XXII. Rupture

17.7K 1.1K 29
                                    

"Apa yang terjadi? Kau tidak apa-apa?" Alexa selangkah maju, mata bulatnya masih mengamati wajah pria itu khawatir.

Sean mengangguk sebelum terbatuk-batuk dan berjalan begitu saja melewatinya. "Ya, aku baik... uhuk-uhuk."

Lelaki itu rupanya ingin bertingkah seakan dia tengah baik-baik saja. Alexa geram, Ia ingin bertindak tidak peduli sama halnya dengan tingkah lelaki itu yang mengabaikannya. Namun kekhawatirannya tidak akan berakhir sampai ia memastikan keadaan Sean. Alexa pun meraih tangan Sean dan menahan lelaki itu.

"Wait." Dan betapa terkejutnya ketika tangannya menyentuh kulit lelaki itu. Lengan itu terasa begitu panas di telapak tangannya. "Kau demam Sean."

Spontan Sean berbalik setelah mendengar suara lirih Alexa. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan Alexa pun segera menempelkan tangan di dahi Sean. Dan benar, dahi lelaki itu begitu panas, persis seperti tangannya yang masih dia genggam hingga sekarang.

Alexa pun segera menarik tangan Sean dan menuntunnya ke sofa. "Duduklah sebentar. Aku akan mengambil termometer."

Jemari lentik itu dengan cekatan meraih dasi Sean dan melepas kain tipis yang melingkar erat di leher lelaki itu. Sean awalnya tampak bingung namun Alexa rasa karena tubuh lelaki itu begitu lemas, hingga dia tidak banyak protes seperti biasanya. Perlahan Alexa mengudar simpul kain panjang mengikat itu dan melepasnya. Ia lalu mencopot kancing teratas yang awalnya tertutup dasi untuk memudahkan lelaki itu bernapas.

Alexa bangkit dan berlari kecil ke dapur. Dia lantas membuka rak paling atas dan mengeluarkan kotak p3k dari dalamnya. Dia pun buru-buru kembali menghampiri Sean.

Alexa lantas memasang termometer. Dan setelah beberapa menit dia mengecek alat itu. Matanya spontan melebar kala mendapati angka yang tercetak di sana. Beruntung lelaki itu bisa bertahan mengemudi sampai rumah dengan selamat.

"39,2. Oh Sean suhu badanmu begitu tinggi. Kau masih sanggup berjalan ke kamar atas?"

Lelaki itu mengangguk lemah, Alexa pun menyangga tubuh lelaki itu agar tidak oleng dan membantunya ke kamar atas.

Kamar Sean terletak di ujung lorong, tepat berada di samping kamar Alexa yang pintunya lebih dekat dengan tangga. Mereka masih perlu melewati lorong berisi foto-foto pernikahan sebelum sampai di pintu kamar Sean. Sampai saat ini Alexa tidak mengerti kenapa lelaki itu memasang foto-foto itu di sana. Setahunya, Sean tampak tidak peduli dengan pernikahan mereka. Mungkin lelaki itu hanya ingin membuat pernikahan ini tampak normal di hadapan orang tuanya.

Alexa membuka pintu putih itu sebelum membantu Sean masuk. Kamar lelaki itu begitu khas. Dengan cat abu-abu gelap nyaris hitam dan perabotan berwarna hitam kelam. Nyaris tidak ada warna-warni mencolok. Kecuali beberapa lampu gantung, lukisan abstrak dan hiasan meja. Kamar itu terasa begitu gelap dan dingin, berbanding terbalik dengan kamar miliknya yang dipenuhi warna biru langit yang hidup.

Sesampainya di samping tempat tidur Alexa segera membantu Sean untuk duduk. Lalu ia membenarkan letak bantal agar lelaki itu lebih nyaman saat hendak berbaring. Ia pun menghela napas berat. Menyangga bobot Sean yang lebih berat dari tubuhnya ternyata lumayan membutuhkan sedikit tenaga ekstra.

Alexa kembali menilik ke sekitar. Ini bukan pertama kalinya Alexa memasuki kamar itu. Ia biasanya juga masuk ke kamar itu ketika meletakkan baju yang selesai laundry. Namun ia tidak pernah pergi ke sana dengan lelaki itu. Dan jujur ini adalah pertama kalinya ia memasuki kamar utama alias kamar milik Sean bersama lelaki itu. Entah mengapa ada perasaan aneh yang asing saat dia berkunjung kali ini.

"Berbaringlah dan buka bajumu!" ucapannya itu keluar dari mulut sebelum Alexa sempat berpikir lebih jernih.

Sebelah alis Sean bergerak naik. Kata-kata itu tentu terdengar salah, apalagi setelah aksinya yang membantu Sean berbaring. Pipinya kini memanas karena pikirannya sendiri. Untung saja Alexa cepat menyadari kesalahan ucapannya. Dia pun berusaha meluruskan maksud ucapannya setenang mungkin.

Unsweetened Marriage ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang