27

2.2K 271 17
                                    




"Kenapa banyak sekali?!" Jennie menganga tidak percaya pada apa yang dilihatnya.

Kedua tangan Lisa berisi dua buah kantong plastik yang penuh dengan berbagai makanan dan minuman ringan, tak heran kenapa wanita itu membutuhkan waktu lama di dalam toko serba ada, ia seperti baru saja mengosongkan seluruh isi toko. Ia berjalan tertatih-tatih karena kantong plastik yang terasa berat, menghampiri Jennie yang menunggu di samping mobil.

Perjalanan menuju Busan masih satu jam lagi, seluruh lagu di ponsel Lisa sudah terputar, keduanya juga sedang kehabisan bahan obrolan. Sejak meninggalkan apotek Bang Chan, kedua gadis itu tak henti-hentinya membicarakan banyak hal. Mulai dari persoalan serius hingga hal-hal tidak penting seperti bagaimana seandainya kucing bisa terbang. Pertanyaan itu dilontarkan Lisa ketika dia melihat seekor kucing di pinggir jalan.

Air mineral yang Jennie bawa dengan botol berkapasitas satu setengah liter juga sudah habis, jadi Lisa langsung menepikan mobilnya begitu melihat toko serba ada.

"Kau mau soda? Atau air mineral?" tanya Lisa sambil merogoh kantong-kantong tersebut.

Kepala Jennie condong ke depan untuk melihat isi dari kedua kantong tersebut, masih dengan tatapan tidak percaya. Makanan ringan itu mungkin masih akan bersisa jika dibagikan kepada sepuluh orang. Ia tentu saja tidak mengerti alasan Lisa membeli begitu banyak hanya untuk mereka berdua.

"Yaaa.. kau tidak akan memberi makan ikan-ikan di akuarium dengan ini, kan?" tanyanya.

Mendengar itu, Lisa terkekeh ringan. Ia menyodorkan satu kaleng soda kepada Jennie sambil menggeleng. "Tentu saja tidak." Jawabnya.

"Lalu kenapa banyak sekali? Siapa yang akan menghabiskan semua ini?"

"Kau." balas Lisa. "Aku tidak tahu apa yang kau sukai, jadi kubeli saja semuanya." sambungnya.

Decakkan dan gelengan kepala Jennie menunjukkan keheranan atas tindakan Lisa. "Alih-alih memanggilku dan menyuruhku menghampirimu, kau malah membuang-buang uang." gerutunya.

"Tidak apa-apa. Kita bisa membaginya dengan Chaeyoung nanti." Ucapnya sambil membuka pintu belakang mobil, kemudian meletakkan kedua kantong itu disana.

Keduanya kemudian kembali masuk kedalam mobil, bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Jennie memandangi botol soda ditangannya dan tersenyum tanpa sadar. Rasa gembira dihatinya tidak dapat ia sangkal, pergi berdua saja dengan seseorang yang ia sukai rasanya bukan suatu hal yang biasa untuknya. Meskipun sering bertemu di restoran, atau jalan-jalan berdua, kali ini rasanya berbeda entah mengapa.

Rona merah di pipinya menjadi penanda bahwa kepalanya kini sedang membayangkan hal-hal indah. Kedengarannya konyol dan memalukan, tapi entah kenapa Jennie membayangkan mereka sebagai sepasang pengantin baru. Ia sampai harus menepuk-nepuk kedua pipinya untuk menyingkirkan pikiran memalukan itu.

"Kau terlihat seperti orang yang sedang mengisap ganja, Jen."

Kening Jennie berkerut mendengarnya, senyumnya seketika memudar. "Kau sedang bercanda atau serius mengatakan itu?"

Tentu saja dia bingung, karena Lisa mengatakan itu dengan wajah tanpa ekspresi dan nada datar. Sepersekian detik kemudian, tawa Lisa menggelegar seolah menanggapi kebingungan Jen.

"Kau benar-benar tidak tahu bahwa aku bercanda?" Lisa meliriknya sebentar lalu mengembalikan fokusnya ke depan.

"Aku hampir tersinggung dengan kata-katamu, Lisa. Itu tidak lucu sama sekali." gerutu Jennie, jelas sekali bahwa ia jengkel.

Tawa Lisa memudar, digantikan dengan kerutan di dahinya. "Kenapa harus merasa tersinggung?"

"Tentu saja, tidak ada yang suka dituduh seperti itu.  Aku tidak sudi." wajah Jennie berubah datar. "Aku benci orang-orang seperti itu." sambungnya.

Should I Stay? (JENLISA)Where stories live. Discover now