XLIX. Ocean Apart

19.3K 1K 20
                                    

Semilir lembut angin dari Laut Mediterania membelai rambut cokelat gelapnya. Bau asin khas pantai kini memenuhi indera penciuman. 

Perempuan itu lantas merentangkan tangan, perlahan memejamkan kedua kelopak mata, sembari menikmati sapuan lembut angin yang mengenai kulitnya.

Perempuan itu lantas mengambil selangkah demi selangkah maju. Dia mengamati  hamparan padang rumput lebar yang membentang di permukaan tebing sebelum berakhir oleh deruan ombak yang menghantam karang.

Inilah kebebasan. Ketenangan yang dia nikmati sebelum badai besar lain menghadang.

Ini adalah liburannya sebelum dia harus menghadapi suasana pengadilan. Ia tidak ingin ambil pusing lagi soal urusan proses perceraian.

Di tempat ini, dia hanya ingin bahagia, menenangkan dirinya dan hatinya yang terus dipaksa untuk sakit selama beberapa hari belakangan.

Dia tak harus terus-terusan merasa sakit. Dia ingin bahagia. Dan dia pasti bisa bahagia.

Lagipula tidak ada salahnya dia menikmati waktunya sendirian di sana. Karena dengan pikiran yang tenang dan bebas stress, itu adalah upaya yang dia lakukan untuk menjaga kesehatannya dan juga kandungannya.

****

Sean melangkah cepat. Lagi-lagi kakinya melangkah terburu-buru memasuki bangunan di pinggiran kota itu. Kali ini ia kacau, benar-benar kalut karena pikiran dan rasa khawatirnya sendiri.

"Dimana Alexa!" Sean menggebrak meja pertemuan berisi tiga orang pria berbadan besar itu.

Kini sang asisten pribadi, bersama kepala bodyguard dan private investigator tengah berembug masalah ini setelah mereka bertiga kehilangan jejak sang nyonya besar.

Keberadaan Alexa yang tiba-tiba menghilang sontak menyebabkan huru-hara sampai semua petugas keamanan yang bekerja untuk bos muda itu begitu sibuk dan kewalahan.

"Bagaimana kalian bisa kehilangan Alexa! Sudah kubilang kalian tetap harus memberikan pengamanan nomer satu pada dia."

"Bodyguard pribadi keluarga Wilson mengacau kami bos. Kami kira nyonya berada dalam mobil yang kami ikuti, tapi ternyata kami salah." Kepala bodyguard memberi penjelasan yang malah membuat Sean semakin meradang. Pria muda itu langsung menendang kursi yang ada di depannya hingga terpental beberapa meter. Sean tengah menahan diri untuk tidak melayangkan pukulan ke wajah si botak tua yang masih dia hormati itu.

"Aku membayar kalian dengan bayaran tinggi bukan untuk melakukan kesalahan sebesar ini. Kalian tahu ini bisa membahayakan nyawa Alexa."

Kepala bodyguard itu menunduk. Menyadari bahwa dia baru saja gagal memimpin tim dan mengakibatkan sebuah kesalahan fatal. Dia mungkin saja akan segera kehilangan pekerjaan yang telah dia jalani selama bertahun-tahun.

"Kami akan menemukan nyonya secepatnya bos." Sang private investigator yang tampak lebih tenang, akhirnya bicara. Sang bos pun menoleh, kini beralih memandang tajam private investigatornya.

"Apa pesawat pribadi keluarga Wilson melakukan penerbangan baru-baru ini?" Tanya Sean mengerucut, langsung merujuk pada kemungkinan yang ada dalam kepalanya.

"Tidak, Tuan. Kami sudah mengecek, dan hasilnya tidak ada penerbangan kemana pun dalam seminggu terakhir."

"Sial!" Sean mengumpat, tangannya bergerak menyibak rambutnya kasar. "Kemungkinan Alexa menggunakan pesawat komersil atau relasi milik keluarga Wilson."

Sean menghela napas gusar. Dia lantas memejamkan kedua matanya guna sedikit menenangkan diri, otaknya tengah berpikir berat untuk mengingat-ingat siapa saja yang harus dia hubungi terkait Alexa. Dan kemana Alexa akan pergi di saat seperti ini. Ada beberapa sosok yang muncul, dan Sean mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada.

Unsweetened Marriage ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang