42. Awal Baru

45K 6.4K 1.2K
                                    

Tap...tap...tap...

Setelah Dexter pergi, suara langkah kaki cepat seseorang menuju ke arahnya semakin jelas terdengar.

Sona berdiri dan menghadap ke asal datangnya suara tersebut. "Papa?"

Arjen berhenti tepat dihadapannya dengan ekspresi yang terlihat kacau. Sesaat kemudian dia mendesah lega seraya jatuh merosot ke tanah. Entah karena lega atau lelah, dia tidak tahu. Arjen dengan frustasi mengacak-acak rambutnya lalu menatap Sona dengan pupil bergetar.

"Kukira kau pergi lagi." Katanya dengan suaranya yang juga bergetar.

Sona tercekat mendengar itu, dia bisa melihat ada ketakutan dimata Arjen saat menatapnya.

Perlahan Sona mendekatinya, dia menatapnya lama sebelum berbicara.

"Aku ingin memastikan sesuatu. Apakah tidak apa-apa?" Tanya Sona pada sosok Arjen di depannya yang masih berjongkok di tanah.

"Hah?" Arjen mendongak dan menengadah menatap Sona.

"Apakah tidak apa-apa? Apa kau baik-baik saja denganku yang seperti ini? Meski ditubuh ini mengalir darahmu, tetap saja jiwaku bukanlah jiwa anakmu yang sebenarnya. Meski begitu, apakah kau masih tetap akan menerimaku?" Sona merasakan jantungnya berdegup kencang.

Dia menatap matanya dalam-dalam berusaha menemukan apakah ada keraguan dan penolakan di sorot mata Arjen. Dia takut kemungkinan Arjen menolaknya lagi. Seperti dulu.

"Ada apa dengan pertanyaanmu? Dasar bodoh. Kau tetaplah anakku apapun yang terjadi." Katanya dengan nada putus asa.

Sona tersenyum seraya berjalan mendekat ke arahnya yang masih terduduk di tanah. Perlahan dia memeluk leher Arjen dan berkata, "Aku menyayangimu Papa."

Arjen tak membalas penyataan Sona dan malah meminta sesuatu darinya. "Bisakah kau berjanji padaku satu hal?"

"Apa itu?"

"Jangan pernah pergi dan lari dariku lagi. Maka aku bahkan menyerahkan nyawaku kepadamu."

Sona terkejut dan mendorong tubuh Arjen yang tadi dipeluknya. "Apa?! Mengapa kau menyerahkan nyawamu padaku papa? Kau gila!"

Kening Arjen berkerut ketika mendengar kata-kata kasar dari mulut Sona. "Siapa yang mengajarimu berbicara seperti itu? Dan lagi bukan itu maksudku."

Sona agak salah tingkah dan berdeham, "A-aku janji! Aku tak akan pernah pergi lagi!"

Arjen tersenyum puas ketika mendengar penuturan Sona, dan tiba-tiba saja mengangkat tubuh putri mungilnya itu.

"Ayo masuk. Kenapa kau keluar malam-malam. Kau bisa sakit." Katanya masih dengan senyuman di bibirnya.

Tapi kemudian...

Tiba-tiba saja Arjen membeku ditempat ketika menyadari jubah yang dipakai Sona.

"Ini..." Arjen menatap putrinya lalu jubah yang dipakainya bergantian selama beberapa saat.

Sona terbelalak panik saat menyadari kalau mantel Dexter masih dipakai olehnya.

Sial! Rutuknya dalam hati.

Sona berpikir cepat berusaha menemukan alasan yang tepat agar terhindar dari masalah. Tapi terlambat. Arjen telah mengetahui sispa pemilik mantel tersebut.

"Dexter! Bocah sialan itu! Beraninya dia menyelinap malam-malam ke istana." Geramnya dengan wajah kesal. Sona terdiam. Dia tak bisa mengatakan apa pun. Dia sudah tertangkap basah bertemu dengan Dexter. Jadi dia tak mampu menyangkal bukti yang sudah jelas di depan mata.

"Papa! Aku ngantuk." Seru Sona sambil melingkarkan tangannya ke leher Arjen. Di berusaha untuk mengalihkan perhatiannya dari mantel Dexter.

Arjen mendengus pelan, pada akhirnya dia tak berhenti mengomel bahkan ketika mengantar Sona ke kamarnya.

Bad Princess (END)Where stories live. Discover now