XVI. Balcony

18.5K 1.1K 3
                                    

Sejak kehilangan sementara kemampuannya untuk bergerak dengan kaki, Alexa tentu terbatas dalam melakukan banyak hal. Tidak seperti biasanya, ia tidak bisa bertindak menjadi asisten untuk Sean maupun menyiapkan beberapa keperluan lelaki itu layaknya seorang istri. Karena itu, seharian Alexa hanya mengerjakan beberapa pekerjaan yang tidak terlalu membutuhkan banyak mobilitas dari laptop miliknya.

Wanita itu merentang tangannya, sedikit menarik otot-otot miliknya hingga terdengar bunyi gemeletuk dari engsel-engselnya. Pandangan Alexa naik, ia melihat sang suami yang sibuk memainkan jari-jemari pada keyboard. Muka lelaki itu tampak begitu serius dengan sebuah kacamata kerja yang bertengger di hidung tingginya. Pandangannya yang tajam terarah lurus ke depan, tak henti-hentinya melihat layar laptop merk salah satu nama buah.

Lelaki itu tiba-tiba bangkit ketika ponselnya berbunyi. Dia pun buru-buru berjalan menjauh dan mengangkat panggilan.

"Ya,"

"Baik-baik. Jangan lupa persiapkan laporannya." Hanya suara samar itu yang terdengar sampai ke telinga Alexa.

Wanita itu pun menutup laptopnya dan sedikit beringsut untuk menyandarkan diri di dashboard ranjang. Dia sudah menyelesaikan pekerjaannya hari itu, dan sekarang dia tidak punya kegiatan lain untuk dilakukan.

Jika tidak sedang sakit mungkin Alexa sudah berjalan-jalan mengelilingi hotel, mengeksplor kehidupan alam di sekitar, dan menghilang di dalam padang savana. Namun ketidak mampuannya kini membuat ia tidak memiliki banyak waktu luang. Dan dia mulai bosan. Hampir dua hari dia berdiam diri tanpa melakukan apapun. Tuan Beruang Kutub yang begitu sibuk juga tidak menghibur. Lelaki itu hanya datang ketika dipanggil, dan selebihnya Mr. Beruang Kutub akan sibuk dengan benda elektronik miliknya.

Alexa membuang napas jenuh. Dia pun mengeluarkan ponselnya, membalas beberapa pesan Eleanora, keluarganya, dan beberapa teman di sosial media.

Namun setelah beberapa menit selang waktu dari pesan terakhir. Layar ponsel Alexa tiba-tiba kembali hidup. Kini muncul nama kontak yang cukup membuatnya tercengang.

Papa

Dahi Alexa berkerut, bingung sekaligus heran saat sang papa menelepon di jam kantor seperti ini. Papanya itu begitu serius ketika berkaitan dengan bisnis dan pekerjaan. Dia akan bersikap profesional dan tidak mencampur adukkan pekerjaan dengan rumah. Tidak biasanya papanya menghubungi di jam seperti ini, ataukah papanya tahu jika pergelangan kakinya terkilir dan tidak bisa berjalan selama beberapa waktu.

Alexa meneguk ludah. Akan jadi masalah besar jika sang papa tahu. Apalagi posisinya sekarang sedang bersama Sean. Sang papa mungkin tidak hanya akan menyalahkan dirinya yang tidak berhati-hati, namun yang lebih parah mungkin adalah efek bagi Sean. Lelaki itu mungkin akan mendapatkan satu atau dua masalah karena kecerobohan Alexa sendiri.

Dengan ragu Alexa pun mengangkat telepon. Dia sedang berusaha memutar otak seandainya sang ayah bertanya perihal cederanya. Oh Alexa punya ide, dia pun buru-buru berakting di depan papa.

"Yes papa, ada apa?" Alexa berkata dengan nada agak ketus, seolah-olah sedang kesal karena sang ayah mengganggunya di jam kerja.

Sean yang baru saja kembali masuk ke kamar langsung melirik. Tampaknya lelaki itu juga penasaran ingin menyimak pembicaraan ia dengan sang ayah.

"Ada apa dengan nada bicaramu? Kau baik-baik saja, nak?"

Alexa melirik Sean sebentar namun ketika pandangan mereka bertemu, lelaki itu buru-buru membuang muka. Sean kini tampak tak lagi peduli. Dia sudah membuka laptopnya kembali. "Aku baik, papa. Aku sedang dalam perjalanan bisnis ke Wyoming bersama Sean. "

Unsweetened Marriage ✔Where stories live. Discover now