31. Painter

53.4K 8.9K 281
                                    


HAPPY 100K ❤❤
#maaptelat

***

Sona memasuki sebuah penginapan di pusat kota, dia tetap menggunakan penampilan gadis sebelas tahunnya, dan membuka jubah yang menutupi kepalanya. Jika ada perbedaan, dia hanya mengubah warna rambutnya saja.

Di benua ini, bahkan bocah sepuluh tahun berpergian sendiri bukanlah hal asing. Banyak penyihir hebat yang bahkan belum melewati usia dewasanya yang berpetualang atau melakukan perjalanan keliling benua.

Jadi tak heran jika tak ada yang memperhatikan dirinya meski dia memasuki sebuah penginapan sendirian.

Resepsionis wanita tersenyum menatap Sona lalu bertanya. "Untuk berapa malam nona?"

"Satu." Jawab Sona langsung. Besok siang dia akan kembali pergi ke kota Winterfall.

"Dua perak." Wanita itu memberitahu harganya.

Sona mengeluarkan dua koin perak dan menaruhnya di meja. Setelah itu wanita itu memberinya sebuah kunci padanya.

"Kamar nomor dua di lantai tiga."

Sona mengangguk kecil seraya berterimakasih dan langsung menuju kamarnya. Sesampai dikamarnya Sona langsung mengunci pintu lalu berbaring dengan lelah di satu-satunya kasur yang ada di kamar itu.

Sona terdiam memandang langit-langit kamar, "Ini sangat melelahkan. Apa harusnya aku membeli rumah di pinggir kota dan tinggal sendiri saja? Aku bisa melukis sesukaku dan bisa menjualnya jika butuh uang."

"Hah... ini rumit, aku sangat lelah." Gumamnya lagi seraya memejamkan mata dan akhirnya tertidur.

Keesokan harinya, saat dia terbangun matahari sudah tinggi. Cuaca hari ini lebih hangat dari hari sebelumnya.

Dengan malas Sona bangun dan meregangkan tubuhnya sebentar. Kemudian dia menuju ke kamar mandi untuk mandi dan berganti baju.

Tepat saat dia selesai mandi, seseorang mengetuk pintu kamarnya. Itu adalah layanan kamar untuk sarapan.

Sona menikmati roti dan sup sambil melirik keluar jendela kamarnya. Dia berada di lantai tiga penginapan sehingga bisa melihat suasana pagi hari kota Snowfall. Saat itu dia tiba-tiba tak sengaja melihat seseorang yang tengah berjalan santai di agak jauh dari penginapan.

"Aneh sekali, memangnya dia pembunuh atau apa? Memakai jubah hitam mencolok seperti itu. Pintar sekali dia menggunakan sihir stealth, sehingga tak ada yang memperhatikan."

Sona menggelengkan kepalanya tak habis pikir, "Banyak orang aneh dan kuat di dunia ini. Apalagi penyihir."

Setelah menghabiskan sarapannya, Sona keluar dari penginapan dan berjalan-jalan lagi di sekitar kota Snowfall. Banyak musisi jalanan, seniman jalanan, bahkan pertunjukan atraksi jalanan. Sona tersenyum menatap musisi yang tengah bernyanyi seraya menabuh alat musik yang berbentuk seperti tabung. Itu mirip dengan gendang , dan itu mengingatkannya tentang dunia asalnya.

Setelah itu Sona kembali melihat atraksi jalanan. Itu mengingatkannya pada malam festival dulu, ketika dia pergi bersama Arjen, Genta dan Hero.

"Wahh!" Sona berjalan penasaran ke arah asal suara ramai. Rupanya ada sebuah kerumunan yang cukup ramai tengah menonton seorang seniman jalanan. Tepatnya seorang pelukis jalanan yang tengah melukis dengan cepat dan sangat terampil, hasil lukisannya pun sangat mengagumkan.

Tunggu! Mata emas, rambut hitam? Itu mengingatkanku pada seseorang. Gumam Sona heran ketika melihat lukisan laki-laki tua yang kini tengah membuat para penontonnya terpesona.

"Kyaaa! Duke memang yang terbaik! Wajahnya bahkan tampan saat dilukis!" Teriak salah satu perempuan muda dengan wajah berbinar-binar. Sepertinya dia siap untuk menerkam dan merebut lukisan itu dari tangan pelukis tua itu.

Bad Princess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang