48. Ilusi

36.7K 5.5K 753
                                    

"Uhh..." Sona membuka matanya sedikit. Dia merasa panas disekujur tubuhnya. Kekuatannya seakan-akan tersedot habis, bahkan menggerakkan kelopak matanya pun susah.

Kepalanya juga masih berdenyut sakit. Ingatannya masih jelas, dia sadar dia mengalami demam. Arjen, Hero dan Genta bergantian menjaganya tiap malam. Awalnya dia masih bisa bangun dan sadar, bahkan mengobrol sesekali dengan mereka. Tapi lama kelamaan penglihatannya menjadi kabur.

Ini hari keberapa? Mungkin hari ketiga? Pikir Sona berusaha tetap sadar dan membuka matanya.

Samar-samar dia bisa melihat beberapa sosok yang memandanginya. Rambut perak mereka membuat Sona bisa mengenali mereka.

Tes.

Tanpa sadar Sona meneteskan air matanya. Dia merasa sangat tak berdaya dan lagi-lagi terbaring lemah tanpa bisa melakukan apapun.

Sona merasakan sapuan lembut di pipinya. Seseorang menghapus air matanya.

"Jangan paksakan. Tidurlah lagi. Semuanya akan baik-baik saja." Suara lembut membisikkan kata-kata ke telinganya. Dia mengenali suara itu. Arjen. Orang yang selalu dipanggil Papa olehnya. Namun sekarang Sona memang menganggapnya sebagai papanya, keluarganya.

"Hey, Yoon Sera. Yoon Sera!" Sona mengernyitkan dahinya ketika terganggu oleh suara yang memanggilnya.

"Berisik!" Hardiknya kesal lalu membuka matanya.

"Bangunlah. Ini sudah waktunya makan siang." Wajah cantik Lee Min Ah membuatnya langsung sadar.

"A-apa? Kenapa..." Gumamnya tak percaya. Sona dengan cepat menatap ke layar komputer yang redup dan bisa melihat pantulan wajahnya disitu. Dia kembali menjadi Yoon Sera, bukan Sona.

Dengan cepat Sera memeriksa handphonenya yang tergeletak dimeja kerjanya dan melihat tanggal. Itu adalah waktu setahun sebelum dia kecelakaan.

Tidak. Sebuah pikiran menghantuinya kali ini. Apakah semua itu hanya mimpi? Dia yang bertemu dengan Arjen, Genta, Hero, Dexter, Leah, Ashlan, Nina...

Tidak. Itu tidak mungkin mimpi. Diq yakin semua ini hanya ilusi.

"Apa yang kau gumamkan? Cepatlah. Waktu makan siang akam habis. Ayo pergi." Lee Min Ah menarik lengannya dan menyeretnya pergi ke kantin perusahaan tempatnya bekerja.

Jika ini setahun sebelum dia mati. Itu artinya Lee Min Ah masih menjadi teman baiknya. Sera memandang Lee Min Ah dengan jijik. Selama ini gadis itu menipunya. Meski ini hanya ilusi sekali pun tetap saja ini terasa begitu nyata. Tidak. Itu salah.

Karena ini hanya ilusi, bukankah dia bisa melakukan apa pun sesuai keinginannya?

Sera bangkit tanpa aba-aba lalu menuangkan es kopi dihadapannya ke atas kepala Lee Min Ah. Persis seperti yang dia lakukan saat gadis itu menghianatinya.

"Kau sudah gila?!" Hardik Lee Min Ah dengan ganas.

Plak!

Kali ini sera menamparnya dengan ekspresi puas. Laku tertawa mengejek. "Benar. Aku gila karena mau berteman denganmu."

Sera tak perduli dengan orang-orang yang menatapnya kaget. Dia kemudian berjalan pergi ke arah tempat Bosnya yang juga tengah makan di kantin.

Tak!

Sera menggebrak meja lelaki tua itu dan menatapnya tanpa rasa takut.

"A-apa yang terjadi Yoon Sera-ssi? Laki-laki yang tidak lain adalah bosnya itu terlihat terkejut dengan tindakan Sera yang tiba-tiba.

Sera tersenyum ramah lalu mengulurkan tangannya dan dengan cepat mendorong kepala si bos ke arah wadah makanan di hadapannya sehingga wajahnya kini benar-benar menempel diwadah. Laki-laki itu mengangkat wajah kotornya dengan ekspresi marah dan tak percaya pada Yoon Sera.

Bad Princess (END)Where stories live. Discover now