IV. Tale

19.7K 1.2K 13
                                    

   Semenjak hari itu, Sean tidak pernah melewatkan dua puluh empat jam tanpa menelepon Alyssa. Alexa kerap memergoki Sean sedang tertawa saat menerima teleponnya. Atau, pria itu berbicara asik ketika bertegur sapa lewat video call.

   Alexa akan mengabaikan saat itu terjadi. Namun setelah seminggu berlalu, lama kelamaan suara tawa dua orang itu mulai terdengar sumbang di telinganya.

   Alexa berusaha menutup telinganya rapat-rapat saat lagi-lagi tengah mendapati Sean asyik menelepon Alyssa di ruang tamu. Ia lalu berjalan cepat ke dapur, mengambil semangkuk sereal lalu menuang susu ke dalamnya. Amunisi sebelum berangkat menuju kantor pagi itu, dia memang sedang tidak mood untuk memasak dan stok beberapa bahan di kulkas juga sudah habis.

  "Hahaha benarkah," ujar Sean masih memegang handphone sembari mengenakan airphone untuk menyumpal telinga.

   Alexa mau tak mau sedikit melirik pria itu. Senyum Sean begitu lebar hingga menampakkan gigi-gigi putihnya, tawanya yang renyah terdengar ringan, berbeda sekali saat pria itu bicara dengannya.

   "Baik-baik, sudah dulu ya. Aku harus masuk kerja hari ini. Sampai ketemu nanti sore," ucap lelaki itu sebelum memutuskan sambungan.

   Alexa segera mengalihkan pandangan saat melihat lelaki itu berdiri dan berjalan menuju dapur.

   Keheningan sesaat mengisi kekosongan ruangan itu, sebelum suara air yang mengalir dari kran mengganti kekosomgam. Alexa dapat merasakan kehadiran peia itu di dekatnya, meskipun begitu, ia tetap memakan serealnya tanpa mempedulikan kehadiran sosok itu.

   "Aku akan pulang larut malam ini," ucap lelaki itu.

   Alexa tahu jadwal pasti Sean di tempat kerja. Bahkan Alexa tahu dengan detail agenda Sean setiap harinya, namun agenda yang satu ini tentu tidak tercatat dalam jadwal pria itu.

   Sean hanya ingin menemui Alyssa, itulah kesimpulan dalam pikiran Alexa saat ini. Setelah tidak sengaja mendengar percakapan mereka, tentu Alexa bisa tahu jika Sean berniat menemui sang kakak.

   Tanpa bertanya lebih jauh, Alexa pun mengangguk. Selebihnya dia kembali menyendokkan sereal tanpa menggubris keberadaan pria itu.

   Bahkan dalam perjalan berangkat ke kantor, Alexa memilih untuk menyibukan diri dengan ponsel di tangan. Meski aktivitas yang dia lakukan sebenarnya hanyalah menggulir beranda media sosial untuk mengisi waktu agar cepat berlalu. Wanita itu sedang malas berseloroh pandang dengan suaminya, apalagi sampai mengucapkan beberapa patah kata.

  "Berhenti di sini. Aku akan turun dan berjalan kaki," pinta Alexa lebih terdengar seperti perintah.

   Pintu gerbang kantor hanya terpaut jarak 100 meter lagi. Dan permintaan wanita itu tentu menimbulkan tanda tanya besar di benak Sean. Mata birunya menyipit memperhatikan wanita yang duduk di kursi penumpang depan itu.

   "Ada apa?" Tanya pria itu, dahinya berkerut bingung.

   Tanpa memandang balik lelaki itu, Alexa pun menjawab, "Aku hanya ingin berjalan kaki untuk olahraga kecil dan mencari udara segar sebelum bekerja."

   Sesaat Sean memperhatikan wanita itu dari ujung atas sampai bawah. Kini tatapan Sean yang awalnya menyipit itu pun terbuka. Kedua sisi bibir lelaki itu bahkan terangkat. Meski dia masih bingung dengan perubahan mood Alexa yang tiba-tiba. Namun Sean dapat menemukan sedikit humor dari permintaan wanita itu.

   "Berolahraga dengan heels? Dan apa yang kau maksud udara segar adalah udara yang mengisi atmosfer kota yang penuh polusi?" Dahi Sean berkerut semakin dalam.

   Alexa mengangguk, masih memandang ke depan. Tidak berniat sedikit pun untuk adu pandang dengan mata biru itu.

   Sean masih tidak paham dengan jalan pikiran wanita berambut auburn itu, tapi dia tetap meminggirkan mobil dan membiarkan wanita itu keluar. Setelahnya, wanita itu pun mulai berjalan menjauhi mobil tanpa memandang lagi ke belakang.

Unsweetened Marriage ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang