V. Invitation

19.5K 1.2K 7
                                    

   Alexa meregangkan tangannya yang pegal. Seharian berada di depan layar dan tidak beranjak dari duduknya membuat otot-ototnya tegang. Dia pun mendorong kursinya sedikit ke belakang, sebelum meluruskan kedua kaki yang terbalut heels.

   Alexa mengalihkan pandangan dari layar laptop yang masih menyala. Dia lantas melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. Benda bundar itu menunjukkan jarum pendek yang hampir menuju angka lima. Kurang lebih sepuluh menit lagi, pikirnya. Ia bisa lekas berkemas sekarang.

   Hari ini adalah hari jumat, itu artinya weekend akan segera menyapa. Sisi bibirnya pun terangkat saat membayangkan buku novel tebal dan aroma kopi dari cangkir yang masih mengepul. Mungkin ia akan mengisi agenda besok pagi dengan menghabiskan hari bergelut bersama kumpulan kertas berisi cerita itu.

   Alexa segera memasukkan beberapa peralatan pribadi ke dalam tas. Namun saat meraih ponsel, layar persegi itu tiba-tiba menyala. Mata Alexa menyipit memperhatikan identitas kontak yang terpampang.

   🌈Eleanora🦄

   Alexa sedikit menjengit saat melihat nama kontak itu. Ia kembali teringat ketika sang sahabat mengambil ponselnya untuk mengganti nama kontak wanita itu. Eleanora beralasan bahwa namanya terlalu kaku saat tersimpan dalam kontak miliknya dulu. Awalnya Alexa merasa terganggu dengan ikon berlebihan yang dipasang Eleanora, namun seiring berjalannya waktu, ia mulai terbiasa.

   Tangan Alexa menggeser permukaan layar ponsel. Tak lama, wajah sang sahabat terpampang di layar seluas genggaman tangan itu. Bibir pinknya mengembang, senyum lebar terpampang di wajah wanita yang telah beberapa bulan tidak ia temui itu.

   "Hai El," sapa Alexa lembut. Yang langsung dibalas dengan pekikan oleh sang sahabat.

   "Alexa! Kau tidak tahu betapa aku merindukanmu. Oh Ya Tuhan! Kita sudah lama sekali tidak saling bertukar kabar. Bagaimana keadaanmu? Baik, kan? Oh Alexa, kau tidak akan percaya banyak hal yang aku temui di sini." Sang sahabat langsung bercerocos panjang lebar, senyuman yang tidak padam dari wajah itu. Tingkah sang sahabat tentu membuat kedua bibir Alexa ikut tertarik.

   "Baik. Bagaimana kabarmu. Aku tahu kau mengabaikanku El, kau terlalu sibuk dengan laporanmu sampai melupakanku." Alexa memajukan bibir bagian bawahnya yang membuat wanita di balik layar terkekeh.

   "Maaf Al. Kau tahu kan, profesor pembimbingku ingin aku menyelesaikan semuanya dengan cepat dan sempurna." Eleanora memutar bola matanya teringat profesor tua dengan rambut yang sudah dipenuhi uban. Kacamata yang bertengger di hidung kakek tua itu bahkan sering melorot karena sudah usang termakan usia.

   "Ya, aku tahu. Kau akan kembali?" balas Alexa.

   Eleanora mengangguk-angguk sesaat, sampai mata kecokelatan miliknya teralihkan oleh pemandangan di belakang Alexa. Bukankah awalnya dinding kantor gadis itu berlapiskan wallpaper berwarna cokelat, tapi kenapa sekarang hitam, batin Eleanora.

   "Kau pindah kantor lagi?" tanya wanita itu dengan suara nyaring.

   "Emmm, ya. Papa memindahkanku ke bagian lain." Alexa membuang pandangan, dia tidak ingin berbohong pada Eleanora, namun sungguh sulit mengatakan semuanya sekarang.

   Eleanora melihat gelagat aneh Alexa. Persahabatan mereka yang berumur melebihi satu dasawarsa membuat wanita itu sangat hafal ketika Alexa meyimpan sesuatu yang mengganggu pikiran sang sahabat. "Hey ada apa dengan wajahmu. Kau ada masalah?"

Unsweetened Marriage ✔Where stories live. Discover now