LIII. End of Us

33.2K 1.3K 36
                                    

"Baik, terima kasih yang mulia. Saya Harlow Lewis sebagai pengacara yang mewakili pihak tergugat, Mrs. Alexa akan...."

Sean tak lagi mampu berkonsentrasi. Kepalanya berdenyut, pandangannya yang buram kini hanya tertuju pada satu perempuan yang tampak bercanda sesekali dengan pengacaranya sejak sebelum sidang dimulai.

Wanita itu masih bisa tersenyum, bahkan terkadang tertawa ringan meski kegugupan masih terlihat dari cara duduknya yang kaku. Terkadang wanita itu juga menautkan tangannya menunjukkan gestur gugup atau mengelus perut bulatnya sesekali untuk mengurangi rasa tak nyaman karena atmosfer yang begitu tegang.

Telinga Sean berdenging di sepanjang sidang. Perasaannya campur aduk, dia ingin melakukan apapun untuk menggagalkan sidang ini. Meski kini ada pihak Wilson yang mengerahkan seluruh bodyguardnya untuk memenuhi seluruh bagian pengadilan tak akan mungkin membiarkan sidang ini gagal. Dan saat melihat Alexa yang tampak ringan dan benar-benar menginginkan sidang ini, ia pun mundur dan mengurungkan niat.

Lantas apa yang harus dia lakukan untuk menjaga Alexa dan anaknya setelah ini? Hal itu tidak pernah terpikir dalam otak Sean selama beberapa bulan terakhir.

Kenyataan tentang kehamilan Alexa yang baru dia ketahui sepuluh menit lalu masih berupaya dia proses dalam kepalanya. Terlebih memikirkan cara menyelamatkan Alexa di tengah atmosfer sidang yang kaku.

Kehamilan Alexa benar-benar sudah tampak sekarang. Media pasti akan memburu beritanya. Itu akan jadi bumerang sekaligus bagi Alexa. F*ck!

" .... jika pengadilan mengadakan konseling apakah mampu menyelamatkan pernikahan ini?.... "

Mendengar sepotong pertanyaan hakim, Sean pun terpaksa menggigit dinding mulutnya sembari menelan ludah pahit. Dia ingin berteriak menggagalkan proses putusan perceraian itu, meski dia sendiri tahu hal itu tidak akan mungkin menghentikan proses perceraian. Bahkan pengacaranya tidak mampu menggagalkan proses ini di detik-detik terakhir jika tanpa kesepakatan dua belah pihak. Jikapun dia mencoba dan pihak Alexa tetap kukuh menyetujui perpisahan, itu hanya akan memperlama dan memperumit proses perceraian ini. Dan itu yang Sean hindari, ia tidak ingin membuat Alexa stress dan memperburuk kondisi kesehatannya.

"Tidak, yang mulia." Pengacara dari pihak Alexa langsung lantang berbicara. Pengacaranya melirik ke arahnya sebentar, menunggu anggukan darinya sebelum akhirnya turut menyetujui.

"Baik, kami akan melanjutkan prosesnya...."

Setelahnya semuanya makin buram. Ada sedikit tukar argumen namun tidak sampai menimbulkan perdebatan di antara kedua pengacara dari pihaknya dan pengacara pihak Alexa.

Hingga lima menit lamanya, sidang berjalan yang Sean rasakan bagai putusan kematiannya. Hingga pada ujungnya hakim telah mengetuk palu dan memutuskan bahwa pernikahan itu berakhir dan dia benar-benar berpisah dengan Alexa.

Bagai suara yang menggertak telinganya, suara tepuk tangan keras terdengar dari arah Tuan dan Nyonya Wilson beserta Eleanora yang duduk di bangku pengunjung sidang di pihak Alexa.

Mereka pun bergerak mengerubungi Alexa dan memeluk wanita itu erat. Menutup sepenuhnya sosoknya dari penglihatan Sean.

Eleanora adalah yang paling lantang mengucapkan selamat pada Alexa sebelum tersenyum puas mengejeknya. Tatapan Sean menajam meski penglihatannya semakin buram.

Sean baru sadar saat dia merasakan tepukan di bahunya. Kali ini, Caleb yang masih sudi duduk di pihaknya memeluknya sembari menepuk pundaknya berulang kali saat air mata mulai menetes dari pelupuk mata kirinya.

****

"Alexa."

Suara berat itu membuat langkah Alexa terhenti. Dia pun berbalik, berhadapan langsung dengan sosok yang baru saja berubah status menjadi mantan suaminya tak kurang dari lima menit yang lalu. Pandangan matanya kini mendapati sosok Sean yang berjalan ke arahnya.

Unsweetened Marriage ✔Where stories live. Discover now