetapi ia menyarankan lelaki itu untuk tak menemui Marybel dulu. Dia justru menyuruh Jefrio karena pria itu percaya jika Jef lebih handal dalam membujuk seseorang.

Jef memasuki bar itu dengan menyamar sebagai lelaki biasa agar tak digoda oleh pelacur. Dia memakai jaket jeans dengan topi berwarna hitam. Wajahnya tertutup setengah sehingga Marybel tidak menyadari kedatangan Jef yang duduk di sebelahnya.

"Bels." Panggil Jef pelan. Telinga Marybel sedikit pengang tetapi masih bisa mendengar dengan baik jika seseorang telah memanggilnya. Marybel juga tahu jika itu adalah Jef. Dia mengenali suara lelaki itu.

"Apakah Alano mengirim mata - matanya kemari ?" Marybel menegak gelas terakhir dari birnya. Perempuan itu masih berusaha mempertahankan kesadarannya walaupun kepalanya berputar - putar. Efek alkohol memang separah itu.

"Bukan Alano, tapi Alec. Alano sedang berada di Moresetto Empiro, tak ingin diganggu katanya." Marybel berdecak pelan.

"Aku tahu semuanya Bels, aku tahu. Selain Alec, Alano sudah menceritakan semuanya padaku."

Tiba - tiba kesadaran Marybel kembali. Mata perempuan itu langsung melotot menatap Jef. Jef membuka topinya dan menatap Marybel balik.

"Dia dihimpit situasi Bels, apakah kau sudah mendengar versi lengkapnya ?"

"Ceritakan padaku." Jawaban Marybel barusan sudah mewakili ketidaktahuannya.

"Kakakmu membelot dari kubu utara. Dia berjudi, mencuci uang, menyergap tentara PBB lalu melucuti senjatanya, kakakmu juga menjual perempuan ke rumah bordil. Sisanya kau bisa pikir sendiri."

Jantung Marybel seperti ditikam belati pelan - pelan. Perempuan itu termenung dengan berbagai spekulasi yang ada di kepalanya. Jef tahu itu dari tatapan mata Marybel yang terlihat kosong. Dia tak mengizinkan Marybel melanjutkan spekulasinya sendiri, berjaga jika perempuan itu semakin berpikiran buruk. Jef langsung meneruskan ucapannya tadi.

"Alano tidak menoleransi..."

"Aku paham. Dia sangat menghargai perempuan." Marybel langsung menyela kata - kata Jef. Lelaki itu tersenyum kecil, lega jika ternyata perempuan itu tak berpikiran dangkal.

"Itu sebabnya dia juga tak membunuhmu, Bels. Selain dia mempertimbangkan karena kau adalah perempuan, dia juga tahu kau tak tertarik dengan dunia mafia. Sudah pasti kau tak tahu menahu soal apa yang dilakukan kakakmu."

Marybel menunduk. Dia ingin sekali menangis tetapi dia tak ingin Jef mengira jika dirinya adalah perempuan lemah.

Jef menangkap sesuatu yang baru saja ia sadari, sesuatu yang membuat dia berpikir dua kali untuk meninggalkan Marybel begitu saja di bar yang dipenuhi lelaki hidung belang ini.

"Cincinmu bagus Bels, pasti harganya mahal." Jef melesatkan panah tepat ke sasaran. Marybel reflek melihat tangannya sendiri. Perempuan itu tertawa sinis. Dia lupa jika dia telah menerima lamaran Alano.

"Alano melamarku dengan cincin ini." Ujar Marybel singkat. Dia sudah akan melepaskan cincin tersebut sebelum Jef menginterupsinya.

"Jangan dilepas, nanti kau akan menyesalinya seumur hidup." Lelaki itu menyesap rokok yang baru saja ia nyalakan. Marybel menatap Jef penuh arti, seakan ingin memangkas kepala lelaki itu.

POSSESSION : Legacy of MafiaWhere stories live. Discover now