16. Clover

80.7K 11.1K 451
                                    

Sona akhirnya bernapas lega ketika Hero dan Genta kembali tenang dan menyambut beberapa utusan dari negeri tetangga dan sekutu.

Tapi yang membuatnya agak risih sekarang adalah si pirang--Ashlan, dan Alphen terus mengikutinya kemana pun ia pergi.

Sona berbalik dan memandang kedua orang itu, "Apa?"

Sona bisa mengerti mengapa Ashlan terus mengikutinya untuk berbicara dengannya, tapi Alphen? Mengapa ia terus mengikutinya?

Alphen yang berusia lebih tua dari Ashlan dan Sona terlihat seperti ksatria muda yang menjaga sepasang bocah di pesta.

Alphen seakan tersadar saat Sona bertanya padanya, dan mulai menatapnya ragu-ragu. "I-itu.. maaf telah merepotkan Putri untuk kejadian sebelumnya."

Ah, jadi ia merasa tak enak karena Irene? Tak heran, bagaimana pun Irene sekarang bagian dari keluarga Lavaric, dan Alphen adalah penerus sah keluarga itu. Jadi tentu saja ia tak ingin nama keluarganya menjadi buruk di mata keluarga Alterion.

"Tidak masalah, itu tidak ada hubungannya denganmu." Balas Sona tersenyum.

Setelah itu Sona memandang Ashlan. Mengerti apa yang diinginkan Sona Ashlan berkata seraya melirik Alphen, "Maaf, aku harus berbicara secara pribadi dengan Putri."

Seakan mengerti keinginan Ashlan, Alphen langsung pamit dan berhenti mengikuti Sona.

"Tidak disini." Sona kembali berjalan menjauhi keramaian dan keluar dari aula pesta menuju balkon di sudut. Sementara Ashlan mengikuti dengan cermat dibelakangnya.

Sona menatap ke langit, terlihat bulan purnama bersinar terang. Udara menjadi semakin dingin karena memasuki musim dingin. Tanpa sadar Sona menggosok kedua telapak tangannya untuk menghasilkan panas.

Grep.

Tiba-tiba saja Ashlan menggenggam kedua tangannya, membuat Sona terbelalak kaget. Tapi sesaat kemudian dia merasakan hangat menjalar dari telapak tangan hingga ke seluruh tubuhnya.

"Terima kasih." Ucap Sona menatap Ashlan. "Bicaralah, kau ingin memgatakan sesuatu padaku kan?"

"Aku yang seharusnya berterimakasih Putri. Berkatmu Ibuku kembali sehat. Aku tak tahu bagaimana cara untuk membalas kebaikanmu." Tanpa sadar, Ashlan menggenggam kedua tangan Sona semakin erat.

Sona menatapnya tanpa berkedip, melihat kesungguhan dimata bocah pirang sebelas tahun itu.

Sona melepaskan tangan Ashlan seraya berkata, "Kalau begitu, jangan tanyakan apa pun kepadaku. Termasuk perihal bagaimana aku tahu soal Simon atau obat itu. Kau juga tidak bisa membicarakan tentangku kepada siapapun. Kali ini aku akan menoleransi karena kau memberitahu Duke Lebron. Tapi aku percaya kau dan ayahmu cukup pintar dan bisa dipercaya."

Ashlan agak terkejut dengan permintaan dan penyataan Sona, tapi kemudian ia mengangguk.

"Ah, benar. Aku ingin bertanya padamu." Sona teringat soal Irene.

"Apa pun itu, aku akan menjawab semampuku." Ashlan tersenyum.

"Gadis itu, Irene Lavaric. Menurutmu bagaimana?"

"Eh?" Ashlan terlihat bingung dengan pertanyaan ambigu yang dilontarkan Sona.

Sona cepat-cepat mengoreksi pertanyaannya, "Maksudku, seperti apa gadis itu menurut pendapat dan pandanganmu?"

Ashlan akhirnya mengerti dan berpikir sebentar, "Dia terlihat bodoh."

Sona mengernyitkan dahinya, masih menunggu Ashlan melanjutkan. "Begitu Putri pergi bersama Yang Mulia Kaisar, gadis itu menatap Putra Mahkota dengan tatapan aneh yang tak kumengerti. Kemudian dia tiba-tiba maju ke arahnya dan pura-pura tersandung hingga jatuh ke arah Putra Mahkota. Semua orang mampu melihat trik bodohnya hanya dalam sekali lihat. Bahkan sir Alphen sepertinya terlihat sangat terkejut dengan tindakan adiknya itu."

Bad Princess (END)Where stories live. Discover now