XXV. Rainstorm

18K 969 9
                                    

Rintik-rintik hujan berubah menjadi guyuran deras ketika malam semakin larut. Tidak mengherankan jika hujan mengguyur hampir sepanjang malam, mengingat mereka berkunjung di awal Desember, waktu curah hujan hampir mencapai puncak. Alexa hanya berharap tidak ada badai dan cuaca buruk yang datang.

Alexa mengeratkan selimut yang melekat di tubuh. Ia lantas menyandarkan diri dan memilih sudut sofa terjauh dari jangkauan Sean. Mereka memutuskan untuk menonton film selepas makan malam. Alasannya karena tidak banyak hal yang bisa mereka lakukan di dalam rumah.

Sean juga tidak tampak sibuk dengan membuka laptop seperti biasa. Mungkin dia hanya ingin sedikit bersantai dan tampak normal seperti manusia umumnya.

Alexa merasa benar-benar canggung sekarang. Pikirannya melalang buana setelah malam tiba. Apalagi keberadaan Sean yang seolah mengekorinya sedari sore. Mungkin lelaki itu mengantisipasi jika ia tiba-tiba menghilang lagi seperti tadi siang. Memang tidak salah jika Sean khawatir, tapi tingkah lelaki itu entah kenapa disalah artikan oleh pikiran Alexa.

Alexa bangkit, spontan menarik perhatian Sean. Lelaki itu pun langsung menegoknya dengan pandangan bertanya-tanya.

"Mau cola?" tawar Alexa berusaha menutupi kecanggungan.

Sean masih memandang sebentar. Tampaknya lelaki itu masih mempertimbangkan apakah dia harus kembali mengekor lagi atau tidak. Namun akhirnya Sean hanya menggeleng singkat sebelum mengembalikan pandangan pada layar datar di dinding.

Alexa menarik napas lega setelah Sean memberinya ruang. Ia lalu berjalan ke dapur. Tenggorokannya mendadak kering setelah memikirkan hal yang mengganggu tadi. Ia pun bergegas menuangkan sebotol jus ke dalam gelas dan meneguknya dalam sekejap.

Manik matanya pun curi-curi pandang ke sekitar. Sedari tadi ia memang melihat satu kamar kosong lainnya di Villa. Namun karena Sean mengekorimya, ia belum sempat mengecek kamar itu. Ia harus berusaha mencari cara agar tidak terpenjara dalam satu kamar selama beberapa malam dengan Sean. Alexa pun mencoba untuk membuka pintu itu. Namun engsel pintu itu terkunci rapat. Tampaknya pintu itu memang sengaja dikunci.

Mungkin saja itu ulah Sean untuk menjebaknya agar tidur dalam satu ruangan. Atau itu karena penjaga Villa memang tidak membukanya. Yang jelas, untuk beberapa hari ia akan terjebak dalam master bedroom bersama Sean. Tidak ada yang lebih buruk bukan.

Alexa kembali memasuki kamar saat film masih berlangsung. Lelaki itu sekilas mengeceknya dari atas ke bawah, sebelum pandangannya kembali ke layar datar di dinding. Alexa pun memutuskan kembali ke posisi awalnya, duduk di sofa yang berada jauh dari Sean yang duduk di atas tempat tidur.

Suara hujan lebat yang menabrak atap bangunan dan tanah lapang sekitar Villa terdengar makin keras setelah beberapa jam hujan mengguyur, suara ribut itu berpadu dengan udara dingin lembap yang menandakan angin berembus makin kencang.

Alexa masih memandang kosong ke luar jendela saat Sean mematikan televisi setelah film usai. Mata elang itu pun tertuju pada sang istri yang tampak bengong. Sean bahkan tidak yakin jika Alexa bisa menceritakan jalan cerita film itu jika ditanya. Entah berapa lama wanita itu telah melamun.

"Apa yang mengganggu pikiranmu Alexa?" Tanya Sean akhirnya. Sedari tadi ia memang melihat keresahan di wajah cantik itu namun ia menahan diri untuk tidak bertanya. Ia ingin berhati-hati agar tidak mengulang sesuatu yang memunculkan sikap Alexa beberapa hari lalu. Tapi setelah melihat lamunan panjang itu, kini Sean tidak bisa lagi menahan mulutnya untuk tidak bertanya.

"So it is just you and me." Wanita itu menunduk menghindari bertumbuk pandang dengannya. Alexa pun tampak menggigit bibir bawahnya yang tebal. Membuat bibir itu makin merah merona. Sean segera membuang pikirannya yang melalang buana, ia bertekad harus fokus untuk mengurai maksud penyebab keresahan Alexa.

Unsweetened Marriage ✔Where stories live. Discover now