43

1.7K 297 35
                                    

"Berapa?"

"Totalnya 8000 Won."

Lisa merogoh saku celananya, mengambil beberapa lembar uang dari sana dan memberikannya kepada kasir. Setelah menghitung, kasir kemudian menyerahkan satu kantong plastik berisi apa yang baru saja dibeli Lisa.

Gadis jangkung itu berbalik, berjalan menuju pintu keluar sambil mengeluarkan rokok dengan bungkus merah dan sebotol soju, mendorong pintu, lalu duduk di salah satu bangku di depan supermarket.

Dia menyelipkan sebatang rokok ke bibirnya, menyalakannya. Membuka sebotol soju, menyesap dan menarik napas dalam-dalam. Satu kejadian sudah cukup untuk membuat Lisa kembali ke kebiasaan lamanya. Padahal dia sudah berniat untuk berhenti merokok. Tapi dia butuh ini, dia butuh pelampiasan emosinya.

"Dasar bajingan." Lisa bergumam. "Ya, monster. Kenapa kau tidak keluar tadi? Setidaknya kau bisa membantuku menghajarnya, tapi kau hanya diam saja di dalam sana saat aku membutuhkanmu!" lanjutnya.

Lisa berdecak, matanya beralih ke jalan. Sekarang baru pukul sembilan malam, dia telah menghabiskan sekitar satu jam berjalan-jalan di dekat sungai Han, tetapi kekesalannya belum juga hilang. Ketika melintasi supermarket ini, saat itulah dia berpikir untuk menghilangkan amarahnya dengan minum.

Bukannya Lisa bermaksud ingin menjadi orang yang menyebalkan dengan terus-terusan cemburu, mungkin dia sudah sering mengatakan ini, dia hanya tidak suka jika ada laki-laki di sekitar Jennie, apalagi jika itu Leo. Darahnya mendidih setiap kali melihat pria itu.

Apa yang membuatnya lebih marah, adalah Jennie yang tidak mengindahkan peringatannya. Leo benar-benar brengsek, Lisa tidak berbohong.

Selagi menikmati rokoknya, Lisa dikejutkan oleh suara dering ponselnya. Begitu dia mengeluarkannya, dia bisa melihat nama Chaeyoung terpampang di sana. Menggeser ikon jawab, Lisa lalu mendekatkan ponsel tersebut ke telinganya.

"YA! KAU DIMANA?" Suara Chaeng pun langsung terdengar, melengking.

"Aish." Lisa mendesis, "Ada apa?"

"Ada apa? Woah.. kau benar-benar menyebalkan! Apa yang kau lakukan pada Jennie unnie?!"

"Aku tidak melakukan apa-apa."

"Lalu kenapa dia menangis saat pulang dari restoran?! Apakah kau bertengkar dengannya?"

Lisa menghela napas. "Aku tidak tahu, tanyakan saja padanya."

"Jangan egois, Lisa! Pulang sekarang, mengerti? Jennie unnie tidak bisa berhenti menangis, dia menutup restoran dan mencarimu kemana-mana. Dia takut! Pulanglah atau kau tidak akan melihat Jennie unnie lagi selamanya. !"

Panggilan terputus setelah itu. Lisa menyipitkan matanya, risiko mencintai seseorang dengan hati selembut Jennie Kim, pikirnya. Padahal, dia yang membuat Lisa terluka, tapi kini dia yang menangis.

Ancaman Chaeyoung yang agak mengerikan membuat Lisa tidak bisa terus bertahan dengan egonya, untungnya hari ini dia dalam mode bahagia karena beberapa alasan -- kecuali bagian di restoran tadi, jika tidak dia mungkin akan tetap di sini saja sampai besok pagi. Sebenarnya, Lisa bisa menebak kenapa Jennie menangis, itu pasti karena ucapannya di restoran tadi. Dia tidak sungguh-sungguh mengatakannya, itu hanya karena emosi yang tak terkendali.

Tidak ingin masalah ini berlarut-larut, Lisa kemudian menghembuskan kepulan asap terakhir, melemparkan puntung rokok ke tanah dan kemudian berdiri dari tempat duduknya. Ia menghentikan taksi, menenggak habis seluruh Soju sebelum membuang botolnya ke tempat sampah dan menaiki taksi.



****

Pukul 10:45, taksi berhenti tepat di halaman rumah Jennie. Lisa segera turun dan membayar, kemudian berjalan dengan sedikit terhuyung, kepalanya sedikit pusing karena efek soju. Dengan bibir yang sedikit bergetar karena cuaca yang sangat dingin, dia mempercepat langkahnya.

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now