26. Farhoven

59.9K 8.4K 331
                                    

"Boleh aku mengunjunginya?" Ashlan menemui Genta untuk meminta izin menjenguk Sona.

Genta mengernyit dengan ekspresi rumit. Ia memang mempercayai Ashlan sebagai sahabatnya, tapi dia juga tak mempercayainya karena dia sahabatnya. Pikirannya berkonflik selama beberapa saat. Hanya satu alasan mengapa Genta ragu-ragu. Itu karena dia tahu Ashlan menyukai Sona.

"Aku memiliki penawar racun Foila." Ujar Ashlan kemudian yang membuat Genta melompat dan mencengkram kerahnya.

"Bagaimana bisa kau memilikinya?" Genta menatapnya tak percaya tapi kemudian mendengus dan melepaskan Ashlan. Kondisi Sona saat ini lebih penting. Hanya itu yang dipikirkannya.

"Apa aku bisa mempercayaimu?" Genta menatap Ashlan lekat-lekat.

Ashlan mengangguk dengan yakin. "Aku tak bisa mengatakan nama orang yang membantuku. Tapi orang itu adalah seorang penyihir hebat di Farhoven dulunya."

Pupil Genta melebar, dan sedetik kemudian dia memberi kode pada Ashlan dengan tangannya agar mengikutinya ke ruangan tempat Sona berada.

Begitu Genta membuka pintu, dia mendengar suara rengekan pelan Sona yang kesakitan, sementara Nina dan dokter kerajaan berada di sampingnya dengan mengelap peluhnya, dan terkadang darah yang keluar dari hidung atau mulutnya.

Genta mengenyit tak senang melihat itu. Hatinya juga ikut hancur ketika melihat adiknya kesakitan. Dia duduk di pinggir kasur dan langsung menggenggam tangan Sona erat.

Genta menatap Sona dengan wajah cemas setengah mati, dan tak bisa menyembunyikan rasa sayang yang begitu besar lewat tatapan matanya.

"Bertahanlah. Kau akan sembuh! Kami memiliki obat untukmu!" Katanya makin mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Sona.

"Kak.." ucap Sona susah payah. "Sa..kit.. aku tak sanggup." Lirihnya dengan wajah kesakitan.

Peluh membanjiri tubuhnya tiap saat. Seluruh tubuhnya terasa seperti dicabik-cabik. Karena rasa sakit yang begitu hebat terkadang Sona akan kehilangan kesadarannya. Berkali-kali ia bangun dan pingsan. Kini matanya sudah buram, dia tak bisa melihat dengan jelas wajah Genta dihadapannya. Ia hanya bisa melihatnya samar-samar karena tak bisa fokus dan kesadarannya hampir hilang lagi untuk kesekian kalinya.

Baru kali ini Sona begitu merasa kesakitan dan menderita. Rasanya ia tak sanggup lagi dan ingin menyerah. Tubuhnya terasa seperti dicabik-cabik setiap saat, sesuatu seperti menekan jantungnya kuat-kuat, kepalanya seperti dipukul ribuan palu. Mentalnya benar-benar tak sanggup untuk menahan semua itu. Rasanya dia ingin mati saja dan tak ingin merasakan sakit untuk lebih lama.

"Minum ini. Kau akan sembuh. Kau akan sehat kembali seperti sebelumnya." Genta tersenyum putus asa menatap adiknya seraya meminumkan cairan hijau berbotol kaca. Satu-satunya harapan kini hanyalah sebotol obat yang diberikan Ashlan padanya itu.

Kumohon. Berhasil lah! Gumam Genta dalam hati penuh harap.

Sona bahkan tak mendengar kata-kata Genta. Pikirannya bahkan tak fokus dan hampir menghilang. Rasa sakit membuatnya gila dan tak bisa berpikir jernih.

"Yang Mulia. Itu... apakah itu penawar racunnya?" Laki-laki paruh baya itu terkejut saat Genta meminumkannya pada Sona.

Genta mengangguk kecil. Dan dokter itu kembali bertanya. "Boleh aku meminta botol obatnya?"

Genta melemparkan benda itu ke arah dokter yang langsung ditangkapnya. Dengan cepat dokter itu membaui mulut botol kaca ditangannya dan membelalak kaget. Itu benar-benar bau herbal berbagai tanaman obat. Dia bisa mencium sedikit aroma mint tajam yang merupakan salah satu bahan tanaman yang digunakan untuk membuat penawar racun Foila.

Bad Princess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang