17. Bayangan

75.3K 10.8K 306
                                    

Sona menggigil merasakan udara dingin ketika mengulurkan tangannya keluar jendela. Butiran salju yang jatuh ke telapak tangannya langsung mencair begitu saja. Meski kedinginan, senyumnya tetap secerah mentari. Gadis itu sangat menyukai salju.

"Hey! Sudah kubilang jangan berlama-lama membuka jendela!" Genta menarik paksa tubuh Sona dengan panik dan langsung menutup jendela kamarnya.

"Ah, kakak." Sona merajuk. Baru saja dia merasa senang, tapi Genta sudah mengganggunya.

Genta meraih kedua tangan Sona yang dingin lalu menggosok serta meniupnya agar hangat. "Kau bisa sakit." Keluh Genta cemas.

Sona tertawa cekikikan melihat itu, yang langsung membuat Genta mendelik sebal ke arahnya. Sona benar-benar sudah terbiasa dengan sifat protektif Genta yang melewati batas. Tak hanya Genta, Arjen dan Hero juga sama saja. Tapi itu tak membuatnya risih, Sona malah senang. Itu adalah cara mereka mengekspresikan kasih sayang mereka padanya, dan dia tahu itu.

"Sudah sebulan. Kak Hero belum pulang, apa situasinya baik-baik saja?" Tanya Sona penasaran pada kakak ke duanya.

"Dia baik-baik saja, mereka berhasil memukul mundur Bahtra. Berkat Heroson dan Dexter."

"Dexter?" Ini pertama kalinya Sona mendengar nama ini.

"Dexter Castellan, ksatria sihir muda paling berbakat di Alterion selain Ashlan."

"Apa elementnya?" Sona semakin penasaran.

"Api."

"Eh? Sama seperti Ashlan." Sona terkejut. "Lalu kenapa Ashlan tak ikut berperang?"

"Umur minimal mengikuti perang dua belas tahun. Ashlan seumuran denganku."

Ah benar, perlu waktu setahun lagi hingga Genta dan Ashlan genap dua belas tahun.

Selama sebulan belakangan ini, Sona selalu bersama Genta. Dia tak ingin mengganggu Arjen yang sangat sibuk karena perang, dan hanya berhasil bertemu dengannya dua kali selama sebulan.

Tak hanya Heroson yang mengikuti perang, tapi Alphen juga. Pemuda berkulit sawo matang itu juga tak bisa lepas dari kekhawatiran Sona. Bagaimanapun Alphen akrab dengannya. Dan Sona tak mampu kehilangan seseorang di sekitarnya.

Selain menghabiskan waktu dengan Genta, Sona juga belajar sihir dengan guru sihir yang dipilih langsung oleh Arjen untuk mengajarinya. Kini kemampuannya mengendalikan 'mana' dan melakukan sihir sederhana telah meningkat. Tak hanya itu, Sona juga tak berhenti membaca tentang sihir di perpustakaan dan sementara meninggalkan hobinya untuk melukis.

"Ah benar, kondisi abnormal tubuhku dan rendahnya afinitas terhadap element es apa Simon punya cara untuk menyembuhkanku?" Sona tiba-tiba termenung ketika membaca sebuah buku sihir medis sederhana.

"Apa aku harus meminta bantuan Ashlan untuk terhubung dengan Simon?" Sona mempertimbangkan kembali idenya. Kalau saja ia berhasil sembuh, ia akan menjadi lebih kuat. Jadi ia tak harus mengandalkan siapa pun nantinya.

Saat itu tiba-tiba saja pintu perpustakaan tempat Sona membaca buku berbunyi keras, seseorang telah menendanya dengan kasar.

"Papa?" Sona menatap Arjen yang buru-buru menghampirinya dengan heran.

"Kau benar."

"Eh? Apanya?" Sona bingung.

"Count Bizel melakukan pengkhianatan."

Wajah Sona memucat ketika mendengarkan penuturan ayahnya. Lalu? Jika rencana Count Bizel terlaksana maka, Alterion akan kehilangan puluhan ribu tentara.

"Tapi kami berhasil menggagalkan rencananya, terimakasih karenamu." Lanjut Arjen cepat, tak peduli bahkan jika Sona mengerti apa yang dibicarakan.

Sona tersenyum lega dan tanpa sadar mengangguk. "Papa, bolehkah aku memberi saran?"

Bad Princess (END)Where stories live. Discover now