XL. Shattered

16.9K 1.2K 119
                                    

Alexa memasuki mansion Sean seperti biasanya. Bangunan itu kini sepi karena Sean sudah pasti telah kembali ke tempat kerja. Hanya ada dua orang penjaga keamanan yang dia temui di pagar depan sewaktu datang tadi.

Alexa memasuki kamarnya dan Sean. Tidak ada yang banyak berubah setelah seminggu ia tinggal. Semua masih rapi seperti biasanya.

Alexa kini berjalan menuruni tangga. Ia lantas berkeliling untuk mengecek beberapa hal. Netranya memandang sekitar. Ia mungkin akan merindukan tempat ini. Bagaimanapun juga tempat ini telah menemaninya selama hampir enam bulan perjalanan hidupnya. Setidaknya ia pernah memanggil tempat itu rumah dan mencetak memori di sana.

Alexa mengamati sekitar. Pandangannya tertuju pada dua buah pot berisi tumbuhan hijau di ujung ruang tamu. Alexa segera mengambil watering can sebelum menyiram pohon-pohon yang dia beli minggu lalu. Pohon itu masih hijau dan segar, tak sedikitpun menunjukkan tanda-tanda layu, cukup mengejutkan, sepertinya Sean juga turut merawatnya.

Selesai melakukan deep cleaning pada tempat itu, Alexa mulai dilanda lapar. Kali ini ia menginginkan taco untuk makan malam. Karenanya tak mampu menghirup aroma bawang, ia pun memilih untuk memesan antar taco dari salah satu restoran waralaba di kota itu.

Alexa tak menyia-nyiakan waktunya. Ia pun membersihkan diri dan sedikit berdandan sembari menunggu sang kurir datang. Sean juga mungkin akan segera pulang karena jam sudah menunjukkan pukul 5, dia harus bersiap secara mental dan fisik.

Jawaban apa yang harus dia siapkan nanti dan kira-kira bagaimana reaksi Sean. Alexa mulai membayangkan reaksi kompleks lelaki itu.

Suara mobil terdengar memasuki pelataran hingga berhenti di pelataran. Jantung Alexa mulai berdetak cepat. Ia mengantisipasi sekaligus penasaran dengan kedatangan Sean. Tidak berselang lama, pintu depan terbuka hingga menampakkan sosok tinggi gagah yang masih mengenakan setelan jas rapi. Rambutnya yang biasanya tertata rapi sudah kusut, sepertinya dia kelelahan atau dia masih kacau karena berkabung dengan kepergian kekasihnya.

Alexa masih duduk santai sampai Sean mendapati ia tengah berada di sana. Tubuhnya spontan menegak apalagi saat melihat wajah Sean yang sempat kaget selama sepersekian detik sebelum kembali dingin ke ekspresi sebelumnya.

"I'm ordering taco. I'm craving some tacos tonight. " Alexa bicara dengan lembut. Namun hanya mendapat anggukan singkat dari Sean.

"Kau ingin makan sesuatu? Aku akan memesankan sesuatu jika mungkin kau tidak ingin taco."

"Taco is okay."

Wajah Sean tampak berat seolah dia menanggung beban dan menahan emosinya.

Lelaki itu beranjak ke kamar sebelum kembali dengan setelan baju santai. Lelaki itu membawa sebuah berkas dalam map cokelat dan laptop sebelum meletakkannya di meja ruang keluarga.

Kurir datang lebih cepat dari yang dia duga. Setelah mengambil pesanannya di pagar depan, Alexa akhirnya kembali dan menyiapkan makanan mereka di atas piring.

Sean tengah sibuk menghubungi seseorang lewat ponselnya saat dia kembali. Sebelum lelaki itu bergabung dengannya di meja makan.

Mereka menikmati makan malam itu dengan diam. Sean masih enggan bertemu pandang dengannya, sementara Alexa juga tak berniat memulai percakapan apapun karena dia tidak yakin percakapan itu tidak akan berubah menjadi konfrontasi setelah dia mulai membuka mulut. Alexa hanya ingin mengisi perutnya terlebih dulu untuk mendapatkan tenaga.

Setelah makan Sean beranjak untuk membersihkan piring dan meletakkannya di cabinet. Lalu lelaki itu beranjak menuju ruang keluarga sebelum membuka laptop tipis miliknya. Tentu tingkah Sean bukanlah tingkah yang biasa pria itu tunjukkan. Sean biasanya menggodanya dengan banyolan kecil atau jika lelaki itu akan membicarakan hal-hal kecil mulai dari obrolan ringan hingga topik terkait pekerjaan.

Unsweetened Marriage ✔Where stories live. Discover now