11

3.3K 489 7
                                    


"Kau benar, aku belum lama mengenalnya. Tapi aku bersedia untuk mengenalnya lebih jauh."

"Whoa! Kau sangat berterus terang, Lisa-ssi." Leo terkekeh selagi mengekori Lisa menuju meja tempat ia biasa duduk.

Lisa memaksakan senyumnya lalu terdiam beberapa saat sembari memandangi meja, kemudian berbalik untuk pergi ke meja lain. Ia menaruh nampan di atas meja kemudian mulai menyusun semua alat makan di atas meja, sesekali melirik ke arah dapur dan tanpa sadar tersenyum saat melihat Jennie sedang sibuk memasak.

Selagi menunggu Chaeng dan Jennie selesai, ia memilih untuk hanya duduk dan memasang earphone, menyalakan lagu dengan volume penuh agar Leo tidak mengajaknya bicara lagi. Sesekali ia memperhatikan gerak-gerik Leo yang tak melepaskan pandangannya dari Jennie dan tersenyum lebar ketika Jennie menoleh kepadanya, bukannya terlihat tulus pria itu malah terlihat seperti seseorang yang mesum di mata Lisa.

Dua puluh menit kemudian Jennie menghampiri mereka berdua, membawa makanan satu persatu dibantu oleh Chaeyoung. Soondubu Jjigae, japchae, bulgogi dan tentu saja kimchi, semuanya tersaji di atas meja dengan porsi yang cukup untuk mereka berempat.

"Uri Jennie, kau benar-benar selalu bisa di andalkan!" Seru Leo, mengacungkan kedua jempolnya kepada Jennie.

Jennie tersenyum lalu duduk disamping Lisa, gadis jangkung itu bersyukur setidaknya ada yang membuatnya bisa bernafas lega malam ini.

"Aku melihat kau dan Lisa membicarakan banyak hal, kelihatannya seru sekali." Ujar Jennie sembari mulai melahap makanan.

Leo tertawa. "Hanya hal-hal tidak penting. Tapi aku menyukai temanmu ini, Jen, dia selalu berterus terang."

Chaeyoung yang sejak tadi hanya diam tak bisa menahan tawanya. "Tunggu saja sampai dia membuatmu kesal." gumamnya, cukup keras sehingga semua orang bisa mendengarnya.

Lisa memutar matanya pada Chaeng sementara Jennie tertawa pelan. Ia tidak mengerti apa yang lucu hingga semua orang tertawa, ia hanya ingin Leo cepat-cepat pergi dari sini agar dia dan Jennie bisa menghabiskan waktu bersama sebelum terlalu larut. Tidak melihat wajah Jennie seharian membuat Lisa merasa ada sesuatu yang hilang dan dia perlu berbincang dengan Jennie untuk menetralkan kembali perasaannya dari hal-hal menyebalkan yang terjadi hari ini, tak perlu membicarakan hal yang berat-berat, apa saja asalkan hanya ada dirinya dan Jennie. 

"Tapi aku sungguh-sungguh, Lisa orang yang menyenangkan." Leo menyeka sudut bibirnya dengan tissue lalu menyeringai kepada Lisa. "Ngomong-ngomong, apa pekerjaanmu Lisa? Oh biar ku tebak, uhm penulis? Ah tidak, tidak.. Fashion?"

"Aku masih kuliah."

Leo menjatuhkan chopsticknya dengan dramatis lalu menutup mulutnya. "What? No way! Kau terlihat seperti seseorang yang sudah matang secara finansial dan emosi! Maksudku, masih kuliah juga tidak buruk, tapi kukira kau sudah memiliki segalanya." ucapnya.

Alis Lisa bertaut mendengarnya, "Apa maksudmu?"

"Oh jangan tersinggung, bukannya aku merendahkanmu. Hanya saja, aku merasakan getaran itu darimu. Kukira kau sud-- ah lupakan saja. Sekali lagi Lisa, jangan tersinggung dengan ucapanku, aku hanya ingin lebih akrab."

Lisa menjatuhkan sendoknya dengan kasar lalu tertawa sinis. "Apa yang membuatmu berpikir bahwa aku ingin akrab denganmu? Kau kira aku sudah memiliki segalanya, mwo? Artinya kau menilai bahwa aku tidak ada apa-apanya? Who the fuck you think you are hingga merasa bahwa kau bisa menilaiku?" ia kehilangan kesabarannya. 

Semua orang terdiam, mereka terkejut dengan tanggapan Lisa. Sekilas memang tak ada yang salah dengan perkataan Leo, namun Lisa bisa tahu bahwa pria itu merendahkan, menertawakan dan mengejeknya dari tatapan matanya. Lisa tahu bahwa Leo menganggap dirinya tak ada apa-apanya dibandingkan pria itu.

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now