30. Ketos Marah

39.1K 4.3K 217
                                    

SELAMAT MEMBACA

30. KETOS MARAH

Keyra menceritakan detilnya bagaimana suasana canggung bukan main saat ia nge-date dengan Geanno beberapa waktu lalu. Ia mengangkat tangan, bersumpah tidak akan melakukan itu lagi. Tentu saja hal itu mengundang tawa dari Gita dan Aurel, juga Deva yang kini terus meledekinya sambil melangkah mundur di sepanjang koridor. Mereka hendak menuju kantin. 

Deva tampak puas mengerjai Keyra hingga gadis itu mengaku bahwa semalam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. 

Mereka terus mendengarkan cerita yang terlontar dari bibir Keyra. Gadis itu terus menggerutu.

"Kalau sampai Kak Revan tau, dia bakal marah sama gue! Kalau Kak Revan sampai marah, lo harus tanggung jawab!" Keyra menunjuk wajah Deva. 

Deva balas dengan terbahak. "Gue gak bakal setega itu kasih tau Bang Revan."

"Oh iya, gue teleponin lo semalam sama Aurel, kenapa lo diem aja pas ngangkat?" tanya Gita. 

"Telepon? Kalian telepon gue?" balas Keyra.

"Iya, lo ngangkat tapi diem aja."

"Perasaan gue gak ngangkat, kapan teleponnya?" Keyra bingung.

Seorang lelaki kini muncul di sebelah kiri Deva, sontak membuat langkah Keyra, Gita dan Aurel berhenti dengan tatapan ke arahnya, diikuti Deva. Mereka menatap bingung pada Geanno yang kini menatap mereka dengan tatapan membunuh. Mereka saling bertatapan satu sama lain. Apa ada yang salah? Mereka bahkan memperhatikan seragam mereka sendiri, sudah sesuai standar sekolah. 

"Lo bertiga, ikut gue!" titah Geanno sambil menatap Keyra, Gita dan Aurel bergantian. 

"Gue enggak Kak?" Deva menunjuk wajahnya sendiri. 

Geanno melangkah berbalik arah tanpa menggubris Deva. Keyra, Gita dan Aurel bergegas mengikuti langkah Geanno, Deva lalu mengekori mereka. Rasa penasaran terus berkecamuk di benak. 

Hingga Geanno masuk ke ruang OSIS diikuti Keyra, Gita dan Aurel, lalu mereka duduk di sofa yang ada di ruang OSIS. Geanno duduk di sofa single, mereka duduk di sofa panjang, sementara Deva yang menguping dari luar. Entah kenapa rasa canggung mulai mereka rasakan saat Geanno benar-benar meenatap mereka dengan tajam. 

"Udah selesai main taruhannya?" tanya Geanno, terdengar menusuk. 

Mereka yang menyadari sesuatu yang janggal pun mulai gelagapan. Keyra menerka, jika Gita dan Aurel mengatakan Keyra mengangkat panggilan telepon mereka sementara ia tidak tau kapan mereka telepon, lalu Geanno mengetahui taruhan ini, apa mungkin Geanno yang mengangkatnya? Wah, ini gawat!

"Jawab!" sentaknya. Sontak mereka tak lagi menatap mata Geanno. Mereka hanya memandangi sepatu hitam putih Geanno yang bersih dihiasi dengan tali putih.

Mereka tetap diam tidak ada yang berniat menjawab. Entah kenapa mereka terasa ciut sekarang. Geanno terlihat menahan emosinya yang hampir meledak. Sorot matanya memancarkan amarah.

"Udah selesai taruhannya?" ulang Geanno. Kali ini suaranya melemah. 

Mendengar Geanno tampaknya akan marah, beberapa anggota OSIS inti yang berada di ruang OSIS kini mulai mengeluarkan sesuatu untuk menyumbat telinga mereka, seperti kapas maupun headseat.

"Udah puas jadiin gue taruhannya?" Keyra meremas roknya sendiri, ia mengigit kuat bibirnya. Ia benar-benar tidak berani menatap Geanno. Kali ini ia  terlihat lebih seram ketimbang biasanya.

"Kenapa diam? Jawab!"

Tidak ada yang berani mengeluarkan suara, setidaknya untuk minta maaf. Nyali mereka sudah lenyap.

My Killer Ketos (New Version-Sudah Terbit)Where stories live. Discover now