29

8.1K 322 29
                                    

Alano menggandeng tangan Marybel menuju taman belakang. Bau anyir darah sudah merebak kemana - mana. Untung saja Alano tadi memberikan masker padanya sehingga Marybel bisa menahan bau tersebut agar tak semakin menyengat hidungnya.

"Alano..." Marybel mencengkeram tangan Alano ketika banyak sekali mayat yang berada disana. Bahkan beberapa dari mayat tersebut sudah dalam posisi tanpa kepala, beberapa mayat lainnya tergeletak dengan luka tembakan di sekujur badannya.

"Al..." Jef menyapa dari belakang. Dia baru saja keluar dari pintu belakang dengan membawa sebuah kotak.

"Kita kehabisan peluru jadi aku mengambilnya dari gudang belakang." Ujar lelaki itu dengan tenang. Sedetik kemudian dia menatap Marybel dengan tatapan bingung.

"Bels ? Mengapa kau ikut ?"

"Aku kira kau seorang dokter." Marybel berkata dengan terbata - bata.

"Aku memang dokter, tapi aku tak pernah berkata bahwa aku bukan seorang mafia." Lelaki itu mengedipkan matanya sekali kemudian segera mengisi lima pistol yang ada di meja dengan peluru yang baru saja diambilnya. Alano ikut membantu lelaki tersebut, membiarkan Marybel mengamati keadaan disana. Seperti kata Alano tadi, disana banyak sekali laki - laki. Mereka tentunya adalah anak buah Alano dan beberapa dari mereka ada yang berasal dari klan di bawah kubu utara.

"Kau sudah menangkap semuanya ?" Tanya Alano pada Jef.

"Sudah. Lihatlah berapa banyak keparat yang ku seret kemari." Tandas Jefrio mantap.

"Alano, apa kesalahan yang dilakukan oleh orang - orang ini ?" Marybel bertanya dengan polosnya. Sebenarnya dia tidak tega namun rasanya dia harus terbiasa dengan pemandangan seperti ini.

"Mereka adalah penguntit. Mereka memata - matai kita Bels. Sebanyak ini, bayangkan betapa risihnya aku dengan keberadaan kubu selatan ini." Alano menjelaskannya dengan datar. Marybel kira lelaki itu akan menjawabnya dengan marah. Jef juga menyadari nada bicara Alano yang lebih tenang dari pada biasanya.

"Apakah Marybel baru saja memberikanmu suntikan amunisi ?" Jef menahan tawa menggoda lelaki itu.

"Bukan dia, tetapi aku yang memberi suntikan." Jef reflek tertawa lepas begitu juga dengan Alano. Sedangkan Marybel memerlukan waktu beberapa saat untuk bisa menelaah ucapan mereka berdua.

"Ya Tuhan, jorok sekali !" Marybel segera mencubit Alano begitu ia paham apa yang dibicarakan lelaki tersebut.

"Kau menikmatinya, akui saja." Goda Alano lagi yang membuat Marybel melipat kedua tangannya di bawah dada.

"Mau kita apakan lelaki itu ?" Jef melirik kepada satu lelaki yang kepalanya ditutupi dengan karung. Marybel baru saja menyadari keberadaan lelaki yang diikat di tiang tersebut. Alano berpikir sebentar sebelum ia mengeluarkan suaranya.

"Potong saja lehernya." Marybel langsung melotot mendengar jawaban Alano. Jef segera menghampiri lelaki tersebut lalu membuka karung penutup kepalanya.

Marybel langsung menutup mulutnya sendiri tidak percaya.

"Hardin ?" Dia tak percaya dengan apa yang ia lihat. Alano sejak tadi memperhatikan reaksi perempuan tersebut, namun rasanya tidak ada yang mencurigakan sejauh ini. Alano mendekati Marybel dan menyibakkan rambut perempuan itu ke belakang telinganya. Dia mendekatkan bibirnya pada indera pendengaran wanita tersebut.

"Bels, Aku ingin mengatakan bila sebenarnya Alec memasukkanmu ke dalam daftar investigasi." Mata Marybel langsung membelalak ketika mendengar ucapan Alano. Perempuan itu langsung melepas maskernya kemudian ia membalikkan badannya menghadap Alano.

"Aku ? Dicurigai ? Atas dasar apa ?" Wanita itu mengungkapkan rasa tidak terimanya.

"Tak perlu kau tahu."

"Aku sudah sejujur ini dan kau masih meragukanku ?" Tanya Marybel tak percaya. 

"Aku tak mencurigaimu, Alec hanya mendata semua orang yang perlu diinvestigasi." Alano meralat kata - katanya.

"Tapi aku akan membersihkan namamu dalam daftar investigasi bila kau mau melihat Hardin secara dekat ketika Jef menebas lehernya." Alano membisikkan hal itu begitu dekat dengan Marybel sambil membelai lembut pipi perempuan tersebut.

"Aku tidak takut." Marybel langsung membalikkan badannya dan pergi menghampiri Hardin yang menatapnya sejak tadi. Alano memberi tatapan pada Jef untuk segera mengambil kain yang menyumpal mulut Hardin.

"Bels, aku bersumpah bukan aku pelaku sebenarnya. Aku tidak berniat menyakitimu. Tolong lepaskan aku !" Hardin memohon dengan raut wajahnya yang ketakutan pada Marybel. Perempuan itu berusaha tetap datar. Dia harus terbiasa dengan situasi seperti ini ketika ia sudah berada di dalam Klan Moresetto. Marybel mengunci mulutnya tak berniat menanggapi lelaki tersebut. Ia menaikkan satu alisnya pada Jef, tanda ia sudah siap. Jef mengarahkan pisau yang dipegangnya pada leher sebelah kiri Hardin. Marybel sebenarnya sangat takut karena dia masih normal. Membunuh satu orangpun sudah sangat buruk baginya.

"Apa ada pesan terakhir yang akan kau katakan ?" Jef masih sempat menanyai Hardin. Lelaki itu langsung membuka mulutnya.

"Bukan aku pelaku sebenarnya Bels, bukan aku ! Evan dalang dibalik semua ini !"

Alano tertawa sinis disana. Dugaannya sudah benar, ada yang tidak beres dengan Franklin. Ternyata lelaki itu mengganti identitasnya menjadi Evan.

"Apa yang diingikan Evan dariku ?" Tanya Marybel balik.

"Awalnya dia ingin aku membuntutimu dan berbuat baik padamu, tapi sekarang dia ingin membunuhmu."

"Cepat lakukan !" Alano menggertak dari kejauhan.

"Bels kumohon." Sedetik kemudian terdengar suara teriakan yang terputus begitu saja bersamaan dengan suara cipratan darah. Jef baru saja menancapkan pisau di leher Hardin sebelah kiri, lalu menariknya ke arah kanan. Marybel berusaha melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika lelaki tersebut kesakitan setengah mati.

"Stop." Alano menginterupsi Jef yang masih belum sepenuhnya menebas leher Hardin.

"Bels, kau lakukan sisanya."

Marybel langsung menoleh sejenak pada Alano. Lelaki itu sedang tidak bercanda, dia serius dengan ucapannya. Dari banyaknya perintah Alano, itu adalah perintah paling sulit yang pernah ia terima.

Marybel segera menghampiri Jef dan gantian memegang pisau yang awalnya dipegang lelaki tersebut. Perempuan itu melihat Hardin yang sedang sekarat dengan mulut yang terbuka lebar, sedang menatap ke arahnya.

"Maafkan aku Hardin. Aku tidak berniat membunuhmu, aku berniat menghilangkan rasa sakitmu. Semoga kau bahagia di sisi Tuhan." Marybel masih sempat membisikkan kata - kata tersebut pada telinga Hardin kemudian ia segera membelah leher Hardin hingga setengah lehernya sudah terbuka. Lelaki itu sudah tewas rupanya.

Marybel langsung melepaskan pisau tersebut dari genggamannya. Dia membentuk gerakan tangan tanda salib kecil pada dahi, bibir, dada kemudian kedua bahunya untuk memohon keselamatan Hardin di alam selanjutnya. Perempuan itu masih tak percaya jika ia telah membunuh seseorang.

Alano menghampiri Marybel perlahan. Lelaki itu melingkarkan tangannya di pinggang Marybel dan memeluknya hangat. Ya, dia berani memeluk Marybel di depan mayat Hardin yang baru saja meninggal.

"Kau belum terbiasa melakukannya." Ujar Alano sambil berbisik di telinga wanita itu. Marybel langsung melepas pelukan Alano dan menatap lelaki itu sengit.

"Bagaimana bisa seseorang menjadi terbiasa membunuh orang lain ? Itu namanya tidak waras !" Perempuan itu merengut kemudian pergi meninggalkan Alano begitu saja bersama Jef yang masih memandangi mereka berdua sambil meminum sebotol bir yang ada di meja.

"Kau lebih baik membawanya pulang, biar aku yang mengurus mayat - mayat ini." Tawar Jef pada lelaki tersebut. Alano masih diam sejenak, kemudian ia pergi begitu saja menyusul Marybel. Dari situ Jef memahami sesuatu. Identitas lahir tidak mempengaruhi sifat asli seseorang.

Contohnya adalah Marybel. Dia memang lembut seperti ayahnya. Walaupun dia lahir dari keluarga mafia dan dibesarkan di dalamnya, dia sebenarnya tak tahu apa - apa tentang cara kerja di dunia gelap ini. Perempuan itu tampak bingung ketika mengikuti apa yang diperintahkan Alano. Karena sejak awal dia hanya tahu teorinya saja tanpa pernah mempraktekannya.

POSSESSION : Legacy of MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang