4. Genta

99.1K 13.7K 701
                                    

Setelah makan malam di istana utama Sona kembali ke istana kecilnya yang berada di bagian paling timur istana utama. Lenon kembali mengantarnya dengan menggendongnya.

Vivian sangat cemas dan bertanya pada Sona apakah semuanya baik-baik saja. Vivian terlihat lega ketika Sona bilang tak terjadi apa pun.

Sona kini menatap langit-langit kamarnya memikirkan semua kejadian mengejutkan hari ini yang ia alami. Genta kembali membuat kejutan untuk Sona ketika ia ingin kembali. Genta memberinya alat lukis lengkap, dan meminta pelayannya mengantarkan langsung peralatan itu besok pagi.

"Kenapa Genta mendekatiku? Apa yang aku lewatkan?" Sona kembali mencoba mengingat cerita yang ia baca, dan ia yakin Genta bersikap dingin pada Sona sampai akhir. Tak ada yang menjelaskan tentang kedekatan Sona dengan Genta di cerita itu.

"Apa alurnya jadi berubah karena aku bertemu dengannya setahun lebih cepat?" Sona menggigiti ujung kuku ibu jarinya dengan cemas. "Dan juga, pertemuan pertama Sona dan Genta adalah di istana utama, disana juga tempat pertemuan pertama Sona dengan Arjen dan Hero. Sona pertama kali bertemu mereka semua di ruang takhta. Bukan di ruang makan."

"Aghhh! Semuanya jadi rumit. Kuharap alurnya tak berubah ke arah yang buruk." Sona berguling ke samping lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Perlahan, matanya meredup dan tertidur.

***
"Nina, apa suatu saat nanti aku bisa keluar dari istana?" Tanya Sona tiba-tiba ketika Nina tengah menata rambutnya setelah mandi.

"Putri, kenapa kau bertanya? Apa kau ingin keluar dari istana dan jalan-jalan?" Nina tersenyum ke arah Sona.

Tidak, bukan seperti itu! Aku ingin pergi dari sini agar aku tak mati!

Sona jelas tak bisa menyuarakan keinginannya itu dengan kuat-kuat, jadi ia memikirkan jawaban lain. "Bukan jalan-jalan, Nina. Tapi aku ingin tinggal diluar istana dan pergi ke manapun aku mau."

Ekspresi Nina berubah sedih mendengar penuturannya, mungkin Nina mengerti alasan Sona berkata begitu karena Kaisar dan para pangeran tidak mengakui keberadaannya. Apalagi Sona hanya gadis berumur lima tahun, dan malah berkata begitu tambah membuat Nina merasa sedih. "Putri, apa kau tak suka tinggal di istana?"

"Bukannya tak suka, Nina. Hanya saja aku ingin bebas."

Dan menghindari kematianku tentunya. Tambah Sona dalam hati.

Tok,tok,tok.

Suara ketukan pelan terdengar. Sesaat kemudian pintu terbuka. "Sona? Kau di dalam?"

Suara renyah Genta memasuki telinga Sona.

"Ah!" Sona terkesiap.

Dia tidak mendengar pembicaraanku dan Nina barusan kan?! Kuharap tidak!

"Yang Mulia Pangeran." Nina membungkuk memberi salam.

Sona pun yang ingin ikut berdiri dan memberi salam langsung sadar kalau ia masih duduk di kursi yang agak tinggi, hingga ia perlu meminta bantuan Nina untuk naik dan turun.

Genta yang melihat Sona ingin melompat langsung berlari ke arahnya dan memegang kedua sisi pinggangnya lalu menurunkannya di lantai tanpa mengatakan apa-apa.

Sona yang masih kaget hanya terdiam seraya menatap wajah Genta. Setelah beberapa detik ia baru tersadar dan langsung membungkuk kecil memberi salam pada Genta.

"Lain kali bertemu denganku kau tak perlu melakukannya." Bocah sepuluh tahun itu menatap datar Sona seraya menepuk-nepuk pelan kepalanya.

"Melakukan apa? Apa maksud Yang Mulia adalah salam?" Tanya Sona dengan polosnya.

Bad Princess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang