42

1.9K 277 18
                                    


Caelum Mall, yang berlokasi di daerah Gangnam tampak begitu ramai siang ini. Menjadi salah satu Mall terbesar di Korea Selatan, membuat tempat ini memang di jadikan salah satu pilihan utama bagi setiap orang, terutama generasi muda, untuk menghabiskan waktu. Untuk itu, Lisa tak heran mengapa Lilac mengajak dirinya bertemu disini, Mall ini memang merupakan sarang bagi orang-orang kelas atas.

Lisa tidak mampu membendung rasa senang, penulis favoritnya masih mengingatnya dan pertemuan mereka beberapa waktu lalu. Namun, ada sedikit penyesalan dalam dirinya, sebab kesenangan yang berlebihan itu membuat Lisa tak berpikir dua kali dan segera berlari ke lokasi yang dikirim oleh Lilac. Jadi, sekarang melihat tempat ini begitu ramai, membuatnya sedikit panik. Tempat-tempat ramai masih membuatnya tak nyaman, akan tetapi ia bisa menahannya kali ini. Ada tujuan lain yang Lisa ingin lakukan di Mall ini selain bertemu Lilac, hal itu mampu membuat pikirannya sedikit teralihkan dari kecemasan.

Memandangi toko es krim di seberangnya, Lisa duduk di dalam sebuah restoran tradisional Korea. Dia baru  memesan segelas smoothie stroberi, dan sudah menggelengkan kepalanya beberapa kali ketika pelayan berulang kali menanyakan apa yang ingin dia pesan.

Tiga puluh menit kemudian, penantian Lisa berakhir ketika ia melihat sosok bak dewi yang anggun dan sungguh, sangat, amat cantik, meskipun hanya mengenakan t-shirt hitam yang dibalut kardigan abu-abu, dan celana jeans hitam. Sosok itu muncul dari pintu restoran bersama senyum cerah, dia melambai dan mempercepat langkahnya.

"Hei..kau sudah lama?"

Lisa lantas  menggelengkan kepalanya dengan cepat."T-tidak.. baru tiga puluh menit."

"Itu cukup lama." Lilac terkekeh sambil duduk. "Maaf. Salahkan sopirku karena mengemudi terlalu lambat." imbuhnya.

"Tidak apa-apa, Lilac-ssi. Itu tidak masalah."

"Bagiku tentu saja ini masalah besar. Siapa yang suka menunggu, bukan?" Lilac berkata sambil menyerahkan buku menu kepada Lisa. "Pesanlah sesukamu, Lali. Aku akan membayar semuanya sebagai permintaan maaf karena terlambat."

Sambil menggelengkan kepalanya, Lisa tersenyum canggung. "Terakhir kali, kau membayar untuk kopi. Sekarang giliranku."

"Oh?Ini bukan semacam kompetisi. Lagi pula, aku yang memintamu untuk bertemu."

Menghela nafas, Lisa kemudian memilih untuk mengambil buku menu, dia tidak ingin dianggap tidak sopan untuk memperdebatkan hal ini. Dia melirik Lilac, wanita itu tampak tersenyum padanya, senyum yang sulit untuk di tolak, sebab pemilik bibir berbentuk hati itu terlihat lebih manis dan sempurna dengan senyumnya yang terlihat tulus dan hangat.

"Jjangmyeon hana juseyo." Lisa berkata kepada pramusaji yang entah sejak kapan sudah berada di dekat mereka, dengan pena dan kertas siap menerima pesanan.

"Itu saja? Ayolah, pesan lagi, Lali." paksa Lilac.

Lisa menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Aku sebenarnya sudah makan siang, jadi aku masih agak kenyang."

"Lalu kenapa? Sekarang sudah sore." Lilac menjawab sambil memindai buku menu."Aku ingin Samgyetang, Tteokbokki, dan sepiring Pajeon. Lali-ssi, benar-benar tidak mau lagi?" dia melanjutkan.

Lisa menggelengkan kepalanya lagi. "Sudah cukup. Nanti aku beri tahu kalau masih kurang."

Mengangguk, Lilac kemudian memberi kode kepada pelayan bahwa pesanan mereka sudah selesai. Pelayan itu lantas membungkuk hormat dan berbalik menuju dapur. Dengan sisa-sisa senyumnya, Lisa melihat bagaimana Lilac memalingkan wajahnya ke jendela selama beberapa saat, tangannya terlipat di atas meja dan matanya yang berbinar tampak tenang. Sejenak Lisa bertanya-tanya bagaimana mungkin ada manusia dengan wajah seperti dewi Aphrodite.

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now