12

3.7K 439 14
                                    


Sudah satu jam Sandara memperhatikan gerak gerik Jennie, namun ia masih tidak mampu menerka apa yang telah terjadi hingga membuat teman baiknya itu begitu gelisah. Dara yang merasa frustasi karena di abaikan kehadirannya, mencoba bertanya pada Chaeyoung melalui matanya namun gadis itu sama saja dengan Jennie, dia sendiri juga terlihat gelisah dan memikirkan sesuatu.

Menyadari tatapan Dara kepadanya, Chaeyoung mengangkat bahu dan menghela nafas kasar. "Jika kau bertanya padaku, aku juga tidak tahu unnie." bisiknya.

"Ya ampun, ayolah! Ada apa dengan kalian berdua! Jennie, berhentilah mondar-mandir, kau membuatku pusing!" keluh Dara.

Mengusap wajahnya, Jennie berhenti untuk kemudian menumpukan tangannya di atas meja. Ia menatap Dara dan terlihat hendak mengatakan sesuatu, namun lagi-lagi yang mampu lolos dari bibirnya hanyalah erangan frustasi.

"Jika ada masalah, lebih baik selesaikan. Jangan hanya diam dan mengabaikanku!" Dara merengek.

"Mianhae, unnie. Aku hanya sedang memikirkan beberapa hal." Jennie menghembuskan nafas kemudian melirik Chaeyoung. "Chaeng, apakah Lisa mengatakan sesuatu kepadamu?" tanyanya.

Chaeyoung tertawa sinis, "Yang benar saja unnie? Apakah satu-satunya hal yang kau pikirkan adalah si kaki panjang itu?"

Jennie bertukar pandang dengan Dara, menyadari bahwa gadis satu ini sedang tidak baik-baik saja. "Kau baik-baik saja? Ada sesuatu yang mengganggumu?"

"Oh, akhirnya kau memperhatikanku?"

"Chaeeeng. Maafkan aku, okay? Bukannya aku tidak peduli kepadamu, hanya saja--- aish lupakan. Ini salahku, tidak seharusnya aku mengabaikan semua orang." Jennie merutuki dirinya sendiri.

Tatapan Chaeyoung berubah melunak saat mendengar bagaimana sang unnie menyalahkan dirinya sendiri. Jujur saja, bahkan jika Jennie mendesaknya untuk menceritakan apa yang terjadi, gadis berambut blonde ini merasa tak akan pernah mampu untuk menjelaskannya. Bukan hanya persoalan pengeluaran terkait dengan perkuliahan yang ada di kepalanya saat ini, permasalahan yang jauh lebih besar yang sudah lama ia tutupi juga mendadak terjadi hingga membuatnya harus memutar otak untuk memikirkan rencana demi rencana, sayangnya kali ini hanya ada jalan buntu di depannya.

"Aku hanya memikirkan ujian akhir, unnie. Kau tahu aku selalu stres menghadapinya." Chaeng berbohong.

Beruntung baginya karena Jennie tidak terlalu peka seperti biasanya, namun Sandara yang sudah menangkap gelagat mencurigakan dari Chaeyoung akhir-akhir ini tak bisa dibohongi begitu saja. Namun Dara memilih untuk tidak bertanya, ia tak ingin Jennie juga ikut-ikutan menyadari situasi beberapa minggu terakhir, jadi dia memutuskan untuk menunggu waktu yang tepat dan mungkin, bertanya pada Chaeng saat hanya ada mereka berdua.

"Jangan terlalu dipikirkan. Apa gunanya otak cerdasmu itu? Kau bahkan mungkin mampu menyelesaikan soal-soal rumit dengan mata tertutup dan hitungan detik." Dara bergurau, mencoba mencairkan suasana.

Mengangguk setuju, Jennie tersenyum kemudian membelai kepala Chaeng dengan penuh kelembutan. "Ini hari minggu, ujian akhir mu juga masih cukup lama. Tak ada yang perlu dikhawatirkan." ucapnya.

"Aku tahu. Kepintaranku memang diluar batas, tapi tetap saja. Ugh, kurasa aku sebaiknya menerima ajakan Hyeri hari ini." Chaeng melirik jam dinding.

"Hyeri? Ahh, teman yang kau bilang kemarin?" tanya Jennie.

"Iya.. dia mengajakku ke everland. Aku menolaknya, tapi kurasa itu tak buruk." Chaeng mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetik sesuatu.

Lebih tepatnya berpura-pura, dia hanya menekan-nekan ponselnya dengan acak. Seseorang memang mengajaknya untuk bertemu hari ini, namun bukan Hyeri. Ia harus berhati-hati agar tidak menimbulkan kecurigaan sebab pertemuan ini mungkin akan lama, sudah pasti Jennie akan mempertanyakan keberadaanya jika dirinya pulang terlambat, jadi alasan pergi ke everland dirasanya sudah cukup bagus. Selain itu seseorang yang akan ditemuinya tak boleh diketahui oleh siapapun jadi mau tidak mau dia harus berbohong, lagi.

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now