34. Got You

58K 9.4K 591
                                    

"Sera, sampai bertemu lagi! Dapatkan buruan yang banyak!" Alea menyemangatinya. Setelah itu mereka berpisah ketika masuk ke hutan lebih jauh.

Sona juga memilih jalur yang tidak akan dilewati orang lain, jadi dia masuk lebih dalam ke dalam hutan.

"Apa yang harus kuburu? Aku tak ingin melihat darah. Aku hanya akan mengurung buruanku dalam air atau es hingga mereka mati." Kata Sona merinding membayangkan ketika dia harus melihat darah dari buruan peserta lainnya.

Sona perlahan berjalan menelusuri hutan, dia sangat berhati-hati hingga mendengarkan suara rerumputan dengan cermat. Dia takut kalau tiba-tiba ada ular yang muncul di sekitarnya.

Dengan ragu Sona menggigit bibirnya seraya berpikir apakah dia harus menyerah saja untuk berburu? Dia terlalu pengecut untuk memburu binatang yang lebih besar dari tubuhnya, apalagi dengan darah. Bahkan dengan anjing pun dia takut.

Setelah lebih dari satu jam akhirnya Sona menemukan seekor kelinci putih.

Blub!

Sona menggunakan element airnya untuk mengurung kelinci imut itu. Tapi kemudian dia tak tega saat melihat kelinci itu kehabisan napas dalam bola air yang ia buat.

"Ugh, aku tak tega membunuhnya." Sona cemberut lalu melepaskannya lagi hingga kelinci itu lari terbirit-birit.

Bum!

Tapi kemudian Sona dikejutkan dengan suara berdebum keras hingga ia langsung berlari ke arah sumber suara.

"Ap-apa itu?" Sona mengintip dari balik pohon dan melihat seseorang tengah berdiri sambil memegang pedang panjang dengan darah menetes dari ujung bilahnya.

Sona bisa melihat pemuda berambut cokelat dengan pedang panjang berjalan perlahan ke sesuatu yang terjatuh di depannya. Kini saat Sona perhatikan benda yang terjatuh didepannya adalah seekor beruang cokelat.

Srat!

Tanpa aba-aba pemuda itu memotong kepala beruang dengan ringan membuat darah terciprat ke pakaian bahkan hingga wajahnya.

"Ukhh!" Sona menutup mulutnya tanpa sadar. Sona langsung berjongkok ketika perutnya langsung bereaksi, dia mual. Sesaat kemudian dia tak sanggup lagi menahan mualnya dan muntah ditempat itu juga.

"Uekkk!" Sona menahan tubuhnya dengan satu tangan berpegangan pada batang pohon. Menjijikan, dia benar-benar tak kuat melihat adegan itu.

"Hey, kau mengintipku?" Suara dingin pemuda itu membuat Sona terkejut.

Setelah rasa mualnya perlahan reda, Sona menengadah dari posisi jongkoknya hingga bisa melihat wajah pemuda itu.

Pemuda itu mengerutkan dahinya ketika melihat wajah pucat seputih kertas gadis kecil yang kini tengah berjongkok di hadapannya. Entah mengapa wajah itu begitu familier baginya.

Sona tersentak ketika melihat ke arah pemuda itu, kemudian perhatiannya teralih ke pedang yang masih dipegangnya. Pedang berlumur darah buruannya.

Tanpa sadar tubuh Sona gemetaran ketika melihat darah, tapi kemudian tatapan Sona kembali teralih ke gagang pedang panjang berbilah hitam. Sona bisa melihat lambang api hitam.

Jika lambang Alterion adalah salju putih, lambang keluarga Castellan adalah api hitam. Itu adalah kedua lambang puncak di kekaisaran Aterion.

Sona mengenali pemuda ini, dia memang mengecat rambutnya berwarna cokelat dan matanya menjadi hitam. Tapi Sona masih mengenali wajahnya.

"Dexter?" Gumam Sona masih dengan tubuh gemetarannya.

Pemuda itu mengerutkan keningnya lagi dan mengarahkan ujung bilahnya ke leher Sona. "Siapa kau? Bagaimana kau tahu aku?"

Bad Princess (END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz