5

10.2K 490 17
                                    

Marybel sangat penat hari ini. Ini adalah hari keduanya untuk survei dan dia berhasil melaksanakannya dengan baik. Hari sudah gelap. Dia melihat arlojinya, sudah menunjukkan pukul 8 malam. Marybel berniat kembali ke motelnya sebelum suasana terlalu sepi. Dia masih takut atas kejadian kemarin lusa.

"Bels." Suara yang sangat familiar memanggilnya dari belakang. Marybel segera menolehkan kepalanya, mencari orang yang baru saja memanggilnya.

"Hai." Marybel ingin terlihat ramah di depan orang yang akan menjadi bosnya tersebut. Alano menghampirinya dan memberinya segelas kopi. "Terima kasih." Kemudian Marybel dan Alano berjalan beriringan.

"Apa yang kau lakukan disini ?" Marybel memulai percakapan terlebih dahulu. Alano terdiam sesaat sambil menatap lurus ke depan. "Aku kemari untuk mengawasimu." Mata Marybel melotot seketika. "Mengawasiku ?"

"Bagaimana jika ada penculik yang menyergapmu nanti ?" Alano menatap intens ke arah Marybel. Perempuan itu jadi gugup kemudian segera mengalihkan pandangannya.

"Kau tak perlu melakukan itu, aku bisa menjaga diriku sendiri."

"Terakhir kali kau menolak bantuanku, kau dihadapkan pada situasi bahaya." Tandas Alano mantap. Marybel memutar bola matanya ke atas. "Mengapa kau sangat arogan ?" Kata - kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. "Aku ? Arogan ?" Alano menghentikan langkahnya seketika. Dia menunjuk dirinya sendiri seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Kau selalu bersikap seakan kau mampu melakukan segalanya. Ada hal - hal di luar jangkauanmu, asal kau tahu." Marybel menyeletuk lagi dengan tenang walaupun ia tahu jika dia telah memantik mafia itu. Belum sampai Alano menjawab, perempuan itu menambahi kalimatnya lagi. "Apakah kau sudah menikah ?"

"Apakah kau pernah melihatku bersama seorang perempuan ?"

"Maka kau harus menghilangkan rasa aroganmu. Entah mengapa aku tak menyukainya. Maaf aku hanya merefleksikan diriku sebagai seorang perempuan." Kemudian Marybel kembali berjalan membawa tumpukan kertas di lengan kirinya dan segelas kopi di lengan kanannnya. Alano masih terdiam di tempat sebelum ia tersenyum sinis dan mengejar Marybel.

"Apa hubungannya dengan aku belum menikah ?" Alano mencecar Marybel balik.

"Perempuan tak akan menyukai sifat aroganmu. Sebaiknya kau hilangkan dulu agar kau mudah menemukan pengantinmu."

"Tapi aku tak mengejar perempuan. Mereka yang mengejarku." Alano merasa menang sebelum Marybel menjatuhkan harga dirinya lagi.

"Atau mungkin mereka mengejar kartu ATM mu ?" Marybel tersenyum sinis kemudian meminum kopi yang sudah tak panas itu dalam sekali tegak. Dia membuang gelas kopinya yang sudah kosong sambil tetap menatap lurus ke arah Alano yang tak mampu berkata - kata lagi.

"Terima kasih, kopinya enak." Sepersekian detik kemudian Marybel menarik lengan Alano hingga lelaki itu hampir menabrak tubuhnya sendiri.

"Jangan dimasukkan hati. Masukkan ke otak sebagai renunganmu." Marybel mengedipkan sebelah matanya kemudian berjalan maju meninggalkan Alano yang terdiam di tempat. Lelaki itu mengawasi gerak - gerik Marybel. Perempuan itu seperti tak memiliki rasa takut sama sekali terhadap apapun yang berada di depannya.

***

Marybel menemui Alano pagi sekali karena memang lelaki itu yang memintanya. Ini masih pukul setengah enam dan jalanan masih sepi. Marybel melihat seorang perempuan bersama Alano saat itu. Dia hanya menatap perempuan itu sekilas kemudian Marybel membuang pandangannya.

"Bels, dia adalah arsitek yang akan merancang tatanan restoran ini. Kenalkan, Maria Karinakalou." Perempuan itu tersenyum manis, sangat feminim sekali.

POSSESSION : Legacy of MafiaWhere stories live. Discover now