6. Kepergok

64K 6.8K 445
                                    

SELAMAT MEMBACA

6. KEPERGOK

Geanno menarik laci meja belajarnya. Ia meraih sebuah figura. Ia menatap figura itu yang memperlihatkan foto seorang pria yang tampaknya tengah merangkul pinggang seseorang. Sayangnya sebagian bagian foto tersebut dirobek dan sekarang hanya menampilkan wajah Digan seorang. Ia yakin di sebelah Digan itu pasti ibunya. Sayangnya ia tidak tahu di mana Digan membuang sebagian foto itu.

"Aku gak pernah ketemu sama Bunda.. Aku gak pernah lihat wajah Bunda, Bunda sekarang dimana?"

Geanno benar-benar ingin mengetahui wajah Ibunya dan ingin sekali bertemu dengannya. Tapi ia tidak tau harus mencarinya ke mana. Wajahnya saja ia tidak pernah lihat.

Geanno yakin yang dikatakan Ayahnya bahwa Ibunya orang jahat tidak benar. Ia percaya Ibunya adalah orang baik. Tidak seperti yang Digan kira.

"Aku harus cari Bunda ke mana?" Tanpa disadari air mata Geanno menetes. Ia lalu menghapusnya dengan kasar. Ia mengepalkan tangannya sendiri. Ia tidak mau terus menerus hidup hanya dengan Digan yang terlalu protektif terhadapnya. Ingin rasanya Geanno kabur dari rumah. Tapi ia tak bisa, ia tidak mau membuat Digan kalut. Bagaimana pun ia tetap menyayangi Ayahnya. Geanno menyimpan kembali fotonya. Lalu ia beranjak ke luar dari kamar.

Digan yang bersantai di ruang tengah menatap putranya yang kini tertangkap penglihatannya. "Mau ke mana?" tanyanya, dngin.

Geanno menghentikan langkahnya. Ia menoleh menatap Digan. "Cari angin," balasnya, datar.

"Kamu udah belajar?" tanya Digan.

"Udah." Geanno kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda. 

Geanno tidak mengerti bagaimana jalan pikiran Digan. Kenapa Digan tidak pernah mengerti kemauannya? Digan selalu menuntut apa yang ia inginkan, salah satunya meminta Geanno untuk terus belajar. Oh, ayolah, Geanno itu manusia, bukan robot. Geanno punya perasaan. Tapi perasaan Geanno sudah lama beku hingga membuat karakternya yang kaku seperti itu.

Geanno sampai ke halaman rumahnya yang luas. Hidup Geanno memang terjamin, bahkan lebih dari cukup. Tapi itu semua tidak membuat Geanno bahagia. Bukannya ia tidak bersyukur, tapi Geanno hanya ingin mendapatkan sedikit perhatian. 

Langit malam yang dihiasi bintang dan rembulan tampak begitu indah. Setiap kali Geanno merasa suasana hatinya kurang baik, ia akan memandang langit malam. Ia menatap bintang yang paling terang. "Bunda di mana?" Hati Geanno terasa sesak. Digan tidak pernah menceritakan apapun tentang Bundanya. 

Geanno yakin Bundanya juga menyayanginya. Ia bisa merasakannya. 

🎨🎨🎨

Pagi itu, penghuni bumi bagian Timur melakukan kegiatannya seperti biasa. Jalan raya di Ibu Kota tampak padat dengan kendaraan. Carissa tengah mengantarkan Keyra ke sekolah. Kinan tadi sudah sampai duluan ke sekolahnya. Mobil Carissa berhenti karena lampu merah menyala. Merasa bosan, Keyra menyalakan musik di mobil Carissa. Lalu ia menyetel volume suaranya. Sembari mendengarkan lagu dan menunggu lampu merah menyala, Keyra menatap keluar jendela mobil. 

Seorang lelaki pengendara sepeda motor di sebelah mobil Carissa tidak sengaja menoleh ke arah Keyra lalu menatapnya. Lantas Keyra melotot melihat siapa lelaki itu. Geanno. Lelaki berwajah datar itu tengah menatapnya. Karena kaca jendela mobil sedikit tembus pandang. 

My Killer Ketos (New Version-Sudah Terbit)Where stories live. Discover now