XXXII. Confused

15.9K 971 21
                                    

Pagi ini, waktu mereka berleha-leha di pulau itu akhirnya usai. Pasangan itu harus buru-buru berkemas dan kembali ke rumah. Tapi, sebelum benar-benar pergi meninggalkan Hawaii, mereka berencana untuk mengunjungi salah satu resort hotel tertua milik keluarga Williams. Mungkin satu atau dua malam akan mereka habiskan di hotel untuk mengecek langsung kinerja para pegawai sekaligus keadaan tempat itu secara langsung.

Setelah sedikit kerusuhan dengan barang bawaan dan jadwal take off, mereka akhirnya mendarat dengan selamat di Maui. Para bodyguard berpakaian hitam rapi langsung berbaris menyambut saat mereka berjalan menuruni tangga pesawat.

Inilah potret Williams yang sebenarnya. Keluarga yang banyak di elu-elukan oleh banyak orang karena kekuatannya. Alexa memang tidak asing dengan gaya hidup semacam ini, namun tetap saja nama Williams yang tersemat dalam nama orang-orang di sekitarnya tetap membuatnya bergidik ngeri. Alexa tahu betapa berkuasanya Williams di dalam dunia bisnis, hampir seluruh anggota keluarga Williams mengambil kendali di bidangnya masing-masing. Dan secara teknis Sean adalah anak tunggal yang tersisa di keluarga itu, tentu dia akan mewarisi semua kekayaan dan limpahan beban tanggung jawab perusahaan milik keluarga Williams kelak.

Alexa menyuguhkan senyuman kecil pada bodyguard yang kini berdiri di hadapan mereka dengan wajah kaku. Lelaki itu pun mengangguk sebelum mengalihkan wajah pada Sean. "Selamat datang Tuan Sean Williams dan Nyonya Alexa Williams."

"Terima kasih," balas Alexa. Sementara Sean hanya mengangguk kecil. Perangainya benar-benar berbeda sekarang, pria itu telah kembali ke setelan mode kakunya yang sudah Alexa hafal di luar kepala. Setidaknya bekerja dengan Sean selama lebih dari 3 bulan terakhir telah membuatnya mengetahui berbagai kebiasaan dan tiap-tiap ekpresi wajah lelaki itu.

Wajah Sean yang kerap memasang tampang main-main selama mereka berada di villa seketika terhapus, kini lelaki itu telah topeng seorang CEO. Perbedaannya begitu kentara hingga membuat Alexa benar-benar heran dengan tingkah Sean. Lelaki itu benar-benar ahli dalam memakai topeng dan memainkan peran.

"Kalian sudah siapkan semuanya?" tanya Sean tanpa basa-basi.

Wajah bodyguard yang hampir tampak berumur sekitar tiga puluh lima tahun itu makin kaku. Namun dia tetap mengangguk sopan. "Sudah Tuan, silakan."

Dua pengawal lainnya menyeret koper miliknya dan Sean hingga ke dalam mobil belakang. Ia dan Sean lantas memasuki mobil yang berada di bagian depan. Seorang sopir dengan ramah kembali menyambut mereka layaknya bodyguard sebelumnya.

Alexa mengalihkan pandangan ke jendela samping. Ia pun memerhatikan sekeliling pulau. Tempat itu lebih ramai dari pulau yang mereka tinggali sebelumnya. Ada banyak penginapan, bar, kafe, dan restoran yang berjajar sepanjang jalan. Melihat bangunan -bangunan itu Alexa pun teringat akan janjinya dengan Sean terkait Alyssa, ia harus segera memikirkan rencana untuk kencan mereka.

Alexa berpikir, ia harus mulai dengan rencana itu sesampainya mereka di rumah. Karena sungguh ia tidak boleh membuang waktu. Setiap menit yang terbuang berharga bagi Alyssa. Mereka tidak tahu kapan kondisi Alyssa memburuk, dan lagi berita buruk yang disampaikan dokter bukanlah main-main. Bahkan orang awam yang melihat kondisi Alyssa secara langsung pasti tahu bahwa sang kakak memang tidak menunjukkan tanda-tanda membaik.

Lalu bagaimana dengan hatinya? Apakah ia siap berhadapan dengan rasa sakit itu. Apakah ia akan menerima dengan lapang dada saat melihat Sean kembali dekat dengan Alyssa tepat di depan matanya.

Alexa segera menepis pikiran itu. Perlahan, ia yakin ia bisa mengaturnya. Bahkan ia mungkin saja berdamai dengan perasaannya. Sedikit memberi jarak dengan Sean tidak akan menyakitkan dibandingkan melupakan Sean bukan? Mungkin ia harus memulainya dari menghindari lelaki itu.

Unsweetened Marriage ✔Where stories live. Discover now