16. Mimpi?

42.5K 5K 638
                                    

Please kasih vote commentnya🙃
Setidaknya vote kalau gak mau comment:"

Thankyou so❤

SELAMAT MEMBACA

16. MIMPI?

Geanno baru saja pulang dari rumah anak-anak itu. Ia menghentikan motornya di halaman. Ia turun dari motor lalu masuk ke rumah dengan langkah santai. Langkah Geanno yang baru saja hendak menginjak anak tangga menuju kamarnya terhenti karena suara Digan.

"Geanno, makan dulu." Digan berdiri di sudut ruang tengah. Nadanya terdengar dingin.

Geanno membalikkan badan. Ia melangkah menghampiri Ayahnya kemudian menyalimnya. Setelah itu mereka berjalan menuju meja makan. Tampak beberapa hidangan makanan sudah tersaji di atas meja. Digan yang biasanya memasak. Tapi jangan sedikitpun meragukan masakan Digan yang rasanya persis seperti restoran bintang lima. Tentu saja, Digan adalah pemilik salah satu restoran ternama di Ibu Kota. 

Geanno sebenarnya juga mewarisi bakat Digan, jago memasak, walaupun Geanno tidak pernah diajari. Ia duduk di seberang Digan. Mereka mulai mengambil porsi makan masing-masing. 

Di sela kegiatan makan, Digan memecahkan keheningan. "Kamu sudah merencanakan kuliahmu?" tanyanya.

Geanno menatapnya sejenak. "Belum, Yah," datarnya. 

"Tingkatkan nilaimu, Ayah mau kamu mendapatkan beasiswa ke luar negeri," tutur Digan.

Geanno menghela nafas, ia berhenti mengunyah, mendadak tidak nafsu. Apa yang perlu ditingkatkan lagi? Ayolah! Nilai Geanno sudah terlalu bagus, bahkan siswa lain saja belum bisa mengejar angka tersebut. 

"Jangan kecewakan Ayah," sergah Digan, seakan tidak memberi Geanno kesempatan untuk bicara.

"Hm," deham Geanno. Ia mempercepat makannya, bahkan terkesan memaksakan diri karena kehilangan nafsu makan. Ia tidak ingin Digan semakin mematoki sudut hidupnya. Geanno juga punya pilihan sendiri, tapi Ayahnya tidak pernah mengerti.

Setelah selesai makan, Geanno bangkit berdiri. Ia pamit ke kamar meninggalkan Digan yang masih menghabiskan makanannya. 

🎨🎨🎨

Keesokannya. Jam pelajaran Seni Budaya cukup Keyra suka, apalagi materinya Seni Rupa. Keyra pindah ke SMA Aksara Bangsa seminggu setelah mereka kembali belajar. Minggu lalu, Pak Hendry, guru Seni Budaya sudah meminta semua siswa kelas X MIPA 1 untuk mempersiapkan peralatan lukis. Untung saja Keyra sudah diberitahu juga oleh Gita dan Aurel, jadi ia tidak kelimpungan karena tidak membawa.

"Bapak tugaskan kalian untuk lukis apa saja, temanya bebas!" terang Pak Hendry di tengah kelas. 

"Lukis masa depan boleh?" Seorang siswa bernama Arman mengacungkan tangannya.

"Kaya tau aja masa depan kamu gimana?" sindir Pak Hendry. 

"Lo tinggal warnai hitam aja kertas lo!" celetuk Deva.

Pak Hendry tertawa. "Gelap ya masa depannya?" Seisi kelas langsung tertawa dengan lelucon receh Pak Hendry. Yang mereka suka dari Pak Hendry termasuk salah satu guru yang paling baik di SMA Aksara Bangsa, suka bercanda, dan jarang memberi tugas. Aku yakin kalian juga menyukai guru seperti ini.

My Killer Ketos (New Version-Sudah Terbit)Where stories live. Discover now