14. Irene Lavaric

83.3K 11.2K 577
                                    

Arjen menatap foto Count Bizel dengan heran, dan berpikir mengapa Sona terlihat sangat membencinya.

Meski begitu, ia telah memutuskan untuk mengirim seseorang untuk memata-matainya. Saat ini kesukaannya pada Sona sudah mencapai ranah yang bisa dikatakan hampir seperti menyembah. Ia akan menuruti semua permintaan Sona tanpa syarat, melindunginya, bahkan mungkin ia rela mati deminya.

Sosok Arjen yang kejam, agung dan sombong menjadi begitu lembut, penyayang, dan tak masuk akal jika itu menyangkut Sona.

Sona tahu itu. Ia tak meragukan perasaan Arjen dan Genta padanya. Tapi... untuk Hero, entah mengapa ia masih belum percaya sepenuhnya. Bagaimana pun Hero adalah orang yang akan membunuhnya di dalam cerita. Sona sedikit takut jika alur cerita akan kembali seperti semula dan pada akhirnya ia akan mati di tangan Hero.

Karena itu, untuk saat ini Sona harus waspada dan tetap menjalankan rencananya untuk keluar dari istana. Ia akan melihat apakah saat karakter utama wanita muncul nanti Hero dan Ashlan akan jatuh cinta kepadanya. Kalau memang iya itu terjadi, Sona tak akan menunda rencananya dan pergi dari istana. Dan kalau itu tak terjadi, Sona akan memikirkannya kembali nanti.

"Kau mau apa untuk kadomu?" Arjen kembali bertanya pada Sona dipangkuannya.

Sona berbalik menatap Arjen seraya berpikir, "Papa akan mengabulkannya?"

Arjen mengangguk.

"Apa pun yang kuminta?"

Arjen kembali mengangguk.

"Kalau begitu... aku ingin belajar sihir. Beri aku guru sihir."

Wajah Arjen membeku. Sihir adalah hal yang paling Arjen tak inginkan untuk Sona pelajari. Mengingat tubuhnya yang lemah terhadap element es dan bisa melukainya. Arjen bahkan tak memberitahu Sona tentang kondisi tubuhnya.

Tapi, sebenarnya tentu saja Sona mengetahui itu walau Arjen, Genta dan Hero tak memberitahunya. Tubuhnya lemah terhadap element es, tapi ia masih bisa menggunakan sihir lainnya. Karena itu ia membut permintaan itu pada Arjen.

Wajah Arjen agak ragu, apa ia harus memberitahu putrinya soal itu, atau apakah ia harus merahasiakannya sementara. Ia tak ingin Sona kecewa karenanya.

"Aku tahu aku tak bisa menggunakan element es, Papa. Tapi setidaknya aku ingin belajar sihir lain. Apakah tidak boleh?" Kata Sona saat melihat wajah Arjen yang ragu-ragu.

Mendengar ini, Arjen lagi-lagi terdiam. Ia tak tahu bagaimana harus bereaksi. Setelah beberapa saat ia menghela napas panjang.

"Baiklah, sesuai keinginanmu." Arjen kemudian mengecup puncak kepala Sona yang berada di pangkuannya.

"Wow! Hebat!" Sona tersenyum lebar, masih tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Aku mencintaimu Papa!" Sona langsung berbalik dan memeluk leher Arjen, dan mencium pipinya.

Anak ini terlalu cerdas. Bagaimana ia menyadari tentang kondisi tubuhnya? Arjen masih tak habis pikir bagaimana Sona mengetahui itu di umurnya yang kelewat muda. Kalau saja itu anak lainnya, mungkin mereka hanya menganggap itu demam biasa atau sakit biasa yang cepat sembuh.

***

"Ini hari ulang tahunmu. Kau tidak senang?" Genta bertanya saat Sona menghela napas terus menerus ketika para pelayan selesai mendandaninya.

"Bukan begitu kak, tapi semua ini terlalu berlebihan! Papa mengundang hampir seluruh pejabat kerajaan dan kekaisaran terdekat. Ini lebih besar dari pestamu sebelumnya, apa kau tidak marah melihat pesta adikmu lebih besar dari pestamu?!" Ucap Sona merengut.

Bad Princess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang