33

6.5K 299 26
                                    

Alano mengajak Marybel ke taman belakang. Sambil memakai baju rumahan dengan rambut yang dicemol sembarang, perempuan itu menggandeng tangan Alano untuk mengikuti lelaki tersebut. Sebenarnya dia malas untuk berjalan ke taman belakang mengingat letaknya lumayan jauh tetapi Marybel ingin mencari kesibukan baru selain mengurus berkas dan membaca buku. Marybel menatap ke sekelilingnya, disana hanya ada hamparan rumput yang luas. Ia melihat ada Jef dan Alec yang  juga sibuk melakukan sesuatu. Tapi tunggu... Marybel menatap Alano dengan tatapan bingungnya. Sebelum Marybel sempat bertanya, lelaki tersebut sudah menjelaskannya terlebih dahulu.

"Ya, aku akan mengajarimu memakai pistol." Marybel menaikkan satu alisnya, merasa bingung dengan lelaki ini.

"Apa kau bercanda ?" Ucapan Marybel barusan tak digubris oleh Alano. Dia tetap melanjutkan langkahnya menghampiri Jef.

"Hei Jef, aku sudah membawa Marybel..."

Belum selesai Alano berbicara dengan Jef, Marybel langsung mengambil pistol di atas meja yang telah diisi peluru. Perempuan itu langsung mengarahkan pistolnya lurus sejajar dengan target bidikan yang berjarak beberapa puluh meter di depan mereka. Tanpa rasa ragu sedikitpun, Marybel menarik pelatuk dan peluru tersebut langsung melesat mengenai red poin yang berada di dada target miniatur manusia yang terbuat dari aluminium.

Alano dan Jef melongo bersamaan dan saling menatap satu sama lain. 

"Apakah kita akan berperang sekarang ?" Tanya Marybel dengan tatapannya yang sedikit sinis. Dia tidak marah melainkan sedang haus. Perempuan itu segera berbalik dan menghampiri pelayan yang membawa minuman. Marybel langsung menegak segelas air dingin hingga habis.

"Kau belajar menembak dari siapa ?" Tanya Alano heran. 

"Dari ayahku. Dan Lucas, tentu saja. " Marybel meletakkan gelas kosong itu kembali ke nampan.

"Aku juga belajar karate selama berada di New York."

"Aku rasa kau tidak perlu terlibat baku hantam mengingat kau sedang hamil, Bels. Aku ingin mengajarimu menembak semata - mata untuk melindungi dirimu sendiri apabila aku sedang tidak berada di dekatmu." Alano menangkap apa yang dimaksud Marybel dan lelaki itu langsung menyanggahnya. 

"Kita akan saling melindungi, oke ? Selama kau berada di Moresetto Empiro, kau akan aman Bels, tenang saja." Jef juga ikut membuka suaranya.

"Aku akan ikut kemanapun Alano pergi." Perempuan itu tetap bersikukuh untuk ikut terlibat dalam penyergapan kubu selatan. Dia tak mau berlindung di balik tempurung terus - menerus.

"Tidak bisa. Kau tidak boleh ikut." Alano menggarisbawahi ucapannya. Marybel sudah akan menyanggahnya lagi tetapi Alano lebih dulu memotongnya.

"Aku rasa kita tidak perlu beradu argumen lagi. Alec akan mengantarmu ke kamar, kau harus istirahat." Alano langsung menutup percakapan itu. Marybel ingin sekali membalasnya tetapi dia tak ingin Alano marah.

"Baiklah." Dengan wajah yang sangat datar, Marybel beranjak dari tempatnya menuju mobil golf. Alec menghampirinya kemudian duduk di sebelah Marybel. Perempuan itu bahkan tak menoleh pada Alano lagi yang membuat Jef menahan tawanya. Begitu mobil itu melaju, tawa Jef langsung pecah begitu saja.

"Aku tidak bisa membayangkan bila aku memiliki istri seperti Marybel, pasti aku akan mengerjainya setiap hari." 

"Lihat saja, nanti malam dia pasti menyuruhku tidur di sofa." Alano tertawa pelan. Marybel memang seperti itu. Akhir - akhir ini perasaannya sedang jungkir balik. Alano sudah tahu jika itu adalah efek dari perubahan hormonnya selama ia hamil muda.

***

Malam itu benar - benar tenang. Ternyata prediksi Alano tadi siang tidak terjadi. Marybel tak menyuruhnya tidur di sofa seperti malam - malam sebelumnya ketika ia sedang sebal pada Alano.

POSSESSION : Legacy of MafiaWhere stories live. Discover now