19

2.5K 317 8
                                    

"Ini sama saja dengan curang!"

Aku menghentakkan kaki dan memelototi Lisa, tidak percaya dengan kekalahanku untuk kesekian kalinya. Permainan bola basket bukanlah sesuatu yang sulit bagiku, mataku sangat tajam sehingga aku tahu bahwa aku dapat membidik bola dengan baik, tetapi sayangnya lengan Lisa yang panjang membuatnya mampu memasukkan lebih banyak bola ke dalam keranjang dan memenangkan pertandingan kecil kami.

Tapi tetap saja, ini tidak adil untukku!

"Jennie, aku tahu kau sangat kompetitif tetapi mengakui kekalahan tidaklah sulit." Lisa menyeringai, menunjukkan sebuah boneka yang ia dapatkan karena berhasil meraih skor yang tinggi.

Aku mendelik, "Itu tidak akan terjadi jika lawanku seimbang."

Dia menggelengkan kepalanya lalu menyerahkan boneka itu padaku. Alisku terangkat, namun aku menggigit bagian dalam pipiku agar tidak menunjukkan rasa senangku atas apa yang dia lakukan.

"Kau tidak akan mengambilnya?" Lisa menggoyang-goyangkan boneka itu untuk menggodaku.

"Kenapa memberikannya kepadaku setelah bersusah payah memenangkannya?" Aku melipat tanganku, berpura-pura tidak tertarik.

Lisa menggaruk kepalanya dan tersenyum kikuk, kurasa dia juga mempertanyakan hal yang sama kepada dirinya sendiri. Dia bermain seperti tak ada hari esok sebelumnya, seolah sedang berada di tengah-tengah pertandingan nasional dan aku bahkan menyaksikan bagaimana dia bersorak saat mendapatkan boneka itu.

"Well, katakan saja aku menyuapmu agar tidak menuduhku curang lagi." Dia meraih tanganku dan membuatku memegang boneka itu. "Selain itu, aku tidak cukup feminim untuk bermain dengan boneka. Itu menggelikan." lanjutnya.

Ck, alasan yang payah. Tapi tidak masalah, lagipula aku tidak akan benar-benar menolaknya karena sejak awal aku sudah memiliki firasat bahwa Lisa akan memberikannya kepadaku, manis sekali.

Kami sudah menghabiskan waktu kira-kira satu jam di tempat ini, sebuah arcade yang berada tak jauh dari restoran ayam. Lisa menyeretku ke tempat ini selagi memikirkan apa yang harus kami lakukan untuk membuat rasa sedihku hilang, seperti yang Lisa katakan. Dan kurasa ia berhasil mengalihkan pikiranku pada hal lain, bukan karena apa yang kami lakukan melainkan karena kehadirannya disampingku.

Aku tidak tahu entah ini hanya hal wajar saat sedang jatuh cinta, namun setiap kali mendengar suaranya, menatap matanya yang indah, memperhatikan gerak geriknya, ada rasa hangat yang menjalar di hatiku. Ck aku bahkan tidak tahu entah sudah berapa kali aku mengatakan ini.

"Kau tahu Lisa, matamu seperti seorang algojo saat bermain tadi." Candaku.

Lisa tersenyum kemudian menyodorkan sebotol air mineral yang telah ia buka, kami tengah beristirahat untuk mengembalikan energi yang telah terkuras sebelumnya.

"Setidaknya aku bisa melakukan apapun untuk mendapatkan yang satu ini." Gumamnya.

"Apa maksudmu?"

Lisa meraih botol di tanganku kemudian langsung meminumnya tanpa ragu, membuatku sedikit terkejut dan berdebar-debar saat bibir Lisa menyentuh tempat yang sama dimana bibirku mendarat sebelumnya. Apakah dia tidak menyadarinya atau hanya aku yang berlebihan dan merasa panas seketika?

"Seseorang tidak selalu bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan, itu sebabnya ada orang yang berjuang mati-matian. Namun terkadang berusaha juga merupakan hal yang sulit, tidak semua hal bisa di usahakan dan menjadi alasan utama kenapa seseorang memilih untuk menyerah. Jadi setidaknya, aku tidak boleh menyerah untuk yang satu ini."

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now