2

5K 557 24
                                    

Derap langkah Chaeyoung bergema di sepanjang koridor Seoul University, sepatu putihnya memijak lantai dengan langkah terburu-buru. Menyandang beberapa buku yang baru saja ia pinjam dari perpustakaan, wajah gadis itu tersenyum lebar ke arah Lisa yang berdiri tidak jauh darinya. Langkahnya menjadi semakin cepat begitu melihat gelagat Lisa seperti hendak berlari menjauh. Chaeyoung sudah bisa menebak bahwa gadis itu pasti akan berusaha untuk menghindarinya lagi, untuk itu dia tidak boleh kehilangan kesempatan untuk berbicara dengan Lisa kali ini. 

"Lalisa!!" Chaeyoung melambaikan tangannya, suaranya cukup nyaring untuk membuat semua orang memperhatikannya.

Lisa yang melihat Chaeyoung dari kejauhan hanya bisa mendengus kesal, berusaha untuk menghindar namun sudah terlambat karena Chaeyoung tiba-tiba saja sudah berada dihadapannya dengan nafas terengah-engah. Mau tidak mau, Lisa hanya bisa pasrah menunggu Chaeyoung yang sudah pasti akan membuatnya sakit kepala lagi hari ini, suasana hati Lisa juga sedang tidak baik. 

"Selamat pagi!" Sapa Chaeyoung dengan antusias. Ia tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya kepada Lisa, berusaha memberikan kesan yang ramah. 

Perasaan tidak nyaman langsung menyerang Lisa, ia tidak terbiasa dengan situasi seperti ini. Pagi harinya biasanya hanya di isi dengan lamunan-lamunannya sendiri serta suara-suara gaduh disekitar yang berasal dari mahasiswa lain, namun sudah satu minggu semuanya berubah sejak Chaeyoung selalu menyapa dengan senyuman lebar yang menurut Lisa agak mengerikan, seperti apa yang sedang dia lihat di hadapannya saat ini.

"Apa maumu?" Lisa berdecak kesal, melemparkan cup kopi yang sudah kosong ke dalam tempat sampah.

Mata Chaeyoung mengikuti cup kopi itu sekilas sebelum kembali memandang Lisa. "Apa kau menerima pesanku? Kenapa kau tidak membalasnya? Tidak, tidak! Apa kau sudah memikirkannya? Bag--"

"Bisakah kau tenang?!" Lisa menutupi telinganya dan memandang Chaeyoung dengan tajam. Ia merasa terganggu dengan suara berisik yang tidak biasa.

"Mian.. tapi apakah kau sudah membaca pesanku?" Ulang Chaeyoung, suaranya lebih pelan dari sebelumnya.

Lisa menyandarkan punggungnya pada tembok, kepalanya mengangguk untuk mengiyakan pertanyaan Chaeyoung. "Jawabanku tetap sama. Aku tidak mengerti kenapa kau masih saja tidak menyerah." Kata Lisa dingin. 

Jelas sekali terlihat perubahan wajah Chaeyoung begitu mendengar jawaban Lisa, namun kali ini tak ada amarah yang terpancar seperti sebelum-sebelumnya. Lisa menjadi sedikit heran ketika menyadari Chaeyoung sedikit lebih tenang kali ini, ia lega sekaligus merinding. Biasanya gadis itu akan langsung menggila begitu mendengar penolakan dari Lisa. 

"Kalau begitu, mampirlah ke restoranku siang ini. Unnie-ku ingin bertemu denganmu."

Lisa mengerutkan dahinya mendengar perkataan Chaeyoung. "Sekarang kau meminta keluargamu membujukku? Percuma saja, aku tidak mau." Tolaknya.

"Ya! Kau pikir isi kepalaku hanya itu saja, huh? Unnie-ku memintamu datang karena merasa tidak enak padamu, aku sudah sangat mengganggumu akhir-akhir ini katanya! Kau pikir yang ada di kepalaku hanya soal permintaan Profesor Jung? Aku tidak se-licik itu, tahu!" Chaeyoung memutar matanya sebal.

Lisa menatap Chaeyoung lekat-lekat, mencoba menerka-nerka apa yang sedang dia rencanakan. Meskipun baru kenal, Lisa sudah mampu membaca bahwa Chaeyoung ini adalah gadis dengan sejuta akal, jadi tentu saja Lisa memiliki pemikiran bahwa Chaeyoung itu licik. Ia merasa bahwa dirinya harus selalu waspada karena jika salah sedikit saja, maka dia akan masuk kedalam perangkap Chaeyoung, jadi Lisa harus selalu berhati-hati jika tidak ingin terjebak. 

"Tidak mau, terimakasih." Kata Lisa singkat.

Chaeyoung menarik nafas dalam-dalam kemudian meremas buku yang dipegangnya. Matanya menyipit menatap Lisa, gagal sudah usahanya untuk menahan diri, saat ini rasa untuk menghajar Lisa bertambah dua kali lipat dari sebelumnya. Chaeyoung tidak bisa percaya bahwa Lisa bahkan menolak niat baik seperti ini, niat baik terselubung tepatnya. 

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now