47. Demam

36.1K 5.6K 269
                                    

Dua bulan berlalu...

Ini saatnya Genta dan Dexter kembali ke Alterion. Mereka tentu saja sudah tak sabar untuk menemui Sona.

Selama dua bulan bersama, Genta seringkali berdebat dengan Dexter. Apalagi kalau itu sudah menyangkut tentang Sona. Genta juga sangat kesal karena Dexter menutup mulutnya rapat-rapat soal permintaan Sona padanya itu dan tak mau sedikitpun memberitahu Genta.

"Kau benar-benar keras kepala, Pangeran." Ucap Dexter lelah ketika Genta terus mendesaknya.

"Aku tak akan berhenti samapai kau mau memberitahuku."

"Kau bisa bertanya langsung saja pada Putri nanti saat sampai. Kenapa repot-repot berusaha membuka mulutku?"

"Tidak. Aku yakin dia juga tak akan menjawab. Dia gadis yang sangat keras kepala."

"Hey! Berkaca dulu sebelum bicara." Dexter menatap Genta yang berbicara tanpa tahu malunya.

"Kau! Jangan coba-coba mendekati Sona saat kembali. Kau tua bangka, jangan berani-beraninya bermimpi mendapatkan adikku." Genta menatapanya kesal.

"Jangan seperti itu kakak ipar. Aku harus menemui putri untuk melaporkan permintaan rahasianya. Lagipula, aku tak akan menikah jika itu bukan Putri." Senyum Dexter terlihat santai dan nakal.

Genta melotot mendengar itu. Ini bukan pertama kalinya dia mendengar bualan Dexter tentang menikah dengan Sona selama dua bulan bersamanya.

"Sona tak akan mau denganmu!" Genta membalas dengan emosi.

"Aku akan membuatnya menyukaiku. Aku akan berusaha." Balasnya lagi-lagi tersenyum simpul dengan percaya dirinya.

***

"Ada apa? Apa makanannya tak enak?" Tanya Arjen ketika melihat Sona tak menyentuh makanannya sedikit pun saat sarapan pagi bersama Arjen dan Hero.

"Tidak. Ini enak." Sona memaksakan senyumannya dan langsung menyendokkan apapun itu ke mulutnya, dan mengunyahnya dengan paksa.

Sebenarnya dia merasa tak enak badan. Kepalanya berdenyut dari saat bangun tidur tadi, dia juga kehilangan nafsu makannya.

Dia menyembunyikan fakta ini dari siapapun. Dia tak ingin membuat mereka khawatir dan membuat heboh satu istana. Apalagi hari ini Genta dan Dexter akan tiba di istana.

"Apa kau baik-baik saja?" Hero bertanya dengan khawatir.

"Hm. Aku baik-baik saja." Jawab Sona tersenyum selebar mungkin menyembunyikan kebenarannya, dan dengan paksa menghabiskan semua makanannya meski dia sebenarnya tak nafsu makan.

Saat selesai sarapan, pengawal pribadi Kaisar melaporkan bahwa Genta dan Dexter telah sampai di ibukota. Mungkin hanya membutuhkan waktu setengah jam lagi untuk sampai di istana.

Sona tersenyum mendengar itu dan melompat dari kursi tempat dia duduk seketika. Tapi baru saja mengambil beberapa langkah, kepala Sona rasanya mulai berputar, dia merasa pusing dan jatuh terduduk seketika.

"Sona!" Hero buru-buru menghampirinya.

Wajah Arjen juga menjadi buruk saat itu juga, dia lebih dulu sampai dihadapan Sona sebelum Hero.

"A-aku tersandung." Sona meringis kecil seraya tertawa canggung, barusaha terlihat baik-baik saja.

Tap.

Telapak tangan Arjen mendarat di kening Sona. "Apanya baik-baik saja. Kau demam." Katanya mengernyit tak senang, dan tanpa aba-aba menggendong putrinya.

Sona tak bisa lagi berbohong. Dia menghela napas pasrah dan menyandarkan kepalanya didada Arjen.

"Kau yang urus kedatangan mereka. Aku akan menyusul." Perintah Arjen pada Hero.

Bad Princess (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora