XVII. Photograph

19.1K 1.2K 8
                                    

Alexa mencoba menapakkan kakinya ke lantai. Lembutnya karpet wool yang empuk itu langsung bersentuhan dengan kulit telapak kakinya, meninggalkan sensasi ganjil yang ia rindukan selama beberapa hari belakang. Alexa pun mengangkat sedikit kakinya sebelum kembali menjejakkannya. Rasanya tidak sesakit kemarin, bahkan kini hanya menyisakan sedikit rasa tidak nyaman. Tiga hari istirahat ia pikir memang cukup memberi waktu bagi kakinya untuk pulih.

Kini ketidakhadiran Sean membuat Alexa akhirnya terpikirkan untuk mencoba kembali kinerja kakinya. Lelaki itu tengah keluar. Dia berkata bahwa ia butuh untuk sedikit berbincang kecil dengan Mr. Jackson sebelum pertemuan dengan walikota pagi ini. Sudah beberapa hari Sean begitu sibuk dengan pekerjaan karena harus menangani banyak hal seorang diri. Sean bahkan tidak lagi terlihat menghubungi Alyssa seperti biasa, setidaknya itulah yang Alexa lihat ketika Sean berada di depan mata. Lelaki itu begitu sibuk menenggelamkan kepala di depan layar laptop atau mengadakan meeting dan meninjau jalannya proyek, hingga dia pun tak sempat untuk sekedar membuang waktu senggang bermain ponsel.

Alexa menggerak-gerakkan kakinya sekali lagi. Ia memang tidak lagi merasakan ngilu yang parah seperti sebelumnya. Dan juga, Alexa tidak bisa terus-terusan merepotkan Sean. Karena itu Alexa akan mencoba sebelum Sean datang dan pasti berusaha melarang. Dengan tekad yang keras, ia pun memberanikan diri.

Alexa mencoba bangkit. Ia menggunakan tangannya untuk menggapai pinggiran tempat tidur dan menyokong sebagian berat badannya.

Dia perlahan mengambil satu dua langkah kecil sebelum akhirnya mencoba berjalan normal seperti biasanya. Tidak terlalu buruk, ia pikir ia bisa mulai kembali berkerja hari ini.

Alexa pun berjalan dengan hati-hati untuk mengambil bajunya sebelum menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah sedikit membasahi tubuh dengan air hangat dan mengenakan pakaian setelan kantor rapi, Alexa pun menggapai sepatu kerjanya. Namun belum juga ia sempat memasang benda itu di kakinya, aksinya telah di hentikan oleh suara tinggi seorang pria.

"Apa yang kau lakukan?!"

Alexa sontak mendongakkan wajah, dilihatnya sang suami yang juga telah mengenakan kemeja putih rapi. Lelaki itu berdiri di ujung pintu dengan dua tangan di tekuk ke pinggang. Wajahnya jauh dari kata ramah, auranya menggelap.

Tatapan tajam yang lelaki itu tunjukkan mengindikasikan dia sedang marah. Namun kini Alexa tetap mencoba tetap tenang. Ia pun menarik napas perlahan. Kedua sisi bibir wanita itu mengembang, seolah tidak terpengaruh dengan tatapan lelaki itu.

"Bersiap kerja. Kita ada pertemuan dengan walikota pukul 10," ucap wanita itu santai. Dia kembali mengenakan sepatu kerjanya seperti biasa, meski kali ini dia memilih sepatu tanpa hak tinggi.

Lelaki itu memiting batang hidungnya sebelum membuang napas kasar. "Kau masih sakit, Alexa," ucap Sean sembari mengeratkan gigi-giginya.

"Aku tahu, tapi ini pertemuan penting. Aku tidak ingin terlihat tidak menghormati wali kota, dan melewatkan pertemuan ini," Wanita itu masih mencoba bersikap tenang, meski ia tetap menunjukkan gelagat keras kepala miliknya.

Ia lantas menggapai tas kerja dan menggandeng Sean. Sontak lelaki itu membeku saat wanita itu dengan santai menggapai lengannya. Hal sekecil itu saja langsung membuat otak Sean seolah berhenti berfungsi normal.

"Ayo cepat pakai jas dan dasimu. Kau perlu tampil meyakinkan di depan walikota."

****

Pertemuan bisnis itu berlalu dengan cepat, hanya jamuan makan siang kecil dengan wali kota. Sedikit canda gurau di sana sini hingga terjalin kesepakatan dengan William Enterprise.

Sang walikota begitu menyambut kedatangan mereka berdua. Laki-laki tua ramah itu bahkan meminjamkan salah satu mobil SUV modifikasi miliknya untuk digunakan berkeliling Yellowstone National Park. Walikota itu bersikeras bahwa tamu mereka harus merasakan sensasi langsung berkunjung ke taman nasional kebanggaan di wilayah negara bagian itu, salah satu yang tidak boleh terlewatkan kala berkunjung ke sana. Lelaki tua itu bahkan membekali mereka dengan teropong, dan peta kecil untuk dibawa berkeliling.

Unsweetened Marriage ✔Where stories live. Discover now