45. Permintaan

43.4K 5.9K 616
                                    

"Dari mana saja kau?" Genta menatap Dexter curiga karena tiba-tiba saja menghilang dari penginapan mereka di ibukota Myron.

Mereka sudah lebih dari seminggu tinggal di tempat itu dan Dexter terkadang menghilang tiba-tiba dari hadapan Genta.

Itu semua tentu saja karena permintaan Sona sebelumnya untuk pergi ke kastil Marquiz Bourche, menemui Alea dan Amore. Dua bersaudara yang tekah membantu Sona saat pelarian diri dulu.

"Ah, itu... Aku hanya ada keperluan sebentar."

"Keperluan apa? Aku harus mengetahui apa yang kau lakukan." Genta menatap Dexter dengan tatapan penuh kecurigaan.

Apalagi setelah tahu laki-laki ini sering menemui Sona saat tengah malam, karena itu Kaisar ikut menghukumnya dan mengirimnya menjauh bersama Genta.

"Ini rahasia. Aku tak bisa mengatakan apapun." Dexter tersenyum dingin.

"Katakan padaku. Atau aku akan menganggap perlakuanmu sebagai pemberontakan." Genta masih tak ingin menyerah untuk mendapatkan jawaban dari Dexter.

"Maafkan aku Pangeran. Ini permintaan Putri. Aku benar-benar tak bisa mengatakan apapun."

"Apa?!" Genta terbelalak kaget. Tak percaya dengan apa yang didengarnya. "Putri? Adikku?"

"Iya Pangeran. Tak ada Putri lain di Alterion selain Putri Sona." Dexter menjawab tenang.

"Apa isi permintaannya?"

"Aku tidak bisa memberi tahu siapapun, Pangeran. Ini janjiku pada Putri."

"Persetan dengan janjimu! Kenapa dia meminta sesuatu darimu?! Tidak. Tidak masuk akal. Jika dia butuh sesuatu dia pasti akan memintanya padaku! Kenapa malah memintanya padamu?!" Genta masih tak terima dan terus memojokkan Dexter agar mau membuka mulutnya.

Tapi itu percuma. Dexter sama sekali tak mau bicara apapun. Dia hanya mendengarkan dengan tenang omelan Genta. Dia masih tak terima dengan hal itu. Dia cemburu, karena Sona meminta Dexter untuk melakukan sesuatu. Sedangkan dirinya tidak. Dexter tanpa sadar menatap syal merah yang melilit di leher Genta. Itu yang dibuatkan Sona untuknya. Dexter tiba-tiba memikirkan sesuatu saat itu.
"Aku akan memberitahumu, Pangeran. Tapi ada syaratnya."

Genta tak merubah ekspresinya, masih dengan wajah dingin dan penuh kekesalan. "Apa itu? Katakan."

"Aku mau syal itu." Sudut bibir Dexter terangkat saat menunjuk syal buatan Sona yang melilit dileher Genta.

Saat itu, Genta melotot menatapnya. Matanya seakan berkata 'apa kau sudah gila?' pada Dexter. Mana mungkin Genta akan menurutinya.

"Apapun, selain ini." Dahi Gent berkerut tak senang.

"Tidak, Pangeran. Aku hanya ingin itu." Dexter tersenyum pahit. "Aku tidak akan memaksamu. Ya atau tidak, itu pilihanmu."

"Brensek." Genta menggeram rendah, berusaha menahan emosinya.

Pada akhirnya Genta menyerah untuk mengetahui permintaan Sona pada Dexter, dan mempertahankan syal pemberian adiknya. Dia tak rela kehilangan barang berharga miliknya.

***

"Sudah lama, Putri." Ashlan tersenyum hangat saat bertemu Sona setelah sekian lamanya setelah Sona kembali ke istana sejak dia lari.

Padahal sudah lebih dari dua bulan Sona kembali ke istana, tapi Ashlan tidak bisa menemuinya karena penjagaan ketat yang dilakukan oleh Arjen. Itu suatu keberuntungan Dexter mampu bertemunya dengan menyelinap saat malam.

"Iya, sudah lama." Sona balas tersenyum pada Sona agak bingung awalnya saat melihat Ashlan, dia jauh lebih tinggi dari terakhir kali dia melihatnya. Kurang dari setahun, tinggi badan dan perawakannya berubah drastis. Wajahnya menjadi lebih tegas dan dewasa. Tentu saja dia masih sangat tampan.

Bad Princess (END)Where stories live. Discover now