11. Titik Lemah

89K 11.7K 642
                                    

Tubuh Sona tak berhenti menggigil, ia sangat tersiksa saat ini. Demamnya semakin tinggi, dan ia sudah jatuh ke kondisi ini selama lima hari.

Arjen, Genta, dan Hero tak berhenti cemas dan bergantian menjaganya siang dan malam.

Apa yang dikatakan dokter kerajaan beberapa hari yang lalu terus terngiang-ngiang di kepala Arjen.

"Yang Mulia Putri memiliki tubuh lemah sehingga tak sanggup menahan element es di tubuhnya. Ia tak boleh menggunakan sihir esnya, kalau tidak nyawanya bisa berada dalam bahaya."

"Bagaimana dengan sihir lainnya?" Arjen bertanya saat itu.

"Itu akan baik-baik saja selama ia tak menggunakan sihir esnya. Jika ia menggunakan element es, bahkan jika itu hanya sihir mudah, itu akan merusak organ tubuhnya dan membahayakan nyawanya."

Arjen mendengus pelan, tangannya terus menggenggam tangan mungil dan rapuh Sona. Ini pertama kalinya ia sangat cemas dan segelisah ini.

Ia tak perduli bahkan jika Sona tak bisa menggunakan sihir dan mana. Yang ia perdulikan hanya kondisi Sona saat ini. Tak ada perubahan besar dalam lima hari, demamnya tak kunjung turun dan wajahnya semakin pucat seputih kertas.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benaknya, dan ia memanggil Genta ke kamar Sona saat itu juga.

"Tak ada perubahan sama sekali." Ucap Arjen pelan, kemudian menatap Genta seraya berpikir.

"Ini mungkin hanya teoriku saja, tapi kurasa kita harus mencobanya untuk membuatnya pulih." Katanya lagi pada Genta.

Genta mengernyitkan dahinya dan tetap mendengarkan apa yang dikatakan ayahnya dengan seksama.

"Panggil Ashlan, ia penyihir api kan? Kurasa mana element apinya akan membantu tubuhnya."

Genta terbelalak kaget bercampur cemas. "Tidak! Bagaimana kalau itu berbahaya? Dia bisa mati."

Arjen menatap Genta dengan dingin, "Kau pikir aku ingin dia mati?! Berhenti menolak dan lakukan!"

Perintah Arjen adalah mutlak, Genta tak bisa membantahnya sama sekali. Aura dingin dan menekan Arjen membuat Genta menggertakkan giginya. Mau tak mau ia berbalik pergi dengan emosi kacau.

Genta juga ingin Sona kembali pulih, tapi ia tak ingin menggunakan cara yang beresiko. Menurutnya cara Arjen memiliki resiko tinggi, ia takut keadaan Sona akan semakin parah.

Genta tak menyangka, hanya dalam beberapa bulan sosok Sona yang tadinya tidak penting kini menjadi yang terpenting di dalam hidupnya. Ia bahkan rela mati demi Sona jika itu bisa menyelamatkannya. Genta tak bisa kehilangan Sona, ia mungkin tak akan sanggup menanggungnya jika itu terjadi.

Dengan enggan, Genta memacu kudanya keluar istana tanpa pengawalan untuk menjemput Ashlan. Penyihir es hanya dimiliki penyandang nama Alterion, sementara penyihir api sangat langka keberadaannya.

Hanya ada beberapa orang yang memiliki sihir api di Alterion, diantaranya adalah Duke Lebron dan putranya Ashlan.

"Buka!" Teriak Genta saat mencapai gerbang utama istana.

"Tapi Yang Mulia, bagaimana dengan pengawal? Anda tidak bisa pergi sendiri, itu akan berbahaya." Seorang penjaga gerbang menghampiri Genta dengan ragu.

"Tidak perlu, aku akan pergi sendiri." Jawabnya seraya menatap tajam dan dingin ke arah penjaga itu.

"Baik Yang Mulia." Jawabnya buru-buru lalu membuka gerbang dengan cepat bersama beberapa penjaga lainnya.

Setelah gerbang terbuka bahkan belum sepenuhnya, Genta kembali memacu kudanya dengan cepat menuju ke arah mansion Duke Lebron. Dalam waktu kurang dari lima belas menit ia sampai di tempat tujuannya.

Bad Princess (END)Where stories live. Discover now