21

2.8K 348 13
                                    

Kaki panjang yang menyebalkan itu seperti sengaja mengejek langkahku yang pendek-pendek dan tenagaku yang tidak mampu menyamakan kecepatan berjalan nya. Baru beberapa meter dari apotik, namun aku sudah terengah-engah dan merasa tidak sanggup lagi mengejar patung hidup ini. Selain itu, dia yang mengabaikanku membuat jantungku semakin menggebu-gebu dengan perasaan yang bercampur menjadi satu.

Ku akui, ada rasa bersalah karena aku melupakan apa yang Lisa katakan tentang bagaimana dia tidak menyukai Leo bersamaku. Namun bukankah dia terlalu kekanak-kanakan dengan sindiran tadi? Dia membuatku merasa bahwa aku baru saja ketahuan berselingkuh padahal kenyataannya aku dan Lisa tidak memiliki hubungan terikat, lebih tepatnya belum.

"Lisa-ya.. berhentilah berjalan dengan sangat cepat, aku sangat lelah." Rengekku.

Dia masih mengabaikanku, melihat punggungnya saja sudah membuat seluruh tubuhku merinding. Meskipun begitu, walaupun aku tahu bagaimana menakutkannya Lisa saat dia sedang marah, aku akan membuang jauh-jauh rasa takut itu dan menghadapinya saja. Lagipula aku yakin dia tidak akan memukulku seperti bagaimana dia memukul motornya saat itu, atau menghajarku seperti bagaimana dia ingin menghajar seorang pria di bus beberapa waktu lalu, dia tidak akan melakukannya, kan?

"Lisaaa.. kumohon."

Senyumku mengembang ketika Lisa akhirnya menghentikan langkahnya, namun tak bertahan lama saat mata kami bertemu dan aku melihat amarah tersirat disana, dia benar-benar menakutkan saat marah.

"Bisakah kau berhenti mengikutiku?" Suaranya dalam dan datar.

"Aku tidak akan pergi sebelum kau menjelaskan kenapa sikapmu seperti ini." Ucapku.

Walaupun dengan cahaya seadannya yang berasal dari lampu-lampu di jalan ini, aku masih bisa melihat garis-garis di kening Lisa mulai terukir, rahangnya yang mulai mengeras dan jari-jarinya  yang mulai membentuk kepalan selagi matanya tak melepaskan mataku.

"Seperti apa? Aku memang selalu seperti ini."

"Lisa, aku tahu kau mungkin tidak suka mengakui apa yang kau rasakan kepada orang lain. Tapi kau membuatku bingung, kau tahu?" Aku melangkah untuk mendekatinya hingga tak menyisakan banyak jarak di antara kami. "Kau marah, aku bisa melihatnya dengan jelas."

Dia tertawa paksa, "Bukankah kau terlalu percaya diri, Jennie? Aku sama sekali tidak marah. Kenapa aku harus marah?"

"Lantas kenapa kau bersikap seperti ini? Jika memang tidak marah, kau tidak seharusnya melepaskan tanganku dengan cara seperti itu di depan semua orang."

Dia memalingkan wajahnya kemudian menghembuskan napas kasar. "Pulang lah, Jen. Aku hanya lelah."

Aku penasaran, apa yang membuatnya begitu sulit mengeluarkan kata-kata yang mudah kumengerti? Dia hanya perlu mengatakan bahwa dia cemburu, mudah bukan? Atau, mungkinkah dia juga merasa bahwa tak adanya ikatan diantara kami membuatnya tidak berhak untuk merasakan atau mengatakan itu?

"Kubilang, aku tidak akan pergi sebelum kau mengatakan ada apa denganmu." Tegasku.

Tujuanku hanya satu ; Membuat Lisa mengungkapkan perasaannya dengan cara yang benar. 


Lisa menggertakkan giginya dan mendengus, "Apakah ini semacam sisi lain darimu? Sejak kapan kau menjadi menyebalkan seperti ini?"

"Kenapa? Kau bebas menunjukkan semua sisi lainmu yang membingungkan, dan aku tak boleh menyingkirkan rasa penasaran atas sikapmu tadi?"

Dia mengerang dan meremas rambutnya. "Apa yang kau inginkan dariku, Jennie?!"

"Aku akan menginap dirumahmu malam ini, sampai kau memberitahuku apa yang ingin kudengar."

"Kau tidak bisa, Yena ada di apartemen."

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now