XIX. All Too Well

17.4K 1.1K 57
                                    

Langkah setengah berlari itu meninggalkan suara gema di koridor rumah sakit yang lengang. Sang pemilik kaki jenjang masih berjalan dengan buru-buru, sesekali matanya melirik ke sana kemari untuk mencari sosok familiar yang mungkin tertangkap penglihatan.

Kedatangan Alexa yang di ikuti Sean di belakangnya masih cukup awal untuk pagi itu, satu jam sebelum jam buka praktek. Karena itu, rumah sakit itu belum penuh dengan hiruk pikuk pelayanan umum.

Langkah Alexa mulai terasa berat ketika matanya menangkap sosok sang papa dan mama yang tengah menunggu di luar ruangan. Ia berusaha mengatur napas, menghirup sebanyak-banyaknya udara yang seolah enggan mengisi paru-paru.

Dihadapannya, mama dan papa duduk di bangku tunggu dengan raut muka tegang. Alexa pun semakin khawatir, dia langsung menanyakan perihal sang kakak.

"Bagaimana keadaan Alyssa?"

Kedatangan anak bungsunya itu spontan membuat sang Papa mendongak. Lelaki itu pun bangkit dan langsung menghampiri Alexa.

"Alyssa sedang mendapat penanganan dokter," jawab Papa.

"Apa yang terjadi?"

"Mama menemukan Alyssa tidak sadar di kamarnya."

Alexa mengangguk. Dia lalu mendudukkan diri di samping sang mama dan memeluknya erat. Mereka menunggu dalam diam. Dalam hati masing-masing saling berdoa untuk keselamatan Alyssa sembari saling memberikan support untuk satu sama lain.

Memang bukan hal yang ganjil jika Alyssa sering bolak-balik ke rumah sakit setiap minggu karena harus menerima pengobatan. Namun kejadian hilang kesadaran seperti sekarang sudah lama tidak terjadi. Karena itu mereka berpikir bahwa kondisi Alyssa semakin membaik.

Alexa melirik Sean yang mematung. Lelaki itu begitu diam, tanpa sedikitpun menunjukkan tingkah bossy seperti biasanya.

Sean kini duduk di samping Papa, wajahnya masih kalut dan pucat, tidak berbeda jauh dengan kedua orang tuanya. Setengah jam berlalu, kini sang dokter pun telah keluar dari ruang instalasi gawat darurat.

"Dokter, bagaimana keadaan anak kami?" tanya Papa langsung sigap.

"Keadaan Alyssa sudah stabil. Alyssa akan di pindahkan ke kamar rawat inap. Saya akan segera menginformasikan segera setelah hasil tes keluar, Mr.Wilson," jawab pria berjas putih yang biasa menangani Alyssa itu.

"Apa kami boleh menjenguknya?" Mama bertanya dengan nada khawatir.

"Ya, setelah anak anda di pindahkan ke ruang rawat inap." jelas dokter itu. Lelaki itu berlalu, meninggalkan ke empat orang itu untuk kembali menunggu.

Tidak sampai lima menit, pintu ruang  terbuka. Dua orang perawat keluar dengan mendorong hospital bed Alyssa ke salah satu ruangan rawat inap. Sean dan Mama yang sudah tidak sabar pun sontak mengekori di belakang.

Sementara Ia dan Papa memilih tinggal untuk mengurus administrasi terlebih dahulu. Papa pun berjalan ke ruang pembayaran, sementara ia mengisi beberapa berkas yang diperlukan.

Setelah menyelesaikan urusannya, Alexa.kembali menemui Papa. Sejenak ia memutuskan untuk rehat sebentar di ruang tunggu. Tubuh Alexa memang masih lemas. Selain efek jetlag dari penerbangan semalam, diikuti pertengkarannya dengan Sean pagi ini, hingga kabar mendadak Alyssa. Deretan kejadian itu cukup menguras tenaga dan emosinya.

Alexa kini menyandarkan tubuh pada senderan bangku. Matanya menatap kosong ke tembok putih polos. Pikirannya kosong. Serangkaian kejadian yang dialaminya membuat ia tidak ingin memikirkan dan merasakan apapun. Begitu tidak fokusnya dia bahkan sampai tidak menyadari kedatangan Papa yang telah duduk di sampingnya.

Unsweetened Marriage ✔Where stories live. Discover now