33. Perburuan

55K 10.4K 784
                                    

"Apa element sihirmu nona?" Tanya petugas saat mengurus pendaftaran penyihir yang mengikuti kompetisi perburuan.

"Air." Jawab Sona tanpa ragu-ragu. Dia memang tak berbohong sepenuhnya. Afinitasnya terhadap element air lumayan tinggi karena element utamanya adalah es.

"Letakkan tanganmu diatas kristal." Kata petugas tersebut menunjuk bola kristal dihadapannya. Semua penyihir yang mengikuti perburuan harus diperiksa terlebih dahulu kekuatan sihir mereka. Jika sihir mereka terlalu lemah, mereka tak akan bisa ikut sekalipun itu adalah penyihir api atau es yang langka.

Sona perlahan meletakkan tangannya diatas kristal untuk memeriksa sihirnya, saat itu kristal tersebut bersinar semakin terang semakin lama, dan pada akhirnya kristal bulat seukuran kepala bayi tersebut retak dan pecah.

"Ah!" Petugas itu terkejut dan langsung berdiri seraya menatap Sona. "K-kau..."

Bocah ini sangat kuat! Ini pertama kalinya kristal pecah ketika mengukur kekuatan sihir seseorang. Tapi yah ada pengecualian untuk penyandang nama Alterion. Kristal itu langsung berubah menjadi debu saat ketiga monster itu menggunakannya.

"Ada apa? Apa aku tak lolos?" Tanya Sona gugup.

"Ti-tidak. Ini nomor pesertamu. Silahkan tunggu di ruang tunggu dalam kastil." Petugas itu tergagap seraya gemetaran memberikan kertas dengan angka empat puluh dua diatasnya.

Sona mengangguk kecil lalu berjalan mengikuti arah yang ditunjukkan petugas itu seraya menatap kertas di tangannya dengan mengerutkan kening tak suka.

"Empat puluh dua? Ini nomor sial. Menjengkelkan sekali." Gumam Sona mengingat angka itu angka kesialan dan kematian saat di kehidupan sebelumnya. Dalam bahasa jepang, empat adalah shi dan dua adalah ni. Shini terdengar seperti shine yang artinya mati.

Sona menunggu di sebuah ruangan luas di istana terluar. Selama dia tinggal di istana, dia tak pernah sekali pun mengunjungi istana terluar. Dia hanya pernah berada di istana kecil terpencil dan istana utama saja.

Sona mengernyit ketika melihat ke sekeliling ruangan. Beberapa orang menatapnya heran, dan beberapa menunjukkan wajah penasaran. Dia satu-satunya anak kecil di ruangan ini. Tapi setelah setengah jam kemudian ada beberapa peserta lainnya juga yang masih berumur belia sepertinya, itu membuat Sona agak lega. Dia tidak sendirian.

"Hei! Kau juga penyihir?" Sapa seorang bocah perempuan tiba-tiba yang sepertinya berusia sama dengan Sona.

Sona agak terkejut tapi masih mengangguk. Sona melirik sekilas ke arahnya, wajah mungil, hidung mancung, kulitnya yang agak kecoklatan, dan mata cokelat jernihnya menatap Sona berbinar.

"Aku Alea Bourche, salam kenal." Katanya mengulurkan tangan dengan senyum cerianya.

Anak ini sepertinya bukan seorang bangsawan jika dilihat dari sikapnya yang terlalu asal-asalan. Tapi pakaiannya cukup mahal untuk dikenakan orang biasa.

"Aku.." Sona berpikir sebentar sebelum memperkenalkan dirinya. "Sera."

"Hm?" Alea mengernyit heran saat mendengarnya. "Kau tak punya nama belakang? Kau berasal dari keluarga bangsawan mana?"

Sona tersenyum kecil dan menjawab dengan tenang, "Aku bukan berasal dari Alterion."

"Wah! Kau berada di guild juga?" Alea kembali menebak. Karena banyak penyihir yang bekerja sebagai petualang untuk mencari kekayaan. Tak hanya penyihir, banyak ksatria juga yang mendaftar jadi petualang untuk mencari uang. Memang pekerjaannya kadang berbahaya, tapi uang yang dihasilkam juga sebanding.

Juga? Jadi dia seorang penyihir yang menjadi petualang.

Sona kembali menggeleng, "Tidak. Aku penyihir liar."

Bad Princess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang