5. Heroson

94.1K 12.2K 205
                                    

Selama dua minggu terakhir ini Genta selalu mengunjungi Sona di pagi hari untuk sarapan bersama, lalu setelah itu Genta pergi untuk latihan berpedang. Dia tak pernah absen sekali pun selama dua minggu itu untuk bertemu Sona.

Tapi hari ini berbeda. Sona agak heran karena Genta tak muncul, tapi ia bersyukur. Dengan itu ia bisa tenang dan bebas untuk melakukan hobinya, yaitu melukis.

Sona meminta Nina untuk membawakan alat lukisnya ke pinggir danau, dan memintanya untuk meninggalkannya sendirian untuk melukis. Awalnya Nina tak mengizinkan, tapi Sona bersikeras dengan meyakinkannya kalau ia tak akan terlalu dekat dengan danau.

"Apa yang harus ku lukis kali ini?" Gumamnya seraya menatap kanvas dihadapannya.

Setelah berpikir sebentar, Sona melepas kanvas dari Easel (tatakan kanvas) lalu membawanya dan kemudian duduk di bawah pohon.

Sona memangku kanvas dengan pahanya saat duduk. Adegan itu terlihat lucu, karena kanvas itu lebih besar dari tubuh mungil Sona.

"Aku akan melukis wajahnya!" Sona tersenyum membayangkan wajah Genta dikepalanya. "Sebentar lagi ia ulang tahun, aku akan memberinya ini sebagai hadiah."

Sona mulai mengambil kuasnya lalu membuat sketsa wajah Genta sambil tersenyum. Genta memiliki wajah rupawan seperti milik Sona. Tentu itu pasti merupakan bawaan Gen yang diturunkan oleh Arjen pada anak-anaknya. Apalagi Hero, Hero tentu sangat tampan, dia merupakan karakter utama cerita ini, jadi tidak mengherankan.

Kalau saja mereka hidup di Korea, di kehidupan Sona yang sebelumnya mereka mungkin sudah akan menjadi aktor atau model karena wajahnya.

Setelah menggambar sketsa wajah Gen, Sona mulai melukis bagian wajah Genta perlahan. Ia sangat hati-hati karena ia ingin menjadikannya lukisan yang bisa ia banggakan, dan menjadi kado untuk Genta.

Waktu berlalu dengan cepat, setelah dua jam Sona telah menyelesaikan sepertiga lukisan itu. Dalam setengah jam ia akan berhenti dan akan melanjutkan lukisannya besok. Sona sudah berjanji pada Nina akan kembali sebelum waktu makan siang.

Tiba-tiba saja Sona terbelalak kaget saat melihat sepasang kaki kini berdiri di hadapannya. Refleks saja Sona mengangkat wajahnya dan semakin kaget sekaligus panik. Sona melompat berdiri tergesa-gesa, tak memedulikan kanvas yang sebelumnya ia pangku kini jatuh ke tanah.

"Y-Yang Mulia!" Sona menundukkan kepalanya, tak berani menatap mata Heroson yang kini menatapnya tajam.

Heroson hanya diam, tapi kemudian menatap kanvas di sebelah kaki Sona. Ia melihat lukisan setengah jadi Sona dan mengenali orang yang sedang ia lukis.

"Kau. Jadi kau penyebabnya." Ucap Heroson dingin.

Apa?! Apa maksudnya? Aku tidak melakukan apa pun!

Sona memberanikan diri untuk bicara. "A-aku tidak mengerti apa yang anda katakan, Yang Mulia."

Tap.

Heroson maju selangkah ke arah Sona, yang langsung membuatnya mundur selangkah juga.

"Genta sering membolos dari latihan berpedangnya, dan itu semua karena kau." Heroson kembali melangkah maju, yang tentu membuat Sona semakin melangkah mundur.

"Apa yang kau lakukan padanya sehingga ia merubah sikapnya padamu?" Katanya lagi, membuat Sona semakin pucat. Kakinya hampir menyerah, gemetaran karena takut.

Saat itu Sona tak bisa lagi mundur karena danau tepat dibelakang tumit kakinya. Sedikit lagi saja maka ia aja jatuh ke danau.

"Kenapa kau diam saja?" Hero meninggikan suaranya seraya kembali maju membuat Sona tersentak kaget hingga kakinya tergelincir.

Bad Princess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang