tba-17; meet nomin

19.8K 2K 41
                                    


siang hari ini haechan berada di cafe miliknya saat setelah tidak lama berkunjung karena kemarin ia hanya melalui offline berbicara dengan manager cafe.

ia hari ini menunggu kedatangan seseorang yang belum ia lihat setelah pergi setahun yang lalu karena ada urusan tentunya. bahkan mereka tidak pernah mengabari satu sama lain. haechan kira, sepupunya itu sudah melupakan dia.

mark dan chenle ia tinggalkan dirumah. karena tadi ayah dan anak itu sedang bergelut tidur siang di kamarnya.

kemarin malam, mark diajak chenle begadang bermain dengan play dough, membuatnya menjadi seperti cookie dengan berbagai macam bentuk melalui cetakan kue milik yeji. apalagi setelah itu, ia bangun pagi pagi, karena mark ada urusan di agensinya.

jadi haechan membiarkan mark untuk mendapatkan waktu tidurnya semalam menjadi siang ini. ia tidak mau menganggu apalagi membangunkan, haechan tahu kalau mark pasti kelelahan.

maka dari itu, haechan memanfaatkan waktu ini untuk pergi ke cafe.

sekarang ia tengah duduk di meja sambil meminum ice americano bersamaan dengan satu sepack kecil ubi kukus kesukaannya. sambil menggulir layar hpnya agar tidak bosan.

pintu cafe terbuka memperlihatkan dua orang lelaki dengan jaket kulitnya berjalan kearah meja yang ditempati haechan.

"sudah lama menunggu?." tanya salah satunya.

"apa yang kalian lakukan? seoul tak pernah macet di siang hari, kenapa lama sekali sampainya bodoh." tukas haechan kesal dan keduanya sudah duduk berhadapan.

"tadi jaemin mual, jadi harus membereskannya dulu, kalau tidak akan semakin parah." haechan masih tidak mengerti.

"jeno–ya, apa maksudmu?," haechan kemudian mempertajam matanya melirik jeno sekarang, "jangan bilang kalau jaemin.."

"hehe, kau akan mendapat keponakan–akhhh! sakit sialan!." umpatnya.

"kau yang sialan, berani beraninya menghamili anak orang, jangan bayangkan dirimu seperti pemuda kaya yang memiliki mansion mewah, bodoh."

"sudah haechan–ah, lagipula waktu itu kita tidak sengaja, lagipula jeno akan bertanggung jawab." ucap jaemin menghentikan pertengkaran kedua sepupu itu.

"ayo cerita apa yang terjadi? kalian lama sekali meninggalkanku ke san fransisco, datang datang membawa kabar jaemin sedang hamil. itu tidak lucu sama sekali." haechan meminta penjelasan jeno, karena selama ini sepupunya itu tak pernah mengabari apapun tentangnya.

"harusnya kau yang cerita! katanya kau akan menikah dengan si camar itu. kau serius ingin menikah dengannya? kuharap kau bisa berpikir ulang lagi." jeno mengalihkan pembicaraannya.

"aku takut chenle tidak akan bisa menyandang seorang ayah dan menjadi seperti anak anak lainnya. kau tahu kan aku sangat menyayangi chenle, begitupun juga mark. mereka sekarang sudah dekat sekali."

"lalu sekarang dimana kau tinggal?." tanya jaemin.

"aku sudah beberapa minggu tinggal dirumah nya, maksudku dirumah orang tua mark. maaf ya aku tinggalkan apartemen yang kau sewa untukku hehe." cengir haechan kedapa jeno, sebenarnya ia tidak enak hati, tapi apa boleh buat.

"dasar tidak tahu diri! jual saja apartemen itu kalau memang tidak butuh lagi."

"jeno–ya, kau seharusnya tidak mengatakan itu kepada haechan, lagipula dia itu sepupumu." kini jaemin membela haechan yang merasa disudutkan oleh jeno.

"sayang, tapi dia keterlaluan sekali–," jaemin meremat tangan kekasihnya itu membuat perkataannya terhenti, "kau juga dulu yang memaksanya untuk pindah. itu artinya kau tidak ikhlas."

Tobealone • markhyuck [END]Where stories live. Discover now